"Gue gamau, njing!"
Kaluna melempar selembaran kertas yang diberikan Dewi tepat mengenai wajah siswi itu, salah satu murid satu angkatan dengan Kaluna namun berbeda kelas. Memasuki jam istirahat, Oji dan Dewi selaku peserta yang akan mengikuti Olimpiade menghampiri Kaluna untuk memberikan beberapa kisi-kisi Olimpiade matematika atas perintah dari Raka.
Tentu saja, Kaluna menolak. Walaupun nama Kaluna sudah terdaftar, ia tetap tidak peduli. Gadis itu tidak akan pernah mau mengikuti Olimpiade matematika. Bergelut dengan menghitung angka, membayangkannya saja sudah membuat Kaluna muak.
Bersedekap lengan, Dewi menatap Kaluna dengan jengkel, "Tapi ini perintah dari Pak Raka."
"Ya bilang aja gue gamau." sahut Kaluna tak mau kalah.
Oji menghela nafas, "Nanti kita kerja Team Lun, coba aja dulu. Lu dipilih sama pak Raka," bujuk Oji dengan intonasi yang pelan.
Kaluna memutar bola mata malas, "Bacot banget ya lu berdua, buang-buang waktu gue. Minggir!" Kaluna menubrukkan pundaknya pada Dewi, saat gadis itu hendak melenggang keluar dari Kelas.
"Pantes ya, keliatan banget lu itu emang ga pernah diajarin attitude," sarkas Dewi.
Jika Kaluna muak, maka Dewi merasa jauh lebih muak berhadapan dengan Kaluna. Sejak tadi mereka sudah berusaha mencoba membujuk Kaluna dengan cara baik, namun gadis itu tetap membangkang.
Apakah anak dari pemilik yayasan harus bersikap semena-mena seperti itu? Siapa yang tahan untuk berteman dengan Kaluna?
Mendengar perkataan Dewi barusan, Kaluna menghentikan langkah kakinya. Garis senyuman miring terukir di bibir itu, lalu ia memutar badan menghadap Dewi.
Sedangkan Oji, mendadak gusar melihat Kaluna seketika langsung berubah mimik wajah menjadi serius. Perkataan Dewi jelas menyinggung Kaluna, walaupun fakta tersebut benar adanya. Tapi seorang Kaluna pasti tidak akan pernah terima jika orang lain mengatakan hal itu bahkan sampai terdengar dari telinganya.
"Wahh, gue tertampar banget. "
Oji bergerak cepat, mencoba menenangkan Kaluna. Siswa berambut keriting itu meraih pundak Kaluna, namun malah ditepis kasar oleh Kaluna
"Udah lun, yaudah kalo lu gamau. Ntar gua ngomong deh sama pak Raka," ucap Oji.
Oji menghalangi Kaluna dengan berdiri menjulang di antara dua gadis itu. Postur badannya yang tinggi nampaknya memang berhasil untuk menghalau Kaluna dan Dewi.
"Biarin aja, Ji. Orang kayak dia, kalo kita maklumin mulu ntar tuman. Lu ga enek apa baik-baikin dia dari tadi, kelakuan orangnya aja kayak tai! " celetuk Dewi.
"Minggir!"
"Lun, please..."
Plakk
Seisi murid yang masih di kelas terkejut bukan main saat mendengar suara tamparan yang sangat nyaring dan melihat Oji tersungkur di lantai. Mereka langsung mendekat, mengerubungi sumber suara. Menonton perseteruan Kaluna dan Dewi, lagi-lagi Kaluna berulah. Sebagian dari mereka hanya yang sekedar menjadi penonton, ada juga yang langsung merekam kejadian tersebut untuk menjadi berita khusus di Sekolah.
Oji menyeka hidungnya yang mengeluarkan darah, tamparan Kaluna sangat keras bahkan membuat Oji mimisan karenanya. Lelaki berambut keriting itu di bopong oleh siswa lain dan di dudukkan di sebuah kursi.
Kaluna tidak peduli, ia sudah terlanjur basah untuk berhenti.
"Lu pikir gue takut sama lu?" Tantang Dewi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna (SUDAH TERBIT)
Roman pour Adolescents"Kalo gue maunya sama lu, gimana?" "Saya sudah bertunangan, Kaluna." Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.