Mela terduduk sepi di pinggiran jendela kamar tempat dia menginap selama tiga hari terakhir . Mela melihat kembali para zombie yang berkeliaran di aula luas ,samar-samar sembunyi di balik gelapnya malam . Mela sedikit merasakan kegelisahan dalam hatinya , semenjak kepergian Ian dia tidak lagi merasakan ketenangan menginap di kamar itu , beberapa kali pintu kamar itu berusaha di ketok dan di dobrak dari luar membuat Mela merasa tidak yakin dengan keamanannya tanpa Ian berada di sampingnya.
" Kapan dia akan kembali ?"
Tanya Mela pada dirinya sendiri , beberapa kali Mela melihat ke arah meja ,cadangan makanan yang Ian tinggalkan kini mulai menipis. Mela merasa tidak berani untuk mengeluh akan nasibnya di dalam kamar itu , Mela menyadari bahwa keadaan para wanita yang datang bersamanya mungkin berakhir dengan lebih buruk , Mela kembali memeluk lututnya , memikirkan banyak hal yang terlintas dalam benaknya , bagaimana keadaan di luar sana , bagaimana dengan kabar keluarga dan temannya, hingga apakah Gilang tunangannya menyadari akan hilangnya dia .
" Aku harus bagaimana ?? "
Gumam Mela lagi , sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur . Mencoba untuk memejamkan matanya . Biarpun Mela hanya tinggal di dalam kamar saja namun perasaan lelah justru lebih melandanya , Mela pun terlelap seiring malam yang semakin menjelang .
***********
Udara dingin yang menyapu tubuh mela malam itu membuatnya terbangun karena menggigil kedinginan . Mela mulai mencium aroma makanan di campur dengan aroma anastesia yang memenuhi ruangan itu, Mela segera membuka matanya dan terbangun untuk melihat keadaan sekitarnya . Cahaya remang dari bulan yang memancar melewati jendela itu membuatnya sedikit kesulitan dengan pandangannya. Mela berjalan menyusuri dinding kamar itu untuk mencari tombol lampu.
" KLIK " Mela menyalakan lampu .
Dengan perlahan dia melihat keadaan sekitar , Mela mulai memperhatikan jejak sepatu di lantai kamar itu , Mela yakin jejak itu tak ada sebelumnya jejak sepatu yang seolah berlumuran darah menepak di sepanjang lantai .
Dengan perlahan Mela melangkah menuju ke kamar mandi dimana jejak itu menuju ,dengan pelan-pelan Mela membuka pintu kamar mandi , dengan terkejutnya dia melihat Ian sedang menunduk sembari membersihkan luka di dadanya , luka seperti sabetan pedang yang mengangga sepanjang pundak hingga dadanya , yang membuat Mela terpekik melihat pemandangan itu.
" Aaaggh. !!! pekik Mela .
Tanpa menoleh Ian segera memalingkan wajahnya dan segera memakai kembali topengnya yang dia letakkan di samping wastafel .
"Kau tidak apa -apa? " tanya Mela .
" Aku tidak apa-apa, " jawab Ian sembari mengambil kemeja yang tergantung di dekatnya ,untuk menutupi lukanya .
Dengan langkah gontai Mela mencoba mendekati Ian , kakinya mulai merasa lemas melihat daging merah yang mengangga di dada seseorang , luka yang terus menerus mengeluarkan darah . Mela berjalan mendekati dan duduk bersimpuh di hadapan Ian yang sedang terduduk di atas toilet .
Dengan lembut Mela mulai menyingkap kemeja yang menutupi luka itu, lalu perlahan membantunya untuk mengobati luka dan penjahitnya , dan membungkusnya dengan perban panjang yang melingkar di bahunya.
" Kenapa kau tak mengatakan apapun ?" tanya Ian yang sembari tadi memperhatikan Mela yang sibuk mengobatinya tanpa bicara hanya matanya yang berkaca-kaca ,seolah terdapat kesedihan yang mendalam di dalamnya.
" Apa ini sakit ?" tanya Mela dengan suara bergetar menahan tangisnya.
" Tidak !" jawab Ian singkat .
" Pembohong !" ucap Mela.
Ian mulai tidak mengerti dengan ucapan Mela .
" Aku serius , aku tidak merasakan sakit sama sekali ," ucap Ian mencoba menenangkan Mela yang terkejut melihat keadaannya .
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BRIDE OF MASKED KNIGHT .
RomantizmMelati atau Mela adalah seorang gadis biasa yang sedang terjebak dengan cinta pertamanya , cinta yang memberikan harapan dan kehidupan yang indah namun dalam semalam setelah kejadian yang membunuh cinta pertamanya , mela terjatuh dan terpuruk dala...