"Padahal sudah hampir Minggu kedua masih saja anak itu tidak masuk. Teman-temannya yang menjenguk saja di tolak. Gatau itu sakit beneran atau memang malas," ucap seorang guru wanita yang tengah berbicara dengan guru wanita yang lain.
"Namanya juga anak pemilik Sekolah, semaunya dia. Seenggaknya Sekolah jadi tenang, deh. Kalo dia masuk, pasti ada aja kasus baru lagi."
"Emang sakit apa sih dia?"
"Belum ada yang tahu. Tapi katanya, dia ngurung diri di kamer. Kayaknya lagi ada masalah keluarga, deh. Pak Bara sama Ibu Adelia kan jarang keliatan di publik, mungkin aja kan?" Timpal guru yang lain, semakin memelankan suaranya. Para guru wanita itu mengangguk ragu-ragu.
Raka menghela nafas, masih dengan raut wajah tenangnya ia mematikan tombol dispenser sambil mendengarkan saksama para guru wanita yang sedang bergosip di dalam ruang kantor tersebut. Ia sangat mengetahui bahan gosip mereka yang tak lain adalah Kaluna.
Hampir sebagian guru memang tidak menyukai Kaluna, bahkan terang-terangan sering membicarakan buruk tentang gadis itu. Cukup membuat Raka sedikit jengkel dengan para guru yang bersikap tidak profesional tersebut.
Melangkahkan kaki santai, Raka menghampiri ke arah sumber suara itu. Seketika mereka langsung merapatkan bibir tatkala menyadari keberadaan Raka yang sudah berdiri menjulang di antara mereka, sambil memasang senyuman tipis. Berhasil menambah pesona siapa pun yang melihatnya. Sebagai guru muda yang berkarismatik dan memikat, rupanya Raka tidak hanya digemari oleh kalangan siswi-siswi perempuan. Melainkan Guru-guru wanita muda pun terkadang sering menggoda Raka dan bersikap centil pada guru matematika itu.
"Selamat pagi ibu-ibu cantik, sedang bertukar informasi apa pagi ini?" Tanya Raka terkesan menyindir.
Salah satu guru wanita itu tersenyum kikuk, menepuk ringan lengan Raka. "Pelajaran kok pak," jawab salah satu guru wanita.
"Bukannya bel pembelajaran sudah bunyi ya? Tidak ada jadwal mengajar kah?"
"Ini mau kok pak Raka," jawab mereka.
Raka tersenyum, mengangguk sebagai jawaban.
"Oh iya, hari ini Pak Toto lagi ada kunjungan sama kepala Sekolah. Katanya Pak Raka sementara gantiin kelas siang pak Toto mengajar."
Lagi-lagi Raka mengangguk, "baik."
~
Memasuki jam pelajaran kedua, saat ini Raka sudah berada di hadapan seluruh murid kelas yang salah satunya di huni oleh Kaluna. Memegang secarik dokumen yang berisi absensi kehadiran, ujung pulpennya berhenti pada sebuah nama yang Raka ketahui tidak ada di dalam ruangan ini.
"Kaluna Putri Antonio?"
"Sakit, Pak."
Raka mengangguk kecil, mengisi keterangan absensi Kaluna. Lalu kembali melanjutkan ke urutan nama berikutnya. Tanpa ada yang tahu, sebenarnya Raka tengah memikirkan menghilangnya Kaluna selama dua minggu di Sekolah. Menerka-nerka, apa yang terjadi sebenarnya pada gadis itu. Apakah ini ada kaitannya dengan ke tidak sengajakan dirinya telah melukai Kaluna saat itu?
"Ada yang sudah menjenguk Kaluna?" Tanya Raka.
Seluruh murid diam, tidak ada yang menjawab. Lalu satu tangan Oji terangkat, yang statusnya adalah Ketua kelas. "Kami semua sudah datang ke rumahnya, pak. Tapi Kaluna masih belum bisa di jenguk."
Raka menghembuskan nafas berat, lalu mengangguk. "Sebelum saja jelaskan materi, baca materi yang sudah saya kirimkan ke grup kelas. Mohon untuk dipahami dan disimpulkan dengan baik. Poin pertama akan saya kasih kepada salah satu di antara kalian yang bisa menjawab pertanyaan saya nanti."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kaluna (SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja"Kalo gue maunya sama lu, gimana?" "Saya sudah bertunangan, Kaluna." Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.