Dibawah langit abu-abu seorang wanita cantik tengah termenung menatap seorang pemuda yang tengah asik bermain bola dengan teman-temannya.
Perasaan menyesal, dan bersalah selalu menyelimuti hatinya. Menghancurkan cinta tulus yang telah diterima sejak kecil, kebodohan yang pernah dilakukan telah menghancurkan hati kecil pemuda tersebut.
" Maaf... Maaf... Maaf..." Lirih wanita tersebut dengan cairan bening yang mengalir dari netra coklatnya, bersamaan dengan butiran air yang mulai membasahi bumi.
Tak ingin beralih dari posisi, Rasya terus merutuki dirinya dibawah guyuran hujan, air mata yang terus mengalir disamarkan dengan derasnya air hujan.
" RASYA TOLOL, MASUK BODOH LO MAU SAKIT HA?" Teriakan Junet membuyarkan pikiran Rasya.
Junet berlari menghampiri Rasya dengan tubuh yang sudah basah, tanpa pikir panjang Junet segera menggendong Rasya dan segera berlari menuju rumah.
Tak lama keduanya sampai dirumah dikarenakan lokasi mereka tadi hanya berjarak satu rumah saja. Junet segera membawa masuk Rasya kedalam rumahnya dan menurunkannya kedalam kamar milik Rasya yang ada dirumahnya.
Mendudukkan wanita hamil tersebut di kursi yang ada disana, mencarikan handuk yang tersimpan di lemari. Rasya menatap Junet dengan raut sedih, bodoh sekali dirinya.
" Noh handuk, cepet mandi trus ganti baju." Ujar Junet sembari melempar handuk asal ke arah Rasya.
Melihat Rasya yang hanya diam saja Junet berdecak kesal " Woi denger kagak, Lo mau sakit ha!!" Ujar Junet dengan kesal.
Bukannya menjawab, Rasya menatap Junet dengan air mata yang mengalir deras. Junet pun dibuat panik oleh sikap Rasya " Lah kenapa Lo nangis gila, gue minta maaf udah bentak Lo, jangan nangis lagi ya."
Bukannya diam Rasya malah semakin kencang menangis, Junet semakin panik dan berusaha mendiamkan. Takut-takut dia dikira ngapa-ngapain anak orang.
" Maaf... Maaf..." Ujar Rasya sembari terisak.
" Lah?" Dengan raut bingung Junet mengusap wajahnya.
" Ma-maafin aku Raffa, aku bodoh, maafin aku yang ga pernah mau denger ucapan kamu, aku nyesel Raffa."
Junet menatap Rasya dengan raut yang sulit diartikan, " Udah Sya, sekarang Lo mandi dulu. Gue kebawah dulu." Junet segera bangkit dan meninggalkan Rasya yang masih menangis sesenggukan.
Junet berjalan kearah kamarnya, dengan air mata yang juga menetes tanpa malu. Julia yang kebetulan lewat terkejut dengan kondisi sang putra dengan pakaian yang basah kuyub, dan bersiap untuk memarahinya.
" Woy Jamaludin udah gede masih aja main hujan-hujanan kamu!" Omel Julia sembari menghampiri Junet.
Namun setelah dihadapan sang anak Julia seketika terkejut melihat Junet yang tengah menangis tanpa suara.
"Ya ampun sayang, kamu kenapa?"
" Ga papa Mak, tolong bantuin Rasya di kamarnya Mak, Junet mau bersih-bersih juga."
Julia semakin terkejut dengan penuturan Junet, Julia menatap punggung Junet yang menghilang dibalik pintu kamarnya dan segera menghampiri Rasya yang ada di kamarnya.
___________
Setelah mandi dan berganti pakaiannya, Junet merebahkan dirinya di kasur dengan motif sprei barbie. Menatap langit-langit kamarnya ditemani bayangan hitam yang ada disebelahnya.
" Gue kudu pie ini? Mau gue maafin tapi ini heart masih sick anjay, kagak gue maafin malah jadi beban pikiran anak orang, mana lagi bunting." Junet prustasi.
" Mending Lo maafin deh, biar sama-sama enak." Ujar bayangan hitam.
" Lo kira makanan, dasar syaiton."
" Yeee human, dikasih tau juga."
" Kiww dua cogan kesayangan gue!" Mbak Kunti menghampiri manusia dan setan tersebut. " Lagi pada bahas si neng Rasya yang cantik jelita ya, tadi aku liat masih nangis dikamar."
Junet pun menghela nafas berat mendengar penuturan mbak Kunti. " Tapi udah bersih-bersih kan mbak?" Tanya Junet.
" Udah, tadi dibantuin sama emak Lo."
" Gue pusing ah, Lo berdua minggat sono ganggu pemandangan gue aja." Usir Junet pada kedua syaiton tersebut.
Keduanya pun menghilang tanpa berdebat terlebih dahulu seperti biasanya. Junet pun bangkit dari kubur, eh bangkit dari kasurnya dan bergegas ke dapur untuk mencari makanan, perutnya keroncongan sendari tadi.
Saat menuruni tangga, Junet melihat Julia dan Ani di ruang tamu, Junet berlalu dan mencari cemilan di kulkas. Junet merasa kehilangan sesuatu," Mak!!! Roti Marie begal Junet mana? Kok tinggal bungkusnya!" Teriak Junet dari dapur.
" Dimakan Wira nih!"
Wira yang berada di bawah kaki Julia seketika panik, bisa-bisanya emaknya ini ember. Dengan susah payah Wira menelan sisah roti yang ada di mulutnya.
Saat bersiap untuk melarikan diri, tepat dihadapannya sepasang kaki menghadang. Siapa lagi pemiliknya kalo bukan Junet. Wira mendongakkan kepalanya dan melihat Junet yang menatapnya dengan garang.
" Ehehe Abang, misi bang." Wira menundukkan kepalanya dan merangkak melewati Junet.
Namun gerakannya terhenti karena Junet menarik bajunya, " Balikin Marie begal gue atau Lo, gue lelepin ke kolam!!" Ujar Junet dengan bengis.
" Huaaa ampun bang, Mama juga makan bang." Rengek Wira.
Junet segera menatap tajam Julia, " Mak eee, kenapa dimakan Marie begal Junet ih." Kesal Junet.
Wira merasa perhatian Junet teralihkan berusaha untuk melepaskan diri namun gagal. " Lo pergi beli marie begal ke indigo depan sekarang sepuluh bungkus pakek duit Lo! No kecot no bacot!!"
Wira menatap miris Mamanya, Julia pun hanya memberikan senyuman manisnya, uang jajannya hanya sisah beberapa lembar, dengan lemas dan perasaan tak ikhlas Wira pun bergegas membelinya, dia tak ingin wajah tampannya ini nanti bonyok gara-gara kemarahan Junet.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soplak Brother
HumorFirst story😁, Jadi Maaf kalo ada kata2 yang salah ________&&& Gue Wira Giandra Estiawan, dicerita ini sebenarnya bukan gue pemeran utamanya, melaikan Kakak laki-laki gue yang selisih usia kita cuma satu tahu. Dia Raffasya Jamaluddin Estiawan, gue...