MSB#5

447 53 2
                                    

"Selamat pagi anak-anak,silahkan kumpulkan tugas yang Ibu kasih Minggu kemarin." Suruh Bu Indah.

Satu persatu murid mulai mengumpulkan buku tugas mereka ke meja guru,kecuali si Junet.

"Raffa mana tugas kamu? Kamu ngga ngerjain tugasnya?" Tanya Bu Indah.

"Engga Buk."

"Kenapa?"

Junet memasang tampang sedih menatap Bu Indah. Ia menghela napas sejenak lalu mulai membuka suara.

" Gini ya Buk, kan tugas itu ngga ada salah apapun sama Saya, ya masa Saya kerjain kan kasihan Buk. Ntar kalo dia nangis terus ngadu ke Mamanya kan jadi ribet urusannya Buk,saya ngga mau Pak E dipanggil ke sekolah gegara ngerjain tugas."

Bu Indah serta suluruh murid di kelas terbengong-bengong mendengar ucapan Junet, Bu Indah sampai tak habis pikir dimana letak otak si Junet ini.

"Raffa masalahnya bukan gitu, nih Ibu tanya yang ngajarin kamu ngga ngerjain tugas siapa?"

" Pak E yang ngajarin, katanya nilai itu ngga menentukan masa depan Buk, contoh aja Kakak-kakak mahasiswa yang udah tamat terus ngga ada kerjaan." Kriteria bijak sebelum waktunya ya ini si Junet.

Bu Indah pasrah,berdebat dengan Junet tidak akan ada habisnya. Bu Indah memilih untuk menghubungi Neon untuk meminta kejelasan.

__________

Bocah-bocah cebol dengan seragam Putih Merah banyak berlarian memenuhi kantin, dan salah satunya ada human yang meresahkan,siapa lagi kalo bukan Junet.

" Rasyid nanti kamu pulang bareng siapa? Aku apa Pak Mamang?" Tanya Junet sembari berjalan beriringan dengan Rasya dan Rasyid.

" Bareng Aku aja lah ya." Belum sempat Rasyid menjawab Junet sudah memotongnya terlebih dahulu.

" Ngga mau, ntar kamu resek." Tolak Rasyid.

Junet menatap Rasyid kecewa, ia segera menghadap Rasya dengan wajah sok imut, Rasyid yang melihatnya serasa ingin menabok wajah Junet.

" Rasya nanti pulangnya bareng aku aja ya, biar Rasyid pulang sendiri. Nanti aku ajak kamu beli es krim ya." Pinta Junet dengan wajah memelas.

Rasya tertawa memperlihatkan giginya yang ompong, ia kemudian menatap Rasya seakan mengatakan " Boleh ya" .

Rasyid menghela nafas lalu mengangguk setuju, ia paling tidak bisa menolak keinginan saudari kembarnya.

" Aku ikut." Ujar Rasyid, Junet tertawa bahagia, ternyata tidak sulit untuk membuat Rasyid setujuh.

Disisi lain, Neon tengah berjalan santai melewati koridor-koridor sekolah yang ramai bocil-bocil yang berlalu lalang.

Neon berhenti didepan pintu ruangan yang tertutup, Neon mengetuk pintu tersebut dengan santai, lama-kelamaan ketukan itu menjadi gedoran.

" HE!! ADA OTAK NGGA?!"  Semprot seseorang yang membuka pintu.

" Yahai Pak Agus yang terhormat kayak ngga tahu aja, otak saya kan kemaren anda gadaikan."

" Masuk buruan, ntar kegoblokan Lo nyebar ke murid-murid gue." Ujar Agus cepat, Agu adalah salah satu sahabat Neon selain Ani dan Joe.

Neon mengikuti Agus yang memimpin jalan.

" Anak Gue berulah lagi ya?" Tanya Neon sok sedih.

"Iya lah, kalo ngga, ngga mungkin Lo Gue panggil dodol."

" Langsung to the point aja , anak Gue buat ulah apa lagi?"

Agus menceritakan kronologi perbuatan Junet hari ini, Neon hanya mendengarkan dengan baik.

____________

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, seluruh kurcaci-kurcaci mulai berlarian meninggalkan kelas masing-masing.

"Rasyid ayo buruan Pak E udah didepan tu." Ujar Junet.

" Ya sabar,"

Junet yang kesal menunggu Rasyid membereskan bukunya akhirnya, menarik Rasya dan meninggalkan Rasyid sendirian.

"Eh tungguin dong, masa aku ditinggal." Kesal Rasyid.

"Pak E, nanti mampir beli es krim dulu ya."

Neon menatap Junet intens, Junet yang ditatap seperti itu pun hanya melongos masuk kedalam mobil bersama Rasyid dan Rasya.

" Ya Allah punya anak kok gini amat ya, apa ini yang dinamakan kurma, eh maksudnya karma." Gumam Neon miris.

Neon segera memasuki mobil, dan melaju menuju kedai es krim yang diinginkan Junet. Tapi sebelumnya ia harus menjemput Wira terlebih dahulu.

" Kalian mau makan disini ato dibawa pulang?" Tanya Neon.

" Makan sini aja om, biar bisa nambah." Ujar Rasyid sambil terkekeh.

" Nah ide Bagus Syid, aku paling setuju kalo bikin dompet Pak E tipis."

Neon hanya menghela napas pasrah, ya memang ia mencari uang hanya untuk anaknya, jadi dengan senang hati ia akan menuruti.

"Untung orang kaya." Gumam Neon.

My Soplak BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang