"Kalo gue maunya sama lu, gimana?"
"Saya sudah bertunangan, Kaluna."
Kaluna putri Antonio, seorang gadis cantik yang mengejar cinta seorang guru Matematika yang sudah bertunangan, Raka Praja Mahesa.
Membuka kelopak mata, Kaluna terbangun dari tidur dalam keadaan jantungnya yang berpacu dengan cepat. Satu tangan Kaluna bergerak, meraba kasur di sampingnya. Terbelalak saat tidak menemukan keberadaan Raka. Beranjak bangun, Kaluna langsung menyalakan lampu tidur. Netra cokelatnya mencari Raka hingga seutas senyuman lega terbit tatkala melihat Raka yang telah terlelap di atas sofa besar.
Kaluna menghela nafas, mencengkeram kuat akar rambutnya. Ingatan masa kecil itu, terus berputar dan menghantui tidur Kaluna semenjak beberapa minggu terakhir. Ia melirik jam dinding, menunjukkan pukul dua dini hari. Kerongkongannya terasa kering, ia lantas turun dari kasur hendak menuju dapur.
Sebelum itu, Kaluna terlebih dahulu menghampiri Raka sambil membawa selimut di tangannya. Menyelimuti tubuh Raka untuk memastikan Raka dalam kehangatan. Tangannya terulur mengusap rambut pria itu, lalu mengecup kening Raka sekilas.
"Sweet dreams, My Prince."
Saat melintasi kamar Bara dan Adelia, samar-samar ia mendengar suara keributan dari dalam kamar ayah angkatnya itu. Mengikuti rasa penasaran, Kaluna mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka.
Sudut bibirnya terangkat, melihat Adelia yang sedang menangis melindungi diri dari serangan pukulan Bara. Entah keributan karena hal apa. Kaluna tidak mau tahu dan tidak peduli juga Tidak ada lagi rasa empati yang tersisa di dalam hatinya, termasuk kepada Sang Ibu Kandung.
"Ini pilihan Mommy kan? Nikmati lah, Mom." Gumam Kaluna pada dirinya sendiri.
Ia kembali berjalan menjauh, memilih untuk mementingkan rasa haus yang mulai menggerogoti tenggorokannya.
Kaluna mengerjapkan kedua matanya saat sinar matahari menyelinap masuk melalui celah-celah gorden jendela yang terbuka. Kaluna menggeliat untuk merenggangkan saraf otot-otot di tubuhnya yang kaku. Setelah beranjak bangun, Kaluna melihat sofa tempat Raka tidur semalam sudah kosong.
Apakah Raka sudah pulang? Namun tatapannya menemukan jaket hitam Raka yang masih tersampir di kursi meja rias miliknya. Entah dimana keberadaan pria tampannya itu. Kaluna turun dari kasur, hendak keluar kamar mencari Raka.
Saat menuruni tangga, feeling-nya yaitu sebuah dapur. Benar saja, Kaluna menghembuskan nafas lega melihat Raka dan Adelia yang sedang memasak bersama. Terlihat keakraban yang mulai terjalin kuat padahal baru saja mereka bertemu kemarin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menyadari kehadiran Kaluna yang berdiri diam di ambang pintu, Adelia menoleh dan tersenyum pada putrinya.
"Selamat pagi tuan putri, ada yang bisa kami bantu?" Sindir Adelia.
Raka ikut menoleh, lalu terkekeh mendengar sindiran Adelia yang tertuju pada Kaluna. Pria berkaus hitam polos itu melanjutkan kegiatannya yang sedang memotong sayur.
Raka tidak jago memasak, namun Raka tipe orang yang senang akan belajar hal baru. Saat ingin mengambil air minum dingin, Raka melihat Adelia yang sedang memasak sendirian di dapur. Hati Raka tergugah untuk ikut turun tangan membantu sambil menemani ibu kandung Kaluna di sela-sela mereka mengobrol bersama