Part 9

1K 23 0
                                    

"Habiskan Cokelatnya ya," ucap Raka di dalam mobil.

Kaluna tersenyum tipis dan mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu, satu tangannya terangkat melambaikan tangan pada Raka tatkala mobil itu mulai melaju meninggalkan Kaluna sendiri.

Memperhatikan mobil yang sudah menghilang, Kaluna menghembuskan nafas kuat. Pagi ini ia sudah sampai di sebuah Bandara untuk menjemput salah satu teman dekatnya. Suasana hati gadis itu cukup membaik, karena merasakan perhatian Raka yang bahkan sangat jarang sekali ia dapatkan.

Kaluna menurunkan pandanganya pada sebuah kantong belanjaan yang berisikan beberapa batang Cokelat, Es Cream, dan Susu Vanilla yang berada di genggamannya.Sudut bibir Kaluna terangkat, faktanya ia memiliki alergi Cokelat. Namun Kaluna tidak ingin jujur pada Raka, takut jika mengecewakan pria kesayangannya itu. 

Baru saja ingin berbalik badan, Kaluna dibuat terperanjat saat melihat wajah Caca dan Anna tiba-tiba sudah nongol tepat di depan wajahnya diiringi cengiran lebar.

Siapa yang tidak terkejut?

Apalagi ekspresi mereka sangat psikopat.

"Setan!! Gila lu pada ya?!" Umpat Kaluna.

"CIEEEEEE!!" Goda keduanya dengan kompak. Kaluna berdecak, memutar matanya malas.

Tatapan Caca tertuju pada bungkusan kantong di tangan Kaluna, "Widihh, apaan tuh? Bagi dong."

Dengan sigap, Kaluna langsung menjauhkan kantong belanjaannya dari rampasan Caca. Ia melemparkan tatapan sinis, memeluk erat kantong itu."Enak aja! Ini punya gue dari Raka.

"Ya ampun Lun, lu alergi Cokelat ini."

"Biarin! Mau sampe busuk bakal gue pajang ni Cokelat. Kalo bisa gue tempelin di mading Sekolah, biar semua orang tau ini bukti benih-benih cinta Raka!"

"Beneran kesambet lu, Anjing!" Maki Caca. Kaluna mencebikkan bibir, mencibir Caca.

"Astaga malah ribut, gada sesi temu kangen sama gue gitu?" Ucap Anna. Gadis blasteran itu mengerucutkan bibirnya sebal.

"Haiiii Annaaaa," teriak Kaluna, ia langsung merentangkan kedua memeluk Anna. Tak hanya Kaluna, Caca pun ikut memeluk Anna, kini mereka bertiga berpelukan.

Suara berisik dan heboh yang berasal dari ketiga gadis itu berhasil membuat mereka menjadi pusat perhatian dari sekeliling orang yang sedang berlalu lalang di Bandara. Tanpa ada rasa malu, mereka berpelukan sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan. Kini pelukan mereka telah terlepas. Kaluna menyilangkan kedua tangan, menatap Anna.

"Sorry ya, malah gue yang dateng telat," Ucap Kaluna.

"Gapapa, Caca udah stand by kok." Anna terkekeh, merangkul pundak Caca. Hal itu langsung tak luput dari perhatian Kaluna. Kaluna diam, melihat keakraban Anna dan Caca sedang tertawa bersama saling melemparkan guyonan receh.

"Yoi, sampe lumutan nunggu kanjeng bule dateng," celetuk Caca.

Anna terkikik, "Kampret lu,Ca!"

Kaluna selangkah mundur, melirik dari atas ke bawah perubahan penampilan Anna yang sangat berbeda. Lalu ia berdehem untuk mengalihkan perhatian Anna dan Caca yang sibuk bergurau.

"Tambah cantik aja," puji Kaluna.

"Biasa aja, secantik-cantiknya gue lebih cakepan lu. Gada apa-apa nya sumpah," jawab Anna, terkekeh.

Kaluna tertawa kecil, sebagai jawaban. Kaluna pun merasa begitu, tidak ada yang bisa menandingi kecantikannya termasuk Anna sekali pun.

Anna lebih dewasa satu tahun dari mereka. Di usianya yang masih belia, Anna sedang merintis sebuah usaha kafe di Bali selama kepindahannya untuk melanjutkan study di Bali dan tinggal di sana selama bertahun-tahun. Sama seperti Kaluna, Anna termasuk golongan anak dari keluarga yang berada. Kedua orang tua Anna merupakan seorang chef yang sukses dan memiliki restoran yang terkenal di Indonesia. Sekarang, ia kembali ke tempat kelahirannya untuk sekedar liburan.  

Kaluna (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang