"Sayang, maaf ya hari ini aku gabisa makan malam bareng keluarga besar kamu."
Raka mencengkeram setir mobil kuat, rasa bersalah menyelimuti perasaannya saat ini. Raka merasa ia sudah menjadi pria paling brengsek karena telah mengecewakan kepercayaan yang sudah diberikan Sang Tunangan.
"Loh, kenapa? Ada masalah?"
Raka menutup kelopak mata, terdengar nada lirih penuh kekecewaan dari sebrang telfon. Haruskah ia tega membohongi tunangannya?
"Hallo? Sayang?"
"Umm, aku ada urusan urgent dengan pemilik Sekolah untuk membahas Olimpiade matematika yang diadakan akhir semester nanti. Kemungkinan bisa sampai malam hari, karena aku juga bakal ngadain bimbingan."
"Gitu ya? yaudah gapapa, mau gimana lagi. Nanti aku yang jelasin ke keluarga besar aku. Kamu semangat ya sayang, kabarin kalau ada apa-apa."
"Makasih, maaf ya sayang. I love you."
"It's okay, Honey. I love you too, Be carefull."
Raka melemparkan ponsel pada dashboard mobil setelah sambungan panggilan terputus. Memalingkan wajah, tatapannya tertuju pada seorang gadis yang tengah memarahi Satpam Sekolah. Siapa lagi kalau bukan Kaluna.
Arogan, satu kata yang tertancap di pikiran Raka.
Entah apa yang sedang dipermasalahkan oleh gadis itu, Raka pun tidak ingin tahu suara keributan dari luar sana. Menjadi anak tunggal dari pemilik sekolah yang elite, tentu saja sudah menjadi keberuntungan yang luar biasa bagi Kaluna.
Semua orang pasti menginginkan berada di posisinya. Terlahir dari keluarga yang berkecukupan, fasilitas mewah, bahkan Kaluna tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan nilai bagus, karena kelulusan Kaluna sudah pasti terjamin semenjak gadis itu menginjakkan kakinya ke Sekolah bergengsi tersebut.
Kaluna di perlakukan sangat terhormat di Sekolah ini.
Bel pulang Sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu, Raka dibuat tak habis pikir lagi tatkala Kaluna sudah stand by menunggu di depan ruangan kelas Raka yang tengah mengajar pada jam terakhir.
Jika dipikir-pikir, Raka jarang sekali melihat Kaluna berbaur dengan siswi lain. Terkadang hanya berdua bersama Caca, Itupun tak jarang Kaluna terlihat ringan tangan dan bersikap semaunya. Bagi Raka, Kaluna memang cukup mandiri, berani, dan terlihat tidak butuh banyak teman yang hanya memanfaatkan popularitasnya.
Dan anehnya, kenapa sekarang ia harus memikirkan Kaluna?
Raka mengacak rambutnya frustrasi, ia merasa kacau karna telah berbohong dengan tunangannya. Ditambah ke-tidak berdayaan Raka untuk menolak kemauan Kaluna.
"Ngelamunin gue ya?"
Suara tersebut berhasil menarik kesadaran Raka dari pikirannya sendiri. Entah sejak kapan Kaluna sudah membuka sisi pintu mobil. Kaluna tertawa jahil. Perhatian Raka malah tertuju pada kedua tangan Kaluna yang memeluk erat berbagai macam camilan dan botol minuman.
Satu alis Raka terangkat heran, "Kita cuman mau ke Salon kan?"
"Iya, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Kalo gue maunya sama lu, gimana?" "Saya sudah bertunangan, Kaluna." Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.