PROLOG

19.3K 335 0
                                    

Devansa dan Alzaskia sedang berada di toko es krim di pinggir jalan.

"Devan mau rasa apa?" Tanya Alzaskia.

"Eum...Devan mau rasa coklat topping kacang mete, Bund" Jawab Devansa.

"Okey" Alzaskia.

Setelah selesai membeli es krim, Alzaskia dan Devansa berniat untuk memakan es krim tersebut di taman bermain anak-anak yang berada di sebrang.

"Yok, pegang tangan, Kakak"

Devansa pun menggenggam erat tangan Alzaskia. Mereka pergi menyebrangi jalan.

Tiba-tiba dari kejauhan sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi. Bersamaan dengan Alzaskia dan Devansa yang sedang menyebrang.

Motor itu menyerempet Alzaskia dan Devansa. Padahal kala itu, lampu lalu lintas sedang menunjukkan warna merah. Tanda untuk berhenti.

Devansa menangis sangat kuat, sementara Alzaskia berusaha menenangkan nya dan mencari letak luka nya dimana. Padahal dialah yang memiliki luka sangat parah.

"Devan, apa yang sakit, Sayang?" Raut wajah Alzaskia tampak sangat panik. Ia melihat sekujur tubuh Devansa dan menemukan luka di kakinya.

Devansa terus menerus menangis karena lutut kakinya yang terluka.

Seseorang dalam mobil melihat kejadian itu, ia langsung keluar dan menolongnya.

"Devansa? Kamu gakpapa hm?" Javas.

"Bunda...sakit" Rengek Devansa.

"Bunda?" -Batin Javas.

"Ayo saya bantu, kita bawa kerumah sakit" Javas menggendong tubuh Devansa masuk kedalam mobilnya. Dan Alzaskia pun ikut.

Di perjalanan, Javas menelpon Ayah Devansa. Ia adalah bawahan Devandra, Ayahnya Devansa. Ia bernama Javas Rajendra. Selain bawahannya, ia juga teman karib Devandra.

"Hallo, Ndra"

"Ada apa?"

"Devan tadi keserempet motor, ini aku lagi bawa ke rumah sakit"

"Keserempet motor?! Tolong kamu bawa dia dulu, nanti aku kesana"

"Siap, Pak"

Saluran telfon pun di putuskan.

Devansa tidak ada hentinya menangis karena menahan rasa sakit.

"Cup cup sayang" Alzaskia berusaha menenangkan nya.

Sesampainya dirumah sakit, luka Devansa dan Alzaskia langsung di tangani oleh perawat. Salah satu perawatnya adalah teman Alza.

"Ya ampun, Za, kok bisa sih kena serempet orang?" Tanya Vira sembari mengobati luka Alza.

"Gak tau tu orang, pas lagi nyebrang, tiba-tiba aja dia ngebut, padahal lagi lampu merah" Jawab Alza dengan nada kesal.

"Kalau sampe ketemu tu orang, gw gebukin"

"Mbak, tolong Mbak, ini di X-ray aja kali ya? takutnya ada tulangnya yang kegeser atau patah?" Javas tampak sangat panik dan khawatir.

"Mohon tenang ya, Pak, ini cuma luka ringan kok" Perawat.

"Tapi, Mbak, kita kan gak tau di dalamnya bakal terjadi apa-apa, takut aja nanti gak bisa di gerakin, gak bisa jalan, masih kecil loh, Mbak" Javas.

"MOHON YA BAPAK HARAP TENANG, INI LUKA RINGAN BIASA" Ujar Vira yang sudah panas mendengarkan ocehan Javas.

"Bapak? saya bukan bapak-bapak" Javas tak terima.

"Apa? bujang lapuk" Ketus Vira.

"Tolong ucapan Anda di jaga ya" Javas.

Vira memutar bola matanya malas, "Telinga saya capek dengar Anda, berisik"

"Kan saya butuh pertolongan lebih lanjut, takut anak ini pa-"

"Ssttt, dengarin saya ya Bapak, anak ini baik-baik saja, cuma luka ringan, lecet dikit" Vira.

"Stop panggil saya Bapak" Javas.

Javas dan Vira pun saling bertatap sinis.

"Sudah sudah, kok malah pada berantem" Ucap Alza, ia berjalan mendekati Devansa.

"Sayang, luka nya udah di obatin, udah gak sakit lagi kan?" Alza mengelus lembut kepala Devansa.

Devansa menganggukkan kepalanya.

Pintu terbuka, seseorang nampak buru-buru mendekati Devansa dengan raut wajah khawatir.

"Apa yang sakit?" Tanya Devandra.

"Ini, Yah.." Devansa menunjukkan lutut nya.

Devandra menghela nafas lega. Ia bersyukur luka nya hanya itu.

Devandra berdiri dan melirik kearah Alzaskia, "Gimana ceritanya?"

Awalnya ia ingin marah, namun tiba-tiba Devandra terdiam melihat luka Alza lumayan parah. Di lengan tangan, kaki, dan sedikit goresan dikeningnya.

"Ayah, jangan marah sama Bunda.." Devansa menggenggam tangan Ayahnya itu dengan memohon.

"Apa? Bunda?" Devandra menatap bingung anaknya yang baru saja memanggil Alzaskia Bunda.

Tidak hanya Devandra, Vira dan Javas pun juga bingung mengapa Devansa memanggil guru private nya itu dengan sebutan "Bunda"

Devandra berpaling menatap kearah Alza, dengan wajah bertanya-tanya.
Tatapan mata Devandra dan Alza kini saling bertabrakan.

"..."

"Devansa gak mau kehilangan Bunda" Devansa mendekati Alza dan memeluknya.

"De-Devan..." Alza berlutut di depannya.

"Kakak di sini kok, gak kemana-kemana" Ucap Alza sembari tersenyum.

Devansa benar-benar kesepian, ia butuh sosok seorang Bunda di sisi nya. Ia masih kecil untuk merasakan kesepian itu.

~~~~

Bunda Devansa meninggalkan Devansa saat ia berusia 2 tahun. Bunda nya meninggalkannya karena memilih pria lain daripada Ayahnya, Devandra. Bunda kandungnya bernama Vanesha Lieve.

Jika Devansa menanyakan tengang Bunda nya, Devandra akan menjawab bahwa Bunda nya telah pergi. Tapi tidak menjelaskan pergi dalam maksud artian apa, pergi kemana, karena suatu saat Devansa akan mengerti sendiri.

Vanesha ketahuan selingkuh saat Devandra balik kerumah tanpa memberitahu istrinya. Dan saat itu juga Vanesha membawa laki-laki lain kerumahnya.

Devandra benar-benar sakit melihat tingkah istrinya itu, ia sudah mempercayakan semuanya, namun pada akhirnya, Vanesha mengkhianati dirinya.

"Saya akan mengurus surat cerai" Devandra.

Setelah selesai di pengadilan, Devandra di nyatakan sepenuhnya mendapatkan hak asuh anaknya, Devansa Allan Danuarta.

~~~~

Merried with DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang