18. DELUSI

182 35 0
                                    

Mela membuka pelan-pelan matanya , samar-samar dia melihat wajah yang sangat dia rindukan ,

"Jay "

Mela berusaha untuk memanggil namanya namun seolah tidak ada tenaga , Mela hanya bisa mengedipkan matanya memandang jauh pada pria yang sangat dia kagumi itu, Mela berusaha menggerakan badannya namun semua terasa kaku dan ngilu .

Samar-samar dia mendengar suara sahabatnya yang memanggil-manggil namanya . Pelan-pelan bayangan Murry mulai terlukis jelas di matanya , Mela ingin sekali bangun dan memeluknya , namun Mela hanya bisa menggerakan matanya , berkedip beberapa kali tanpa bisa bersuara.

" Kenapa badanku tak bisa di gerakan , kenapa suaraku tak bisa terdengar ? apa yang telah terjadi padaku ? mengapa badanku terasa sakit dan nyeri di sekujur badan?" tanya Mela dalam hati .

Mela berusaha mengingat kembali apa yang terjadi   terakhir kali , teringat jelas bagaimana pisau panjang itu menembus tubuh Jay di depan matanya ,aroma darah segar yang mengucur begitu deras , puing-puing yang jatuh melayang di udara  bersamanya , sebelum akhirnya terhempas di dasar sungai bersama dirinya ,perasaan sesak tiba-tiba melanda dadanya , membuat badannya bergetar hebat , beberapa Dokter telah tiba.  Namun setelahnya Mela kembali merasa mengantuk dan bayangan-bayangan itu kembali memudar , Mela kembali ke alam tidurnya .

" Mela,  Mela kenapa Dok ? "tanya  Murry dengan paniknya  saat melihat Mela kejang di atas tempat tidurnya .

" Dia baik-baik saja , dia hanya sedikit shock tadi , tapi keasadarannya sudah mulai kembali , pelan-pelan dia akan bisa sadar sepenuhnya . " ucap Dokter itu sembari memeriksa keadaan Mela .

" Terima kasih Dok," ucap Gilang .

" Baiklah , kalau begitu saya permisi dulu , biar Dokter Handry yang akan memeriksanya terlebih lanjut ." ucap Dokter itu , lalu pamit pergi dan meninggalkan ruangan itu .

" Syukurlah , akhirnya Mela bisa bangun lagi. " ucap Murry.

Gilang hanya mengangguk , memandangi wajah cantik yang masih berbaring di ranjang rumah sakit .

" Sudah , jangan khawatir,  setelah ini kau juga harus pulang . Nenek sudah nyariin kamu dari kemarin, " ucap Murry.

"Apa Mela akan baik-baik saja Kak ?" tanya Gilang .

" Iya ,  apa kau tidak dengar apa kata Dokter tadi? dia akan baik-baik saja , besuk juga dia akan bangun , " ucap Murry sambil menepuk pundak adiknya.

Gilang kembali duduk disofa , seakan masih tidak percaya .

Tak lama , Pak Handry dan Bu Soraya tiba , dengan terhuyung-huyung mereka berlari menemui Mela di ranjangnya , di susul dengan Edo yang berlari tunggang langgang menghampiri mereka.

" Mela sudah siuman ? sudah bangun ?" tanya Edo.

Murry hanya mengangguk , Gilang hanya memperhatikan Bu Soraya dan Pak Handry yang sedang menangisi putri mereka yang berhasil melewati masa-masa sulitnya .

Gilang segera keluar dari ruangan itu bersama dengan Murry dan Edo , membiarkan Mela bersama dengan keluarganya.

" Baiklah ,karena Mela sudah bangun , besuk Kita juga harus kembali kesekolah . " ucap Murry .

" Sekolah ? " tanya Gilang dengan raut muka sedihnya .

" Iya , kita sudah lama bolos sekolah .  Kita harus masuk besuk, selesai sekolah kita langsung kesini , " ucap Murry .

" Huuft, " Gilang hanya menghela nafas , dan tentu saja besuk dia juga harus masuk sekolah seperti kemauan Kakaknya.

" Tapi Lang , emang tadi apa yang terjadi ? bagaimana bisa Mela tiba- tiba sadar ?" tanya Edo.

 THE BRIDE OF MASKED KNIGHT .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang