Part 12

777 25 0
                                    

Menjelang larut malam, Kaluna baru sampai ke rumah sepulang dari tempat Gema. Kedua alisnya terpaut menyatu ketika baru saja melihat sebuah mobil yang sangat ia kenal keluar dari pekarangan rumah Bara dan melintasi mobil miliknya.

Kenapa Raka ada di sini?

"Raka dari kapan di sini, pak?" Sebelum memasuki pekarangan rumah, Kaluna bertanya pada seorang satpam rumah lewat jendela mobil yang ia buka.

Satpam itu membungkukkan badan agar menyejajarkan tubuhnya pada jendela mobil Kaluna, "Udah lama, Nona. Dari maghrib," jawab Satpam tersebut.

Kaluna mengangguk.

Beranjak keluar dari mobil, ia menyerahkan kunci mobilnya pada Satpam.

"Sendiri dia?"

Satpam itu menggeleng, "Tadi sama perempuan, Non. Kayaknya-"

"Oke."

Hari ini cukup melelahkan, mendengar nama gadis itu hanya membuatnya semakin kesal. Kaluna melangkahkan kaki memasuki rumah, ia masih penasaran kenapa tumben sekali Raka mengunjungi rumahnya apalagi di waktu larut malam seperti ini. Kaluna sempat menduga hal ini ada kaitannya dengan kejadian siang tadi di Sekolah.

"Kaluna, dari mana aja kamu?" Suara itu menyambut kedatangan gadis itu yang baru saja menutup pintu.

Tanpa mengindahkan pertanyaan Adelia, Kaluna melempar sembarangan tas ranselnya. Lalu merebahkan tubuhnya di sebuah sofa besar ruang tv dengan kaki yang masih terpasang sepatu.

"Kaluna, jawab kamu abis dari mana?!"bentak Adelia menaikkan intonasi suaranya.

Kaluna menghela nafas, "Dari rumah Gema," jawab Kaluna santai.

Adelia mencengkeram kuat gelas di genggamannya, menatap tajam ke arah gadis itu, "Kaluna-"

"Kenapa momy ga bilang, Raka kesini?" Sela Kaluna, ia tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya.

Mendengus kasar, Adelia memalingkan wajah, "Tanya aja sama daddy, Momy gatau!" Setelah mengatakan itu, Adelia pergi meninggalkan Kaluna dengan perasaan menahan amarah.

Kaluna memutar bola matanya jengah, Adelia masih saja arogan. Dengan sikap buruk Kaluna saat ini, sudah jelas membuktikan darah daging Adelia sangat kental mengalir di dalam diri Kaluna. Seketika Kaluna terkesiap, saat sepasang tangan mencoba melepas lembut sepatu yang masih terpasang di kakinya.

"Sepatu kamu dilepas dulu, itu kebiasaan buruk yang harus kamu ubah. " Ucap Bara, Kaluna terbangun lalu duduk dengan posisi menyampingi Bara sambil menyilangkan kedua tangan dan bersandar pada sofa. Ia menatap lurus ke arah sebuah televisi yang mati.

Bara duduk di samping Kaluna, menghadap putri angkatnya. "Daddy belum cukup mengenal sepenuhnya tentang diri kamu, tapi daddy rasa kamu pasti anak yang baik."

"Raka ngapain kesini, dad?" Kaluna mengalihkan ucapan Bara,  saat ini yang hanya ia butuh kan adalah sebuah jawaban mengenai kunjungan Raka.

"Membahas masalah kamu tadi di Sekolah, besok Daddy sama Momy akan datang ke Sekolah besok.  Nanti orang tua Dewi, ikut kami undang ke Sekolah. "

Satu alis Kaluna terangkat, "Terus?"

"Daddy akan coba ambil jalur damai," jawabnya.

"You're not angry?"

Bara tertawa kecil, mengusap rambut Kaluna "Apa kamu peduli kalau Daddy marah?"

"Luna cuman ga seneng aja sama omongan si mata cacat."

Kaluna (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang