CHAPTER 23

1.5K 100 13
                                    

Camelia melepaskan pelukannya. Ia tatap dalam mata Felix, tatapan Felix begitu sendu. Ada kesedihan yang tercetak jelas di wajahnya, Camelia tak berhenti mengamati Felix. Satu tangannya terangkat, menyentuh rahang Felix mencoba membuat prianya merasa tenang.

Felix menitikkan air matanya, ia tidak perduli akan terlihat seperti pria lemah di hadapan Camelia. Ia mengabaikan tubuh Elisa yang saat ini berada dihadapannya, karena Felix hanya memikirkan Camelia dan hanya Camelia. Pikirannya terus berputar mengikuti alur video yang ia tonton saat dalam perjalanan pulang, sangat sakit dan begitu menyakitkan melihat semua ketidakadilan yang diterima oleh Camelia.

"Felix..." Suara Camelia begitu lembut, matanya terus bergerak liar panik, melihat Felix menangis dihadapannya.

"Apa yang terjadi padamu, hmm?" Camelia berbisik di depan wajah Felix.

Felix masih tidak bisa mengatakannya kepada Camelia, ia seperti selembaran kertas yang tersiram air. Berusaha menahan mata yang panas, hingga akhirnya Felix jatuh di hadapan Camelia.

"Katakan padaku, siapa yang melukaimu? Sampai kau menangis seperti ini." Camelia membiarkan kepala Felix menunduk dan bersembunyi di bahunya.

"Aku mendapatkannya Camelia, aku mendapatkan bukti. Kau akan mendapatkan keadilan sebentar lagi," gumam Felix sedikit serak.

Camelia membeku hebat, bibirnya bungkam. Sekujur tubuhnya menegang, napasnya bahkan tertahan di kerongkongan. Apa yang telah ia dengar dari Felix sungguh membuatnya shock, selanjutnya Camelia menemukan perasan lain. Ia takut, takut jika harus berpisah dengan Felix sebentar lagi.

"Bukankah ini yang kau inginkan. Kita berhasil, berhasil!" Felix melerai pelukannya, kembali menatap dalam- dalam mata Elisa. Mengusap kasar pipinya, menarik tangan Elisa lalu meletakkannya di dadanya. Menggenggamnya dengan erat- erat.

Sedikit mendongak kedua mata Elisa juga terlihat memerah. Felix tau sedari tadi Camelia juga menahan air matanya. "Yeah Felix, kita berhasil."

"Felix..."

Suara lembut memanggil Felix membuat keduanya ikut menoleh dan menemukan Matilda berdiri dengan tatapan bingung.

"Ibu," gumamnya Felix masih dengan suara serak.

Camelia hampir melupakan bahwa ibu Felix kembali datang sejak siang. Mereka bahkan masak begitu banyak makanan bersama, Camelia merasa nyaman diperlakukan seperti layaknya seorang putri.

"Kau habis menangis?" tanya Matilda berjalan mendekat. Memperhatikan wajah putranya lalu ikut melihat ke arah wajah Elisa, mereka berdua terlihat habis menangis bersama. Mata keduanya terlihat memerah dan basah.

"Apa yang terjadi?" ulang Matilda yang merasa khawatir. Felix tidak pernah menangis cukup lama, sampai- sampai Matilda tak percaya melihat sayu di mata putranya.

"Tidak ada ibu, aku hanya menangis bahagia. Tidak perlu khawatir," putus Felix masih berusaha mengatur pernapasannya. Dadanya kembang kempis, tetap dengan erat memegang tangan Elisa.

"Kabar bahagia apa, Felix? Apa Elisa hamil!" cetus Matilda yang mengambil kesimpulan sendiri lalu terkejut menutup mulutnya. Ia pandangi secara bergantian wajah Felix dan Elisa, tidak ada bantahan membuat Matilda semakin yakin dengan tebakannya.

"Ibu-"

"Felix, Felix,Felix bodoh sekali kau ini! Bagaimana bisa kau tidak menyadari istrimu sedang hamil. Pantas saja, Elisa tidak bernafsu makan hari ini," putus Matilda memukul bahu Felix berulang kali.

Felix dan Elisa sekilas saling menilik satu sama lain. Felix seakan bertanya dari sorotan matanya yang serius, sedangkan Camelia mencoba untuk menjelaskan bahwa semuanya yang di katakan Matilda ibu Felix tidaklah benar.

𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 : 𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓 𝐑𝐄𝐕𝐄𝐍𝐆𝐄 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang