Part 17

763 30 3
                                    

"Kamu mau kemana, Luna?" Tanya Adelia berdiri di ambang pintu kamar Kaluna yang tidak terkunci.

Sudah hampir dua jam, Kaluna masih berdandan. Adelia menghela nafas, menatap kekacauan yang sudah dibuat putrinya. Hampir seluruh baju di dalam lemari Kaluna telah berhamburan di atas kasur dan lantai.

Mengomel hingga mulutnya berbusa pun, tidak akan pernah mempan untuk Kaluna. Daripada semakin menguras energi, Adelia masuk ke dalam kamar. Memunguti pakaian dan menata kembali ke dalam lemari.

"Bagus ga, Mom?" Tanpa mengindahkan pertanyaan Adelia, Kaluna justru bangun dari kursi riasnya berpose memutar di hadapan ibu kandungnya.

Adelia tersenyum, "Cantik banget putri Momy," puji Adelia.

"Mau jalan ke mana? buruan Raka nungguin dari tadi loh."

Adelia sepenuhnya mendukung kedekatan mereka berdua. Meskipun dia mengetahui Raka telah bertunangan, Adelia tetap menyetujui apa pun yang Kaluna inginkan. Lagi pula jika diperhatikan, Raka sosok pribadi yang santun dan bisa sabar menghadapi sikap Kaluna yang keras kepala.

Hal paling penting saat ini adalah kebahagiaan putrinya. Hanya itu cukup bagi Adelia untuk menebus kasih sayang yang belum Kaluna dapatkan walaupun dengan cara yang salah.

"Biarin aja. Emang Raka bisa marah sama Luna?"

"Mau jalan kemana, sayang?"

"Aku mau main ke rumah Gema," jawab Kaluna sambil memoleskan Lip gloss pada bibirnya menghadap cermin rias.

"KALUNA!"

Kaluna mengedikan bahu tidak peduli, "Aku gamau, Mom. Gema tetap adik aku, aku lebih milih ribut sama Momy daripada ngejauhin Gema," balasnya santai.

"Kamu pilih anak sialan itu daripada ibu kandung kamu sendiri, Kaluna?!" Gertak Adelia murka.

Kaluna tertawa kecut, meraih tas mungilnya. Menatap Adelia dengan datar.

"Kalaupun Gema bukan anak Momy. Tapi dia masih anak ayah," desis Kaluna, menatap wajah ibunya dengan sorot mata yang menyala kebencian.

"Ayah kamu sudah mati, Kaluna!"

Kaluna membanting kencang gelas di atas meja hingga pecah berkeping-keping. Melayangkan tatapan menantang pada seorang wanita paruh baya di hadapannya. Bibirnya terkatup rapat menahan emosi yang meruak.

"KALUNA-"

"APA?! HAH?! AYAH MATI GARA-GARA LU NINGGALIN DIA! GEMA CACAT GARA-GARA DUA ORANG SIALAN ITU! " Teriak Kaluna, ia sudah tidak dapat lagi membendung darah yang mendidih ditubuhnya.

Sementara Adelia, matanya berkaca-kaca, kedua tangannya membekap bibirnya yang bergetar ketakutan. Rasa sesak menikam perasaan Adelia kala melihat putrinya membentak dirinya tanpa ada rasa takut. Adelia tidak menyangka darah dagingnya, putrinya, bersikap kasar kepadanya.

Dering panggilan mengalihkan perhatian keduanya.  Kaluna langsung mengeluarkan ponsel lalu mengangkat panggilan dari kontak bernama Raka.

"Ya, tunggu bentar. " Setelah itu Kaluna mematikan sambungan telefon

Sudut bibir Kaluna terangkat, tersenyum miring. Tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi, ia langsung menubrukkan pundak Adelia yang menghalangi jalannya. Lalu meninggalkan Adelia sendirian di kamar. Kaluna sudah tumbuh dalam kebencian, tidak peduli ia melukai hati seorang ibu yang melahirkannya.

Adelia tersentak saat mendengar bantingan kuat pintu kamar Kaluna yang tertutup. Satu bulir air mata jatuh membasahi pipi Adelia, tubuhnya seketika terasa lemas. Adelia menjatuhkan tubuhnya di lantai, menangis terisak.

Kaluna (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang