Setelah mendeklarasikan keresmian hubungan mereka, malam ini Raka dan Kaluna tengah merayakan bersama dengan berdansa di dalam kamar diiringi suara musik yang mengalun. Raka tersenyum, saat Kaluna bergerak memutar centil dan berakhir mendekap tubuhnya. Menurunkan wajahnya, Raka mengecup lembut bibir Kaluna.
Tak lama kemudian, sebuah ponsel di dalam saku celana Raka bergetar. Ia merogoh ponselnya, melihat panggilan masuk dari Nayla. Dengan gerakan cepat, Raka langsung mematikan musik dan berjalan menjauh untuk mengangkat panggilan tersebut. Sementara itu, Kaluna berdecak kesal lantaran Nayla selalu mengganggu kebahagiaannya walaupun hanya sedetik saja.
Dengan kaki yang di entak-entakkan Kaluna ikut menghampiri Raka, menenggelamkan tubuhnya di pelukan pria yang sudah berstatus sebagai kekasihnya itu. Sambil mendengarkan pembicaraan Raka dan Nayla.
"Dari tadi aku telepon ponsel kamu ga aktif terus. Kamu dimana?"
"Aku lagi lembur, Nay. Lagi banyak kerjaan, kenapa sayang?"
Raka hanya tersenyum tipis, ketika Kaluna melemparkan pelototan tajam. Bibir gadis itu mengerucut sebal lantaran Raka memanggil Nayla menggunakan embel-embel ‘sayang’. Raka hanya bisa mengecup bibir cemberut Kaluna. Lalu mengusap rambut halus itu dengan penuh kasih sayang.
"Aku belum bisa tidur, biasanya kita sleepcall. Feeling aku gaenak terus dari tadi. Gatau kenapa." Terdengar embusan nafas berat dari seberang telefon.
Raka menghela nafas, "Kamu kurang istirahat aja, Nay. Nanti kalo ada waktu kita sleepcall lagi ya?"
"Iya, sayang. Kamu kapan pulang?"
"Nanti kalau kerjaan aku sudah selesai, aku kabarin ya."
"Yaudah kalau gitu, Kamu semangat ya. Kabarin aku kalo ada apa-apa. I love you."
"Makasih, sayang. Love you too."
Setelah sambungan panggilan terputus, Raka langsung melempar ponselnya ke sembarang arah. Mengangkat tubuh Kaluna dalam pangkuannya lalu membanting gadis itu ke atas kasur. Kaluna cekikikan, tatkala Raka mengendus aroma tubuh Kaluna pada ceruk leher gadis itu. Kedua tangan Raka mengurung sisi tubuh Kaluna yang terkurung di bawahnya. Tatapan mereka beradu, Raka menyeringai saat jari-jari tangan Kaluna membuka kancing kemejanya satu persatu.
"Maksudnya lembur sama aku kan?" bisik Kaluna, menjilat telinga Raka dengan gerakan sensual.
Raka terkekeh, lalu memagut bibir nakal itu brutal. Tidak ada kata ampun untuk Kaluna, malam ini.
~
"Kapan kamu mulai Sekolah lagi?"
"Besok, mungkin."
Raka mengangguk sebagai jawaban. Tangannya sibuk mengeringkan rambut Kaluna yang basah menggunakan hairdryer di atas pangkuannya. Setelah pergulatan panas mereka semalam, pagi ini Kaluna dan Raka baru saja selesai mandi bersama. Dengan balutan kemeja yang rapi, Raka sudah siap untuk pergi mengajar ke Sekolah.
"Saya ga enak sama kedua orang tua kamu. Apalagi sampai nginap, terkesan seperti tidak sopan."
Kaluna terkekeh mendengar ucapan Raka, terdengar sangat konyol bagi Kaluna. Jangankan menginap, mereka sudah bersetubuh saja kedua orang tuanya tidak akan pernah peduli. Siapa yang akan berani melarang? Wanita ular gila uang itu? Dia saja mengandalkan Kaluna agar tetap bertahan di rumah mewah ini. Atau kah Bara? Bedebah itu sudah sangat menyayanginya seperti orang bodoh.
"Mereka ga akan peduli, Raka."
Raka mendengus, meletakkan hairdryer ke atas meja rias. Lalu memeluk pinggang Kaluna dengan erat, "Boleh saya minta sesuatu dari kamu, Luna?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction"Kalo gue maunya sama lu, gimana?" "Saya sudah bertunangan, Kaluna." Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.