"Pakai kaosnya."
Dengan sigap, Kaluna langsung menangkap sebuah kaos hitam yang dilemparkan Raka ke arahnya.
Satu alis Kaluna terangkat, kenapa Raka lancang sekali? Setelah rapat selesai tanpa banyak bicara, ia langsung menuntun gadis itu ke sebuah tempat loker khusus guru dan memberikan kaos hitam yang harus dikenakan Kaluna selama ia menjalani hukuman.
Kaluna menggerutu sebal dalam hati, ternyata dia baru saja di prank oleh Raka. Kaluna kira, akan ada adegan kiss brutal seperti yang ia tonton di drakor. Tapi tidak mungkin juga Raka melakukannya di area Sekolah. Pria itu beraninya di kandang.
"Ngapain gue harus make baju jelek ini?"
Raka berbalik menghadap Kaluna yang berdiri tak jauh dari posisinya. Bersedekap lengan, Raka menatap Kaluna sambil menyandarkan punggungnya pada sebuah lemari, "Kaosnya baru, itu saya beli kemarin. Saya pilih yang paling bagus untuk kamu," jawabnya.
"Kaos itu harus kamu pakai selama kamu menjalani hukuman. Kamu dapat mengikuti pembelajaran kelas seperti biasa, hukuman kamu akan dikerjakan saat waktu istirahat dan pulang Sekolah."
"Kalo gue gamau?"
"Saya sudah bicara dengan Pak Bara, kalau kamu melanggar akan saya catat dan waktu hukuman kamu akan ditambah," ucap Raka dengan tenang, memperlihatkan sebuah buku notes kecil dan pulpen yang ada dalam genggamannya sekarang.
Sudut bibir Kaluna tersungging, mengejek perkataan Raka.
"I don't care!" Ia melemparkan kaos itu ke lantai, terjatuh tepat mengenai ujung sepatu Raka.
Menghela nafas, lalu Raka mengangguk kecil. Menuliskan sebuah catatan pada buku notesnya, "Oke, hukuman kamu ditambah satu hari dalam sebulan."
"HAH? Sebulan?"
"Oh maaf, saya lupa kasih tahu rentang waktu kamu dihukum selama sebulan dan satu hari sesudahnya karena kamu melanggar perkataan saya barusan," cecer Raka.
"Apa apaansi lu? Norak tau ga!"
"Ini karena ulah kamu sendiri, Kaluna. Saya bisa coret penambahan waktu hukuman kamu, kalau kamu pakai kaosnya, sekarang!" Raka mengambil kaos itu lalu kembali melemparkannya pada Kaluna.
Kaluna melayangkan tatapan sinisnya pada Raka dan dibalas senyuman simpul oleh pria tersebut. Kaluna menghembuskan nafas kuas, semakin dia terlihat kesal justru akan memperlihatkan dirinya kalah di hadapan Raka. Sepertinya dia harus memilih mengikuti permainan Raka dan bersikap seolah tidak terpengaruh sedikit pun.
"Oke." dengan santai, ia melepas seragamnya di hadapan Raka, menampilkan tanktop berwarna merah yang ia kenakan.
Raka memalingkan wajah, enggan menatap tubuh Kaluna.
Kaluna terkekeh geli, "Gausa so alim, Lu udah tau bentuk tubuh gue."
"Kaluna, jaga omongan kamu!" Desis Raka.
Memang tidak ada ketakutan sedikit pun di dalam diri Kaluna. Ia selalu dapat mengutarakan apa saja semaunya tanpa melihat situasi bahkan saat mereka masih di dalam area Sekolah sekalipun. Hal itu yang membuat Raka cukup kesal mengingat ia selalu menjaga nama baik di Sekolah namun Kaluna semakin menguji kesabarannya.
Dengan acuh tak acuh, ia mengenakan kaos hitam itu. "Puas?"
Raka tidak menjawab. Tatapannya lalu berkeliling dan menemukan sebuah sapu yang tergeletak di ujung ruangan. Ia menunjuk ke arah sapu itu dengan pulpen ditangannya, "Take it, sapu area Perpustakaan"
Hening sejenak, sebelum Kaluna tertawa.
"Apa lu bilang?"
Raka menghela nafas, "Sapu area Perpustakaan. "
![](https://img.wattpad.com/cover/368630258-288-k192788.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna (SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja"Kalo gue maunya sama lu, gimana?" "Saya sudah bertunangan, Kaluna." Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.