MSB#28

160 12 1
                                    

Julia menatap cemas Rasya yang sampai saat ini belum sadarkan diri, tak selang beberapa lama Rasyid , Junet dan yang lainnya sudah berada didalam kamar Rasya.

" Rasya kenapa Mak?" Tanya Junet panik.

" Nanti Mama ceritain."

Saat ini hanya ada mereka saja, sedangkan Joe dan Ani sedang dalam perjalanan pulang, karena tadi mereka pamit sebentar untuk mengunjungi kerabat yang tengah sakit, mereka menitipkan Rasya pada Julia yang sedang berada dirumah.

" Papa sama Mama kemana Ma?" Tanya Rasyid.

" Mereka pergi jenguk Pamanmu, bentar lagi mereka pulang. Mama udah ngabarin tadi." Jelas Julia.

Julia pun mengajak yang lain untuk keluar membicarakan kejadian yang dialami oleh Rasya tadi.

" Jadi tadi Rasya hampir ketabrak motor ." Penuturan Julia membuat semuanya terkejut.

" Tadi waktu Mama dapet pesan dari Papa Joe, Mama langsung bergegas kesini, tapi waktu Mama keluar pager Rasya juga lagi diluar, tapi pas Mama mau samperin tiba-tiba ada motor dari arah depan yang kayaknya sengaja mau nabrak Rasya."

" Untung Rasya cepet sadar dan langsung ngehindar, dan mungkin karena syok juga Rasya langsung jatuh pingsan. Pak Maman tadi sempet ngejer tapi nggak keburu."

Cerita Julia membuat semuanya makin khawatir. " Makanya tadi waktu Mama telpon langsung Mama matiin,"

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi mereka, disana terlihat Joe dan Ani yang terlihat sangat khawatir.

" Rasya gimana?" Tanya Joe panik.

" Dia masih belum bangun, mungkin masih syok juga." Jelas Julia.

Setelah perbincangan tentang kejadian yang dialami Rasya, Junet dan yang lain pun pulang kerumah masing-masing dikarenakan hari yang sudah larut.

" Kalian nggak nginep aja?" Tanya Julia.

" Nggak Mak, besok sekolah lagian dirumah gak ada orang." Jawab Arya.

Julia pun mengiyakan, " hati-hati ya, jangan ngebut." Peringat Julia.

Arya, Raya dan Tara pun bersalaman dan segera menaiki kendaraan masing-masing, setelah mengelakson mereka pun melajukan kendaraannya.

" Mak ayo masuk, hawanya nggak enak." Ujar Junet, mereka pun segera bergegas memasuki rumah.

Dikarenakan Neon yang sedang tidak berada dirumah, Junet memastikan bahwa semua pintu dan jendela sudah tertutup dan terkunci. Namun Junet terkejut saat melihat ada bayangan hitam yang sama saat dirumah sakit.

" Dia siapa sih, kok gak enak banget liatnya." Monolog Junet.

" Ganteng gitu."

Junet terkejut saat mendapati teh Kunti berada disampingnya yang ikut menatap bayangan hitam tersebut.

" Asuu, setan kerjaannya ngagetin aja." Kesal Junet.

" Ya maap atuh, eh itu sikupret yang sering sama kamu kemana?" Tanya teh Kun.

Ingatkan bayangan hitam yang selalu menjadi teman curhat Junet, namun bayangan hitam yang ada didepan rumahnya kini berbeda.

" Gak tau, gak ngurusin hidup setan. Hidup gue aja gak keurus." Ujar Junet kemudian pergi meninggalkan teh Kun yang tengah berpikir.

" Lah bukannya setan udah mati?" Gumam teh Kun.

________________

Jam pelajaran sudah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu, namun Junet baru saja sampai didepan gerbang. Sendari tadi ia sibuk memohon pada Pak kumis agar membukakan gerbangnya.

" Ayolah pak, nanti saya bantu tutup pintu pas pulang sekolah, yayaya Pak pliss." Mohon Junet dengan Poppy eyes .

" Idihh jijay deh Aden." Ujar Pak kumis.

Dengan berat hati Pak kumis membukakan gerbang untuk Junet, Junet segera menciumi tangan Pak kumis dan mengucapkan terimakasih.

Junet segera menaiki motornya dan melajukannya ke parkiran.

" Raffasya!!" Teriak seseorang dari belakang.

Junet menegangkan tubuhnya, sudah ia duga hal ini akan terjadi. Junet segera membalikan tubuhnya menghadap seseorang tersebut.

" Eh hallo Bapak, saya tadi bantuin ibu-ibu ngambil mangga Pak, makanya saya telat." Alasan Junet, Pak Sanusi menatap Junet tak pernah.

" Halah, alesan aja kamu, kamu cuci WC sana." Suruh Pak Sanusi.

" Yahh Pak, masa dari kemaren disuruh nyuci WC terus bosen saya Pak."

Selain bosan dengan bentuk WC yang begitu-begitu saja, Junet juga bosan diisengi oleh setan-setan penunggu WC. Pernah saat dia dihukum membersihkan WC, para setan disana malah mengisenginya dengan menumpahkan air dari ember ke atas kepalanya.

Untungnya air yang ditumpahkan air bersih, hingga sekujur tubuhnya hanya basah saja, tidak menimbulkan bau. Karena kejadian itu Junet menjadi sangat enggan untuk kembali membersihkan WC.

" Yaudah kalo gitu beresin gudang aja, tadi ada yang telat juga bapak suruh beresin gudang." Ujar Pak Sanusi.

" Nah gitu kan enak Pak, yaudah saya laksanakan hukuman dulu pak, sekian terima gaji." Junet pun segera bergegas ke gudang sekolah yang terletak dipojokan lorong.

" Anjrot gelep banget." Gumam Junet.

Brakk...

" Eh copot asu!" Kaget Junet.

" Aduh."

" Lah suara orang apa setan tuh."

Junet segera menghampiri sumber suara, terlihat disana ada seseorang yang tersungkur.

" Lahh ngapain lu hahaha, dapet nggak kodoknya." Tawa Junet pecah saat mengetahui siapa yang terjatuh.

" Kampret lu, tolongin ini ah malah dikatawain , laknat emang." Kesal Raya.

Ya seseorang yang terjatuh tadi adalah Raya, ia juga dihukum karena telat datang juga.

" Telat juga lu," tanya Junet.

" Iya, kesiangan gue, yang lain gak ada yang masuk kayaknya, kecuali Rasyid."

My Soplak BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang