"Jangan lancang Kaluna!"
Raka sudah tidak dapat lagi membendung amarahnya yang terpendam. Setelah menepis kasar kedua tangan yang tengah mencoba membuka kancing kemejanya. Ia beranjak dari kursi dan langsung menjaga jarak dengan Kaluna. Di mata Raka, Kaluna benar-benar sudah bersikap seperti jalang.
Tanpa rasa bersalah, Kaluna justru menyilangkan kedua lengan santai ketika Raka melemparkan tatapan tajam ke arahnya. Ia menyeringai, menunjukkan seolah Raka tidak dapat mempengaruhi apa pun termasuk dirinya.
"Why? tadi lu tanya mau gue apa kan?" Tanya Kaluna semakin menantang Raka.
Raka menghela nafas,membuang pandangannya ke arah lain. Kedua pergelangan tangannya di masukkan ke dalam saku celana bahan abu-abu yang ia kenakan. Terlihat sangat berkarismatik dengan balutan kemeja hitam ditambah ikatan dasi yang sengaja Raka longgarkan. Rambutnya terbelah dua tidak beraturan, namun hal itu justru semakin menambah kesan urakan yang menarik di mata Kaluna.
Sexy, pikirnya.
"Ada keperluan apa kamu kesini?" Tanya Raka tanpa basa-basi. Ia berusaha mengendalikan intonasi suaranya agar tetap tenang.
Menyandang profesi sebagai guru, ini kali pertama Raka menghadapi murid yang sangat binal seperti Kaluna. Gadis itu adalah ujian terberatnya saat ini. Di sisi lain, Raka harus mampu menahan diri karena masih bekerja di Sekolah milik Bara, ayah angkat Kaluna. Raka mengusap wajahnya frustasi. Beruntunglah Kaluna memiliki takdir yang sempurna sampai membuat siapapun tunduk di bawah kendalinya, termasuk Raka.
Kaluna tertawa kecil. Mendaratkan bokongnya di atas meja Raka dengan kedua kaki sengaja di silangkan. Kaluna bersedekap lengan, memperhatikan sekeliling ruangan Raka yang tampak berbeda dari terakhir kali ia lihat. Beberapa fasilitas mahal yang Kaluna sediakan sedikit berkurang.
"Lu renovasi lagi ni ruangan?" Kaluna justru mengalihkan pertanyaan Raka.
"Bagus kan?"
"Bagusan awal, padahal gue sengaja kasih fasilitas ruangan yang lengkap buat lu. Sisa barangnya lu kemanain?"
"Sebagian saya simpan ke ruang Kantor Guru. Kaluna, seharusnya saya tidak harus punya ruangan pribadi. Saya hanya guru-"
"Guru lain kalo ditawarin juga mau kok. Kurang bersyukur banget sih," Sewot Kaluna.
"Saya jarang menggunakan barang-barang yang kamu sediakan di sini. Makanya saya simpan di sana karena bisa dimanfaatkan."
"Terus gue seneng gitu?"
Raka mendengus, memilih tidak memperpanjang masalah dengan tidak menanggapi ucapan Kaluna. Mau bagaimana pun berdebat dengan Kaluna, gadis itu pasti selalu punya seribu jawaban dan tidak akan pernah mau kalah. Meladeni Kaluna hanya buang-buang waktu.
"Pertanyaan saya yang awal, belum kamu jawab."
"Pulang Sekolah, temenin gue ke Salon."
"Saya sedang banyak urusan. Kalo kamu-"
"So sweet," sela Kaluna memotong pembicaraan Raka. Seketika pandangannya beralih pada sebuah pigura kecil yang terpajang rapi di atas meja Raka. Tentu, Kaluna sangat mengenal siapa sosok gadis di balik foto pertunangan sepasang kekasih tersebut, sang tunangan Raka.
Sudut bibirnya terangkat, ia meraih pigura tersebut. Melihat foto itu dari jarak lebih dekat.
Terlihat sangat mesra dengan Raka yang merangkul erat pinggang gadis yang dibalut dress putih itu. Tentu saja, hati kecil Kaluna sangat cemburu. Perasaannya bergejolak tidak terima. Namun, Kaluna masih mampu untuk mengendalikan sikap dan raut wajahnya agar tetap tenang menunjukkan seolah ia tidak terpengaruh sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna (SUDAH TERBIT)
Dla nastolatków"Kalo gue maunya sama lu, gimana?" "Saya sudah bertunangan, Kaluna." Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.