Setelah drama ‘Anak kucing’ selesai, saat ini mereka berdua tengah terduduk di sebuah tempat balkon kamar Kaluna. Raka menatap iba pada Strawberry yang terkurung kembali di dalam keranjang asalnya. Ingin sekali rasanya Raka membawa makhluk mungil tak berdosa itu ke dalam dekapannya. Namun, apa boleh buat. Monster di sisinya jauh lebih menyeramkan. Raka baru saja mengambil kesimpulan bahwa Kaluna ternyata memang tidak menyukai anak kucing. Tapi tidak masalah, biar dia yang akan jadi Baby Suster Strawberry nanti.
Raka mengalihkan tatapannya pada Kaluna, gadis itu sedari tadi hanya diam menatap kosong ke depan sambil memainkan petikan gitar. Raka memang cukup mengakui, kemampuan gitar Kaluna sangat bagus ditambah suara vokalnya. Gadis itu memang memiliki bakat seni musik yang mumpuni.
"Kamu ga nyanyi?" Tanya Raka.
Kaluna menggeleng pelan, "Ga pengen."
Raka mengangguk kecil. Bingung harus memulai pembicaraan seperti apa. Kaluna terlihat sangat berbeda seperti biasanya, entah karena apa. Ia belum berani menanyakan langsung pada gadis itu. Menurut Raka, Tubuh Kaluna jauh lebih kurus dan kulitnya sangat pucat.
"Kamu gapapa?" Tanya Raka sedikit memiringkan wajahnya, menatap Kaluna lebih jelas.
Hening sejenak, sebelum Kaluna menunduk. Menangis terisak. Menyadari hal itu, tentu saja Raka langsung panik bukan main. Baru kali ini ia melihat Kaluna menangis. Biasanya gadis itu terlihat sangat berani dan penuh percaya diri. Seakan, semua itu telah sirna di dalam diri Kaluna.
Raka mengangkat satu tangannya, mengusap punggung Kaluna. "It’s okay kalau belum bisa cerita. Nangis aja gapapa, saya temenin kamu."
Mendengar itu, perasaan Kaluna semakin sesak. Air matanya semakin bercucuran deras. Meletakkan gitarnya, lalu Kaluna membawa tubuhnya ke dalam dekapan Raka. Memilih menumpahkan seluruh air matanya pada dada bidang itu. Sementara itu, Raka hanya bisa terdiam tatkala tiba-tiba Kaluna mendekapnya erat. Mungkin Kaluna sedang butuh seseorang yang bisa mencurahkan seluruh perasaannya.
Raka memejamkan mata, memohon maaf pada Nayla dalam hati. Rasa bersalahnya terkalahkan oleh kepeduliannya pada Kaluna. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Raka mengusap rambut Kaluna. Satu tangannya yang lain menepuk-nepuk punggung Kaluna.
15 menit telah berlalu...
"Masih mau nangis?" Tanya Raka dengan intonasi yang lembut.
Kaluna menggeleng pelan, masih membenamkan wajahnya pada ceruk leher Raka. Tak lama kemudian, Kaluna melepaskan dekapannya dan menatap Raka tanpa ekspresi. Raka terkekeh, melihat wajah Kaluna yang sembab dan banyak ingus yang mengalir dari hidung gadis itu. Ternyata perempuan secantik Kaluna, bisa mengeluarkan ingus juga ketika menangis.
Jari tangannya terangkat mengusap bekas ingus Kaluna tanpa ada rasa jijik sedikit pun. Hatinya sedikit terenyuh tatkala Raka memperlakukannya sangat baik. Tanpa sadar, seutas senyum samar tersungging di bibirnya.
"Kamu mau cerita?"
Kaluna menggeleng pelan, lalu bergeser duduk di samping tubuh Raka. "Ngga," jawabnya.
Menikmati embusan udara malam yang menyapu wajahnya, Raka menutup kelopak mata.
"Ngapain lu kesini?" Tanya Kaluna.
Raka menoleh, mengulas senyuman tipis. "Saya mau jenguk kamu. Katanya, anak-anak kesini minggu lalu. Tapi, kamu masih istirahat. Saya cuma ingin memastikan saja."
"Terus sekarang menurut lu?"
Raka terdiam sejenak, "Kamu beneran gamau cerita?"
Kaluna tertawa hambar, "Kalo gue cerita sama lu, masalah gue selesai? Ngga kan. Lu mau gue cerita bukan karena lu peduli sama gue, tapi cuman buat ngejawab rasa penasaran lu doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna (SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja"Kalo gue maunya sama lu, gimana?" "Saya sudah bertunangan, Kaluna." Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.