MSB#20

220 20 2
                                    

Junet saat ini tengah bersantai didepan tv dengan selimut tebal menutupi tubuhnya, panasnya sudah sedikit mereda,hanya saja kepalanya masih terasa berat.

Aktivitas menontonnya terganggu saat seseorang duduk disebelahnya. Junet lantas menegakan tubuhnya namun tetap enggan untuk berbicara.

Wajah yang tadinya ceria sekarang terlihat ditekuk,seakan tak suka dengan kehadiran orang tersebut.

" Junet, aku minta maaf."

Junet masih enggan menyaut, ia masih kesal dengan Rasya. Lelah juga dengan sikapnya.

" Loh Junet, Rasya kok didiemin sih sayang."

" Usir dia Mak." Suruh Junet.

Rasya dan Julia dibuat terkejut oleh perkataan Junet. Julia merasa ada yang tidak beres dengan keduanya.

" Kok gitu sih sayang, Rasya kan pengen jenguk kamu. Lagia mama liat beberapa hari ini kalian jarang keliatan bareng."

" Aku ngga mau liat dia Mak!" Tegas Junet.

Rasya hanya terdiam sembari menunduk, entah mengapa dadanya menjadi sesak saat Junet mengusirnya. Ia tau bahwa ini semua salahnya, namun tidakkah Junet bisa memberikan Rasya kesempatan.

" Apa-apaan kamu Raffasya, Rasya itu tunangan kamu, kamu udah besar. Jangan kayak anak-anak!!" Marah Julia.

" Mama bilang aku kayak anak-anak?"

" Aku udah muak Mah!! Aku capek punya hubungan kayak gini, disini cuman aku yang berjuang Mah." Ujar Junet sembari terisak.

" Sekarang aku mau tunangan ini dibatalin aja Mah, biarin Rasya bebas keliatan dia terkurung sama status kita."

" Jadi sekarang biarin dia bebas..."

Plak...

Julia menampar Junet dengan kerasnya. Dia tak habis pikir dengan Junet.

" Hiksss... Junet capek Mahh, capek berjuang sendiri. Sedangkan Rasya dia nganggep Junet sebagai tunangannya aja nggak." Tangis Junet semakin pecah.

Karena sakit, Junet menjadi sangat sensitif. Jika kalian mengira Junet lelaki yang gengsian dan tak bisa menangis kalian salah. Junet tak pernah malu menangis didepan siapapun jika ia sudah tak sanggup.

Rasya pun ikut menangis, memang benar semua yang dikatakan Junet. Bahkan ia menerima pertunangan ini karena ia kasihan dengan Junet.

Suasa diruangan ini sangat dingin, dengan Junet yang masih terisak. Semua keluarga datang menghampiri mereka. Dengan raut bingun Neon menghampiri Junet yang menangis.

" Anak Papa kenapa sayang? Hmm bilang sama Papa." Ujar Neon sembari memeluk Junet.

" Junet mau batalin hikss pertunangan Junet Pah." Ujarnya lirih, setelahnya tubuh Junet melemas. Neon yang merasakannya langsung panik.

Junet segera dibaringkan, ia pingsan. Dengan segera Neon bergegas membawanya kerumah sakit.

Rasya masih diam mematung ditempatnya,hingga tepukan dibahunya membuyarkan lamunannya.

" Lo udah keterlaluan Sya, gue harap Lo bisa perbaiki semuanya." Ujar Rasyid.

_____________

Setelah Junet mengutarakan semua yang ia pendam, sekarang ia berakhir dirumah sakit. Demamnya semakin tinggi, hal itu yang membuat Neon sangat khawatir. Ia tak ingin kejadian waktu itu terulang lagi.

" Mas." Pagilan Julia mengalihkan perhatiannya sesaat.

" Iya, kenapa sayang?"

" Kita harus gimana sekarang mas, Junet minta tunangannya dibatalin. Kita harus bilang apa sama Joe dan Ani, aku takut nanti hubungan pertemanan kita ngga akan baik lagi." Ujar Julia.

" Nggak akan sayang, Joe udah tau semuanya dan mungkin kita yang salah dalam hal ini. Coba aja kita ngga usah jodohin mereka dulu. Mungkin semuanya ngga bakal kayak gini."

" Nanti aku mau bicara sama Rasya mas, apakah dia akan membatalkan pertunangan ini juga."

Neon menanggapi dengan anggukan,dan kembali fokus memperhatikan Junet yang masih memejamkan mata.

" Jagoan Papa, ngga bosen apa tidur mulu dari kemaren ngga bangun2. Anak lakik tuh harusnya kuat, kok ini malah sakit, mana nangis gara-gara cewek lagi." Ujar Neon sembari terkekeh, ia kemudian mengecup sekilas dahi Junet.

" Mah, Aku keluar bentar ya ada kerjaan yang mesti aku selesaikan hari ini." Pamit Neon pada Julia.

Tak lama setelah Neon pergi, pintu kembali terbuka memperlihatkan teman-teman Junet yang berdiri didepan pintu dipimpin oleh Rasyid.

" Assalamualaikum Mah, boleh masuk?" Pamit Rasyid sebelumnya.

Julia menghampiri mereka semua. " Ya boleh dong, ayo-ayo masuk." Julia mempersilahkan mereka untuk masuk.

Ruangan ini sangat luas dan dilengkapi dengan fasilitas sopa untuk para tamu.

" Junet belum ada bangun Mah?" Tanya Rasyid.

" Belum, Mama juga bingung tapi kata dokter dia cuman kecapekan aja kok."

" Ini Tante Raya bawain bakso, tadi ketemu Om didepan katanya Tante belum makan, brati pas banget kan." Cerocos Raya panjang lebar sembari menyodorkan kantong kresek yang berisi seporsi bakso.

" Aduh jadi ngerepotin, makasih ya Raya."

" Sama-sama Tante,ngga ngerepotin kok."

" Eh itu siapa?" Tanya Julia saat melihat ada perempuan yang berdiri di belakang Arya, karena tubuh Arya yang besar hingga perempuan itu tak terlihat.

" Itu Kanaya Mah." Ujar Rasyid.

" Lohh Kanaya yang ditolong Junet waktu itu ya."

Kanaya pun keluar dari balik tubuh Arya, ia tersenyum manis pada Julia dan menyalaminya.

" Tante apa kabar?"

" Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana?"

" Alhamdulillah baik juga,"

Keduanya larut dalam perbincangan, Kanaya dan Julia terlihat sudah akrab.

Tara yang dari tadi memperhatikan Junet yang masih memejamkan matanya terkejut saat melihat jari-jari jangan Junet mulai bergerak dan mulai membuka mata.

" Wohhh Junet dah bangunn!!"

My Soplak BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang