Part 13

779 27 0
                                    

Pagi ini, kedatangan sebuah mobil mewah berhasil mencuri perhatian seluruh murid sejak memasuki gerbang Sekolah. Setelah itu, mobil berhenti di area parkiran khusus yang telah di sediakan. Seorang Sopir bergegas keluar berlari mengitari sisi mobil, membukakan pintu untuk Bara, Adelia, dan terakhir Kaluna.

Siapa pun pasti tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menatap langsung, sang pemilik Yayasan Sekolah terbesar itu. Bara dan Adelia menyapa ramah pada seluruh murid yang tersenyum hormat kepadanya. Merasa bangga, Adelia menggandeng lengan Bara dengan dagu terangkat.

Sementara Kaluna, gadis itu memilih bersikap cuek menampilkan raut wajah datar kala kedatangan mereka sontak membuatnya sangat menjadi pusat perhatian. Kaluna berjalan di belakang sambil bersedekap kedua lengan mengikuti Bara dan Adelia tengah menuju ruangan khusus rapat.

"Selamat pagi, pak." Sapa seorang guru, menyapa kedatangan Bara dan istrinya.

Bara mengangguk, tersenyum simpul.

"Selamat pagi."

Tak lama seorang guru BK, Bu Rina. Menghampiri Bara sambil menyunggingkan senyuman lebar. Kaluna memutar bola mata malas, sangat jelas ia memang tidak menyukai sosok Bu Rina.  

"Selamat pagi, Pak Bara dan Bu Adelia. Bapak dan Ibu sudah ditunggu di ruang Rapat. Silakan masuk Pak/Bu," ucap Bu Rina. Berdiri di dekat pintu ruangan mempersilahkan kedua pasangan berkelas itu. Saat melintasi Bu Rina, Kaluna melayangkan tatapan sinis yang dibalas tak kalah sinis oleh guru BK itu. Ingatkan Kaluna untuk memecat guru lancang itu nanti.

Memasuki ruangan rapat, tatapan Kaluna langsung bertemu dengan sorot mata dingin Raka yang sudah terduduk di sebuah kursi sejajar dengan para guru yang lain.  

Sudut bibir Kaluna terangkat, mengedipkan sebelah mata centil ke arah Raka. Terlihat pria itu mendengus, membuang muka dari Kaluna.

Mereka bertiga di arahkan untuk duduk di sebuah kursi yang telah di sediakan. Suasana rapat hanya di hadiri oleh para orang tua dari yang bersangkutan, para guru yang terkait, serta tiga orang saksi yang salah satunya Oji. Kaluna juga sempat melirik orang tua Dewi yang telah duduk bersama dengan putrinya itu.

Kaluna berdecih, melihat Dewi yang menundukkan wajahnya sambil menangis terisak. Ke mana larinya keberanian wajah songong itu ketika mencoba merendahkan dirinya di hadapan siswa-siswi lain?

"Selamat pagi, saya ucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu yang telah memberikan kesempatan waktunya untuk menghadiri ruangan rapat hari ini,"

"Semoga dengan terkumpulnya kita bersama, kita bisa berdiskusi untuk menemukan titik terang dan jalan keluar mengenai kasus anak-anak kita semua yaitu saudari Kaluna Putri Antonio dan saudari Dewi Puspitasari, " ucap Pak Anton, selaku kepala Sekolah. Memberikan kalimat pembukaan pada sidang rapat yang sedang diselenggarakan.

"Kami persilakan terlebih dahulu, kepada saudari Dewi untuk berdiri dan menjelaskan kronologi kejadian," sambung Pak Anton, mempersilahkan.

Dengan terisak, Dewi meraih sebuah mic. Berdiri sambil salah satu tangannya mencengkram kuat roknya.

"Sa-saat itu, saya bersama Oji datang ke kelas Kaluna. Kami ingin memberikan sebuah lembar kisi-kisi Olimpiade atas perintah dari Pak Raka. Tapi, Kaluna masih bersikeras menolak dan hal itu membuat saya cukup kesal. Saya mengakui salah karena melontarkan kata-kata kurang baik. Tapi hal itu memang ke-tidak sengaja kan saya pak, saya hanya tersulut amarah." Tutur Dewi.

Tanpa disadari? Sedikit menggelitik humor Kaluna.

Pak Anton, mengangguk. Mempersilakan kembali kepada Dewi untuk duduk melalui gestur tangannya.

Kaluna (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang