"Lu mau ga ketemu sama ade gue?"
Kaluna menyalakan pematik pada rokoknya. Memasuki jam istirahat, mereka berdua berada di sebuah Rooftop Sekolah setelah menghabiskan dua porsi nasi goreng yang mereka beli di Kantin Sekolah.
Bisa saja mereka makan di Kantin dengan damai, tidak ada yang melarang ataupun yang berani mengganggu. Namun Raka menolak, terlihat berduaan dengan Kaluna akan menimbulkan asumsi buruk yang akan mempengaruhi citranya sebagai seorang Guru apalagi statusnya yang sudah bertunangan.
Raka melirik Kaluna yang sedang menghembuskan asap rokok ke udara, "Kamu punya adik?"
Kaluna mengangguk, mengiyakan.
"Gue udah janji mau ngenalin lu ke dia," jawab Kaluna.
"Tapi saya ga pernah liat di rumah kamu," ucap Raka.
Kaluna menghela nafas,"Dia tinggal ama bibi gue."
Raka mengangguk. Sebenarnya ia masih penasaran, namun ia terlalu sungkan untuk menanyakan lebih dalam kepada Kaluna. Raka memilihkan mengurungkan rasa penasarannya, takutnya hal itu merupakan sebuah permasalahan sensitif untuk orang lain tahu.
"Matiin rokoknya, ini masih di area Sekolah!" Titah Raka.
Kaluna tertawa kecil, mematikan rokoknya menuruti perintah Raka. Lalu semakin merapatkan posisi duduknya di samping Raka. Ia bersandar pada pundak kokoh itu.
"Satu menit dua ribu, "gurau Raka.
Kaluna terkekeh, "Kalo seumur hidup, berapa? "
"Ya tergantung durasi hidup kamu. "
Refleks Kaluna langsung mencubit lengan Raka, "Sialan!" umpat Kaluna.
Raka tertawa kecil, pria itu kembali diam.
"Kenapa mau ngenalin saya ke adik kamu?"
"Lu kan calon suami gue,"
"Astagaa, " respon Raka, lelah mendengar gurauan Kaluna yang tidak pernah serius. Ia mendongakkan kepala ke atas, sambil memejamkan mata. Panas terik matahari terasa semakin membakar kulitnya.
Sementara itu Kaluna menanggapi Raka dengan kekehan kecil di bibirnya.
"Kapan?"
"Nanti besok," jawabnya.
Raka mengangguk, membiarkan Kaluna bersandar pada pundaknya. Entah sampai kapan, mungkin saat bel masuk kembali berbunyi.
_
"Berarti point hukuman lu sampe sebulan gitu? " Tanya Caca sambil mengemasi buku-bukunya ke dalam tas miliknya.
Kaluna mengangguk lesu, moodnya sedang kurang baik untuk sekedar berbicara. Selama pembelajaran berlangsung, Kaluna hanya tertidur dengan menelungkupkan kepala di atas meja.
"Anak-anak silakan pulang dengan tertib dan tugas yang ibu berikan, esok hari harus sudah dikumpulkan ya? "Ucap guru tersebut sebelum meninggalkan area kelas.
"Iya bu, " jawab murid kelas serentak. Setelah itu seluruh murid berhamburan keluar kelas menyisakan Caca dan Kaluna yang masih di dalam kelas.
Kaluna beranjak dari kursi lalu di susul oleh Caca. Tubuhnya yang dalam kondisi lemas hanya bisa pasrah saat Caca mengapit lengannya dan menyeret Kaluna keluar Kelas.
Saat di ambang pintu, keduanya dibuat terkejut kala melihat sosok Raka telah berdiri tegap di depan kelas Kaluna sambil menyilangkan kedua tangannya. Raka tersenyum simpul, menampilkan wajah tanpa rasa bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna (SUDAH TERBIT)
Genç Kurgu"Kalo gue maunya sama lu, gimana?" "Saya sudah bertunangan, Kaluna." Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.