MSB#21

179 15 2
                                    

" Wohhh Junet dah bangunn!"

Semua orang yang ada diruangan ini segera mendekat kearah brangka Junet.

" Sayangg... Ini Mama nak." Julia tak kuasa menahan air matanya.

Junet mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Ia menatap sekeliling.

" Ar panggil dokter." Suruh Rasyid.

Arya pun segera keluar untuk memanggil dokter.

" H-haus Mak." Ujar Junet serak.

" Bentar ya,kita tunggu dokter dulu."

Tak lama pintu terbuka dimana dokter dan juga Arya berjalan bersama.

Dokter pun bergegas memeriksa kondisi Junet, setelah semuanya selesai ia kembali keluar.

" Idihh-idihh katanya lakik, cuman gegara cewek aja lu masuk RS Jun." Ejek Tara sembari terkekeh.

" Sialan Lo Tar. Gw sakit bukan gegara cewek kampret, ya emang udah takdirnya sakit." Balas Junet dengan suara lemahnya.

" Tante pamit keluar bentar ya mau beli bubur." Ujar Julia.

" Owhh biar Rasyid aja Mah." Ujar Rasyid menawarkan diri.

" Eh gak usah, nanti Mama mau sekalian nelpon Papa."

Rasyid mengangguk dan mempersilahkan Julia pergi.

" Eh Jun liat tuh siapa yang ikut." Kata Arya.

Junet melihat sekeliling,matanya menatap sebuah objek yang berbeda dari keempat temannya. Tunggu-tunggu bukan hanya satu namun ada lima objek yang berbeda.

" Jangan diliatin terus atuh neng Kanaya nya." Ujar Arya.

" Lohh kenapa tuh setan-setan ngikut kesini?"

Mereka semua terkejut, apa yang dimaksud Junet setan adalah Kanaya.

" Ihh parah lu Jun, neng Kanaya cantik gitu dibilang setan."

" Gw bukan bilang Kanaya dodol, itu emang ada Tante sama yang lain." Jelas Junet.

Salah satu dari keempat objek tak kasat mata itu mendekat ke arah Junet. Dan naik ranjang, ia melihat-lihat wajah Junet dengan teliti.

" Ehh bocil lu ngapain naik keranjang gw, turunn!" Teriak Junet.

Teman-temannya hanya tercengang dengan apa yang mereka lihat sekarang, kecuali Rasyid dia sudah biasa melihat Junet berbicara sendiri.

" Sarap!!" Teriak ketiga temannya.

Sedangkan Kanaya hanya terkekeh melihat tingkah aneh Junet.

___________

Ditempat lain, Rasya tengah menghadap kedua orangtuanya.

Plakk...

Satu tamparan mendarat sempurna dipipi mulusnya, ia memegangi pipinya yang memanas bersamaan dengan air matanya yang jatuh.

" Kamu gila haa!! Kamu bikin malu Mama sama Papa tau nggak!!" Ani tak kuasa menahan emosinya.

" Sekarang apa lagi yang kamu lakukan Rasya, kemarin kamu buat Junet batalin pertunangan kalian, sekarang apa!! Kamu tidur sama laki-laki!!!"

Ani berlari memeluk Joe," Mass anak kamu mas, dia buat kita makin malu. Apa yang bakal orang-orang bilang nanti." Tangis Ani.

Rasya mencengkram erat dres yang ia kenakan, air matanya mengalir tanpa henti. Ia tak bisa melawan, karena semua yang dikatakan ibunya benar. Ia sangat hina sekarang.

Joe berusaha menenangkan Ani, membawanya ke kamar agar beristirahat, biar sekarang giliran dirinya yang menasehati Rasya.

" Rasya." Panggil Joe lembut.

Rasya menatap mata sang ayah, tersirat rasa kecewa yang sangat luar biasa. Air matanya kembali meluruh. Ia berlari kepelukan sang ayah.

" Maafin Rasya Pah, Rasya udah buat kalian semua kecewa." Tangis Rasya dipelukan Joe.

Joe mengelus surai hitam sang anak, ia telah gagal mendidik anaknya, ia telah gagal menjadi seorang ayah. Bagaimana bisa ia kelepasan dalam menjaga sang anak.

" Shutt,Rasya tenang dulu ya, disini Rasya ngga salah, disini Papa yang salah karena udah gagal jagain Rasya." Ujar Joe serak.

Rasya semakin menangis dipelukan sang ayah, Joe melepas pelukannya, ia menatap Rasya dengan lembut.

" Sekarang Papa minta Rasya bawa laki-laki itu kemari, bisa?"

Rasya mengangguk lemah.

"Maksudnya apa?!" Tanya Rasyid yang baru sampai rumah.

Tak ada yang menjawab pertanyaan Rasyid, ia masih berusaha tenang.

" Aku tanya sekali lagi, maksudnya apa ha?! Rasya jawab gw!" Sentak Rasyid.

" A-aku hamil."

Plakk...


My Soplak BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang