Alza selesai mandi, ia melihat Andra yang sedang sibuk menatap layar ponselnya.
Alza tidak langsung menghampiri nya, ia pergi ke dapur untuk membuatkan kopi panas.
"Hm, kata Bi Mina Mas Andra suka kopi pait" Ia pun membuatkan kopi sama persis dengan yang biasa Andra minum.
Alza datang dengan membawakan secangkir kopi yang ia buat. "Ini Mas, silahkan di nikmati"
"Terimakasih" Andra.
Bukannya mereda, hujan di luar malah semakin deras. Riuh gemuruh petir pun menggelegar. Angin juga terasa sangat kencang berhembus.
Dan tiba-tiba saja listrik padam, seluruh isi rumah pun gelap.
Kebetulan Andra sedang memegang ponsel, ia menyalakan senter sebagai penerang.
"Mas, bisa temani saya ambil lilin gak? sa-saya takut" Alza takut kegelapan, apa lagi ditambah dengan suara gemuruh petir.
"Bisa, ayo" Andra berdiri di belakang Alza.
Mereka berdua pergi menuju lemari meja yang berada dekat dengan dapur. Alza membuka salah satu pintu lemari itu dan mengambil lilin bersama dengan korek kayu.
Setelah itu, Alza dan Andra kembali ke ruang tamu.
Alza menyalakan lilin itu lalu menaruhnya di atas tempat yang pipih untuk menaruh lilinnya.
Mereka berdua duduk di ruang tamu bersama, mengelilingi lilin.
Suhu terasa sangat dingin, Alza yang baru selesai mandi dan mengenakan baju tidur berlengan pendek, membuatnya kedinginan. Ia ingin mengambil selimut namun takut.
Alza pun hanya bisa menggosok-gosokkan telapak tangannya.
"Dingin ya?" Tanya Andra basa basi.
"Lumayan, Mas" Jawab Alza dengan gemetar.
"Kalau mau ambil selimut, ayo saya temankan"
"Tidak usah, nanti merepot-"
"Enggak, dari pada kamu kedinginan, ayo" Andra berdiri seraya menyalakan senter di ponselnya.
Alza ikut berdiri, ia berjalan memandu di depan sementara Andra di belakang sebagai penerang. Mereka pergi ke kamar Alza.
Alza mengambil selimut yang berada di atas kasur.
"Mas, mau selimut juga?" Alza menatapnya.
"Gak usah aja" Jawabnya.
"Oh, oke"
Andra menatap tubuh Alza yang kecil, wanita ini sangat menggemaskan di matanya.
dasar om-om pedofilia wehehehe
"Ayo, Mas" Setelah selesai mengambil selimut, Alza mengajak kembali ke ruang tamu.
Tiba-tiba saja sebuah kilat yang sangat terang terlihat dan tak lama setelah itu suara petir besar terdengar seperti menghantam langit.
"AAA!!" Alza reflek berteriak dan memeluk tubuh Andra. Ia memeluk kuat tubuh lelaki yang kekar itu.
Andra tersenyum, ia mengelus perlahan punggung Alza untuk memenangkan nya.
Alza menutup matanya rapat-rapat, setelah sadar bahwa ia sedang memeluk seseorang, ia pun langsung membuka matanya dan melepas pelukan itu.
Suasana berubah menjadi canggung.
"Ma-maaf, Mas, saya gak sengaja" Alza menggigit bibir bawahnya.
"It's okey" Andra.
Alza tidak tahu harus apa lagi, ia pun langsung berjalan lebih dulu meninggalkan Andra. Namun langkahnya terhenti saat perjalanan menuju ruang tamu itu gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merried with Duda
Romance"Ada perlu apa ya?" Tanya Bapak Alza memulai pembicaraan. "Izin kan saya memperkenalkan diri, Pak" Andra bangkit berdiri. "Nama saya Devandra Agaskar Danuarta, saya seorang perwira TNI angkatan udara berpangkat kapten, umur saya 31 tahun" "Dan in...