MSB#33

140 6 2
                                    

Junet termenung menatap papan tulis dihadapannya, menghadapi rumus-rumus fisika yang membagongkan. " Ayo cepat Raffasya, selesaikan soal itu." Perintah Bu Lia.

" Aduh Bu, saya nggak bisa, ibu kan tau nilai fisika saya gimana." Melas Junet.

Bukannya kasihan Bu Lia malah menceramahi dirinya. " Makanya kalo gak bisa tuh, ibu lagi jelasin dengerin, perhatiin bukan malah ngobrol!! Sana keluar kamu, keliling lapangan sepuluh putaran."

" Haa! Ya ampun Bu, masih pagi masa saya disuruh lari, nanti kalo badan saya bau gimana Bu."

" Ya salah kamu sendiri, lagian badan kamu yang bau bukan badan saya. Cepat, saya awasi kamu dari sini. " Balas Bu Lia sewot.

Teman-teman sekelasnya pun tertawa dengan percekcokan guru dan murid tersebut, dengan langkah gontai Junet melangkahkan kakinya kearah lapangan, namun langkahnya terhenti saat seseorang memanggil namanya.

" Raffa." Seorang perempuan cantik menghampiri dirinya.

" Kamu mau kemana? Kenapa gak masuk kelas?" Tanya perempuan itu.

" Ah gue dihukum sama Bu Lia." Keluh Junet.

" Ya ampun, yang sabar ya."

" Lo kok sekolah?" Tanya Junet heran.

" Owhh aku cuma ngumpulin tugas trus ini mau pulang."

" Enak banget anjir, gue mau libur kagak disuruh sama emak gue."

" Eh haha yang sabar ya." Kanaya bingung ingin menjawab apa, pasalnya hari ini adalah hari pertunangan Rasya dan Ale.

" Padahal gue nggak masalah kok liat Rasya tunangan, gue juga udah coba ikhlasin."

Kanaya menatap Junet dengan raut sedih, pasti sakit sekali hati Junet karena perbuatan Rasya dan sepupunya yang bejat itu.

Ditengah obrolan keduanya, Bu Lia menghampiri keduanya dan menjewer telinga Junet. " Aduhh... Aduhh... Ampun Bu!" Teriak Junet.

" Cepat selesaikan hukuman kamu, dari tadi ngobrol saja. Kamu Kanaya cepat masuk kelas."

Junet segera meninggalkan dua perempuan beda usia tersebut. " Anu Bu, saya izin hari ini dan cuma mengantarkan tugas saja."

" Owhh, ya sudah saya masuk kelas lagi." Bu Lia pun meninggalkan Kanaya.

Kanaya masih memperhatikan Junet yang sekarang tengah melaksanakan hukumannya. Junet yang melihat pun sesekali melambaikan tangan dan di balas oleh Kanaya.

Kanaya pun bergegas meninggalkan perkarangan sekolah dan bergegas untuk bersiap ke rumah Rasya.

______________

Di tempat lain di waktu yang sama seorang perempuan cantik tengah di dandani oleh sang Mama, wajah ayu yang di poles makeup tipis menambah kesan elegan di wajah tirusnya itu.

Julia sendari tadi berusaha untuk tenang, entahlah seketika perasaannya menjadi gelisah dan tak tenang. Ia seperti merasa akan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Perhatian Julia pun teralihkan saat Rasya dan Ani membalikkan tubuhnya. Julia terpesona akan penampilan Rasya. " Masya Allah anak Mama cantik banget!" Seru Julia takjub.

" Makasih Ma." Rasya pun tersipu malu.

Ketiga perempuan beda generasi itu pun saling berbincang dan melempar candaan, sembari menunggu keluarga Ale.

Tak terasa sudah ada beberapa keluarga yang hadir, memang acara ini hanya akan dihadiri oleh keluarga terdekat saja.

" Eh, katanya si Rasya udah hamil ya." Seorang wanita setengah baya itu membuka obrolan dengan beberapa ibu-ibu yang ada.

" Katanya sih iya, tapi gak tau juga jeng." Balas salah satu ibu-ibu.

" Emang ya anak jaman sekarang tuh gak tau aturan, mana masuk kedalam pergaulan bebas. Apa jangan-jangan si Rasya itu perempuan gak bener ya." Kembali salah satu ibu-ibu menyaut.

Tanpa mereka sadari sendari tadi Rasyid terus memperhatikan mereka. Rasyid yang kepalang kesal dengan ucapan para ibu-ibu itu menghampiri.

" Tolong jaga ucapan Anda, jika tidak ingin semua aib anda sendiri saya bongkar!!!" Ujar Rasyid penuh penekanan.

Wanita tadi seketika terdiam dan memilih untuk beranjak dari tempatnya, ibu-ibu yang bersamanya tadi pun segera mengalihkan topik pembicaraan.

Rasyid pun pergi meninggalkan ibu-ibu tadi dan menghampiri beberapa tamu yang lain, dering dari handphonenya mengalihkan atensi Rasyid, tertera nama Junet disana.

" Halo."

" Acaranya udah mulai belom?" Tanya Junet di sebrang sana.

" Belum, bentar lagi paling keluarga ale-ale datang."

Owhh."

Tut...

Sambungan telepon pun dimatikan secara sepihak. Rasyid tak ambil pusing dan kembali pada aktivitasnya.

____________

" Aaa gila kesel banget, air air, beliin gue air." Pinta Junet saat tiba di kantin.

Di sana semua temannya sudah berkumpul, terkecuali Rasyid. Tara pun segera bergegas membelikan minuman dingin untuk Junet.

" Lo sih, udah dibilang jangan ngobrol masih aja bebel." Nasihat Arya.

" Heh syaiton, Lo yang ngajak gue ngobrol duluan ya paok." Kesal Junet.

Arya pun membalas dengan cengengesan, " suara Lo sih kurang kenceng."

Tak lama Tara pun sampai dengan dua botol minuman dingin dan beberapa ciki ditangannya.

" Jadi si Rasya jadi tunangan hari ini?" Tanya Raya membuka obrolan sembari berbisik.

Junet terlebih dahulu meneguk habis satu botol minum sebelum menjawab pertanyaan Raya. " Iye," jawabnya singkat.

" Perasaan aman bang?" Goda Arya.

" Gile lu Ar, temen lagi sad juga." Balas Tara.

" Sesad yang ada dia mah."

" Eh acaranya jam berapa?" Raya mengalihkan pembicaraan.

Junet pun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. " Noh call si Rasyid."

Tanpa pikir panjang Tara pun segera menekan ikon telepon dari layar ponsel tersebut.

Obrolan singkat pun terjadi, dan segera Raya mematikan sambungan telepon tersebut.

" Kenapa dimatiin ogeb!" Seru Tara kesal.

" Gapapa gabut aja." Jawab Raya songong.

" Ntar pulang sekolah mampir kerumah ya Lo pada, gue ada rujak sebaskom." Ujar Junet.

" Gile, yang bunting siapa yang ngerujak siapa, tapi sabi sih." Seru Arya.

Dirinya pun disoraki oleh ketiga sekawan yang lain, Arya pun hanya cengengesan saja. Keempat laki-laki tampan itu kembali melanjutkan aktivitasnya sampai bel masuk berbunyi kembali.

___________

Assalamualaikum ges, apa kabar?

Masih ada yang nunggu ni cerita up ga?

Buat kalian yang udah baca cerita ini, aku ucapin terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Tinggal beberapa part lagi menuju ending.

See you next part semua:)

My Soplak BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang