MSB#34

74 6 0
                                    

Keadaan rumah Rasya sekarang mulai ricuh saat keluarga Ale telah sampai namun tidak dengan laki-laki tersebut. Semua orang mulai membicarakan hal yang tidak-tidak.

Keluarga Ale pun sangat malu, sudah hampir setengah jam mereka sampai namun Ale tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Neon berjalan menghampiri keluarga Ale yang tengah berusaha menghubungi putra mereka.

" Bagaimana ini Pak Pram, para tamu undangan sudah lama menunggu, di mana anak Bapak?" Tanya Neon.

" Maaf Pak Neon, kami sudah berusaha menghubungi tapi ponselnya tidak aktif, tadi Ale meminta untuk pergi sendiri dengan supir kami, dan ponsel supir kami pun tak bisa dihubungi." Jelas Pram.

Neon mengangguk mengiyakan, segera ia menjauh dan mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya. Terlihat bahwa Neon tengah menelpon seseorang.

" Cari dia secepatnya."

Di tempat lain di waktu yang sama, Junet dan teman-temannya sedang di pusingkan oleh ujian dadakan yang diberikan oleh Bu Deka.

Satu ruangan itu keteteran karena seharusnya mereka sudah bersantai di rumah saat ini, namun karena ujian ini mereka harus menggunakan kembali otak yang telah full dan hampir meluber itu.

" Soal macam apa ini ya Tuhan, satu doang soalnya tapi jawabannya tiga." Monolog Junet sembari meringis.

" Jun, lu udah?" Tanya Arya disebelahnya.

" Udah," jawab Junet singkat.

" Cepet banget gila, nyontek dong."

Junet dengan cepat menyerahkan lembar soalnya, Arya pun menerima dengan sumringah, namun senyumnya hilang saat ia membalikkan kertas soal tersebut, ya seperti yang kita ketahui bahwasanya kertas itu hanya ada soal saja.

" Andai ada Rasyid." Ujar Arya.

" Makanya belajar goblok." Saut Tara dari belakang mereka.

" Sok iye lu Tar, paling juga kertas lu kosong juga." Balas Junet.

" Kosong pale lu, gue dah selesai ya, tinggal ngumpul nih." Jawab Tara sombong.

Junet segera memalingkan wajahnya ke belakang dan tersenyum manis, dengan segera junet meraih lembar kertas milik Tara, namun aktivitasnya terhenti saat Bu Deka menahan kertas tersebut.

" Ekhmmm, mau ngapain Raffasya?"

" Owhh ahahaha saya cuman ngeregangin badan Bu, aduh-aduh pegelnya." Elak Junet.

" Menghadap ke depan sana, punya kamu sudah Tara?" Tanya Bu Deka.

" Su-sudah Bu."

" Oke anak-anak yang sudah boleh dikumpulkan dan boleh pulang." Seru Bu Deka.

Seisi kelas pun mendadak ramai dan orang-orang bergegas mengumpulkan lembar soal dan jawaban mereka, hanya tersisah beberapa orang saja lagi di kelas, salah satunya Junet.

Bu Deka dengan santai merapikan kertas-kertas yang dikumpulkan oleh siswa-siswinya, sembari menunggu segelintir orang itu menyesuaikan jawabannya.

Di luar kelas Arya, Tara, dan Raya tengah duduk bersantai di koridor sembari menunggu Junet. Perhatian mereka teralihkan saat ponsel yang di letakkan di sebelah Arya bergetar.

Dengan segera Arya melihat siapa gerangan yang menghubunginya, tertera nama Rasyid di layar handphonenya, dengan segera ia menggeser ikon hijau tersebut.

" Hallo, kenapa Syid?"

" Lu pada udah pulang kan? Tolong gue, di rumah lagi ricuh gara-gara si Ale belum datang." Suara Rasyid di sebrang sana terdengar sangat prustasi.

" Loh kok bisa sih, anjir emang tuh anak kerjaannya nyusahin orang mulu."

" Gue minta tolong Lo semua cari Ale, rutenya cari di sirkuit dan sekitarnya."

Arya dan yang lain pun saling tatap dan mengiyakan perintah Rasyid, sambungan telepon pun di putus. Ketiga manusia tampan itu segera beranjak untuk menghampiri Junet, yang syukurnya Junet juga berjalan menghampiri mereka.

" Net cepet net, darurat!" Teriak Raya.

Junet yang mendengarnya pun segera berlari menghampiri mereka, " apa apa apa yang darurat?" Tanya Junet.

Arya pun segera menjelaskan prihal masalah yang terjadi di kediaman Rasyid, seketika emosi Junet tersulut, dengan cepat mereka bergegas menuju ke parkiran dan segera melajukan kendaraannya masing-masing.

Sebelumnya Raya juga meminta bantuan anak-anak Zaigham untuk membantu mereka mencari Ale.

______________

" Pa, ini gimana? Tamu-tamu udah pada ngomongin hal yang nggak-nggak."

Joe berusaha untuk menenangkan Ani, bahwa sebentar lagi Ale pasti datang. Ani masih belum tenang, raut wajahnya terlihat tidak tenang.

Sementara itu, Rasya juga merasa ada yang tidak beres di bawah sana, karena acaranya belum dimulai hingga sekarang. Julia yang melihat gelagat resah Rasya pun segera menghampirinya.

" Rasya kenapa saya?"

" Kok acaranya lama banget ya Ma, belum dimulai dari tadi, ini udah jam satu siang loh."

Julia berusaha terlihat tenang dan meyakinkan Rasya bahwa acaranya akan segera dimulai, dan dia menyuruh Rasya agar tidak terlalu memikirkannya.

" Mama kebawah dulu ya, tadi papa Neon telepon, sekalian Mama suruh Ani kesini."

Rasya hanya mengangguk mengiyakan, Julia pun bergegas keluar dari kamar Rasya. Di saat menuruni anak tangga, Julia melihat orang-orang suruhan Neon dan ada Ale diantara mereka.

Julia bergegas menghampiri keramaian tersebut, ia sempat berhenti dan berjalan ke arah Kanaya yang tengah berdiri melihat keramaian itu dari jauh.

Julia pun segera menghampirinya, " Kanaya!" Panggil Julia.

Kanaya pun segera membalikkan tubuhnya, terlihat di sana Julia tengah berjalan menghampiri dirinya.

" Ada yang bisa Kanaya bantu Tante?"

" Kamu tolong temani Rasya di kamarnya dulu ya, Tante mau ngecek itu dulu."

Dengan sigap Kanaya segera mengiyakan dan bergegas pergi ke kamar Rasya, begitupun Julia ia segera melangkahkan kakinya ke luar dari rumah ini.

Saat sampai di kerumunan tersebut pandangan Julia teralihkan saat melihat putra bungsunya yang terlihat acak-acakan dengan baju berlumuran darah.

" Wi-wiraaa!"

My Soplak BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang