MSB#24

174 20 3
                                    

Junet melompati pagar pembatas antara kamarnya dan kamar Rasya. Ia berjalan mengendap-endap seperti maling, ia mencoba mengintip situasi didalam kamar.

Dilihatnya Rasya yang tengah tertidur sembari memeluk boneka yang dulu pernah ia berikan. Perlahan Junet membuka pintu yang beruntungnya tidak dikunci.

Ia menatap sekeliling kamar ini,banyak kenangan disini foto-foto mereka pun masih tersusun dengan apik. Junet berjalan mendekat kearah Rasya. Wajah cantik Rasya semakin terlihat saat ia tidur dengan damai.

" Huu Rasya goblok, udah jelas ada gue yang baik hati dan tidak sombong. Malah milih si minuman seribuan, mana dibuntingin lagi!" Celoteh Junet pelan.

Ia kembali mengata-ngatai Rasya yang tengah tertidur pulas," Gue kagak mau ah kalo disuruh nikahin lu, pokoknya gak mau!"

Ceklek...

Junet langsung menatap kearah pintu kamar Rasya. " HEEE LU NGAPAIN!!"

" SHUTT, DIEMM RASYID!" Ujar Junet ikut berteriak.

Akibat ulah keduanya, Rasya terbangun karena kaget akan teriakan keduanya.

" Enghh kalian ngapain?" Lenguh Rasya yang belum sadar sepenuhnya.

Rasyid dan Junet tak ada yang menjawab, keduanya masih terdiam bagai patung. Entah apa yang mereka lakukan.

Tak lama Rasya kembali memejamkan matanya, dengkuran kecil terdengar yang berarti ia sudah kembali terlelap.

" Ikut gue lu." Bisik Rasyid.

___________

" Lu mau ngapain dikamar adek gue?"

" Gak ngapa-ngapain kok, cuman mau jenguk aja." Jawab Junet santai.

" Maaf ya. Gue minta maaf atas nama Rasya." Ujar Rasyid.

Junet menatap sahabatnya tersebut," Santai, gue dah lupain kok. Kalo emang itu pilihan dia ya gue bisa apa."

" Owhh iya si Ale gimana?"

" Papa udah datengin keluarganya,tapi Papa belum ngasih tau buat kedepannya gimana." Jelas Rasyid.

" Maaf gue belum bisa jaga Rasya." Ujar Junet sembari menunduk. " Harusnya gue ngga terlalu ngasih kebebasan lebih sama dia, seharusnya gue punya hak buat ngelarang dia."

" Lo nggak salah, disini kita sama-sama gagal jagain ratu kecil kita."

Tanpa mereka sadari sendari tadi Rasya mendengar semua yang mereka bicarakan. Rasya sebisa mungkin menahan isakannya, Rasya memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

" Kasian bener lu neng." Ujar kucing putih yang sendari tadi menemani Rasya.

___________
Pagi Minggu yang cerah, tenang aman dan damai. Ralat, tidak untuk kediaman Bapak Eka Neon Stiawan.

" Abanggg!!! Kolor Ultraman gue manaaaa!!! Lu pakek kan!!" Pagi-pagi sudah terjadi keributan di Keluarga Stiawan ini. Ulah siapa lagi kalo bukan kedua laki-laki gila yang sayangnya amat tampan.

" Wiraa ngapain teriak-teriak!" Sahut Julia dari dapur.

Gedubrakk...

Wira dengan emosi membara mendobrak kamar Junet, dilihatnya Junet yang baru saja memakai kolor Ultraman miliknya.

Dengan kekuatan Ultraman bucin, Wira segera melayangkan tendangan mautnya ke bokok Junet.

Brakk...

"HUAAA AMPUNNN!" Teriak Junet karena terus mendapatkan pukulan kuat dari Wira.

"BALIKIN KOLOR ULTRAMAN GUE BANGSATT!!!"

Junet berusaha membalas perbuatan Wira,namun karena kekuatan Wira yang bergabung dengan kekuatan Ultraman bucin maka Junet sangat sulit untuk membalas.

Neon yang dari tadi menonton aksi kedua putranya tersebut akhirnya turun tangan. Ia menjewer daun telingan kedua manusia tampan itu.

Neon menyeret keduanya kearah kolam renang.

Byurrr...

Kedua saudara tersebut diceburkan Neon kekolam, " HUAAA PAK E!!" " HUAAA PAPA!"

Neon dibuat mengelus dada melihat tingkah keduanya yang masih saja bergelud didalam air.

" Guee gak kasih ampun Lu bangg!! Terimalah kekuatan Ultraman bucin gue!" Dengan bergaya seperti Ultraman Wira kembali menyerang Junet.

" CUKUP!!" suara barito Neon menghentikan aktivitas keduanya.

" Naik sekarang." Perintah Neon.

Keduanya menurut namun masih saja melakukan perlawanan satu sama lain. Neon menatap kedua putarannya tersebut tajam. Kegiatan mengopinya tadi menjadi sangat terganggu.

" Naik kekamar kalian ganti baju,trus balik lagi kesini lima menit nggak balik lagi kesini Junet Burung kamu Papa sembelih, dan Wira robot Ultraman kamu Papa kasih ke Amel." Ancam Neon.

Kedua Abang adek tersebut segera ngacir ke kamarnya masing-masing tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut keduanya.

" Pak E pak e..." Celoteh burung kakak tua yang ada dikandang membuat Neon menoleh.

" Apa mau gue sembelih beneran lu."


My Soplak BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang