Sorry for typo
Silahkan membaca
Vote dan komen jangan lupa!****
Pukul 11 malam Samuel baru bisa datang menemui Simona. Masalah belum selesai, rasanya Samuel tidak ingin lagi melihat wajah Simona jika bukan karena wanita itu sedang mengandung bayinya.
"Aku tau kau belum tertidur," ujar Samuel duduk di salah satu kursi yang bersebelahan dengan ranjang Simona.
Simona tidak mau menatap ke arah Samuel untuk sementara. Ia masih merasa sakit hati setelah di perlakukan dengan tidak adil, sikap Samuel berubah. Pria itu tak lagi perhatian kepadanya, dulu Camelia yang menjadi batu sandungan untuknya bisa bersama Samuel. Tapi setelah Camelia mati pun, Samuel masih sulit untuk ia memiliki. Elisa wanita itu menjadi masalah baru bagi dirinya.
"Untuk apa kau datang menemuiku?" gumam Simona dengan suara serak. Ia berusaha untuk tidak menangis, tapi tetap saja cairan bening itu mengalir di pelupuk matanya.
"Apa kau pikir aku akan melepaskan tanggung jawabku kepadamu." Samuel menatap Simona tajam. "Tatap mataku saat aku berbicara padamu, Simona!" tegas Samuel yang masih mengatur emosinya untuk tetap stabil mengingat mereka masih berada di rumah sakit.
Simona mengikuti perintah Samuel. Ia menatap dengan tatapan sendu, air mata masih terus mengalir di kedua pipinya, tangan Samuel terangkat dan menghapus air mata Simona dengan ibu jarinya.
"Tidak bisakah kau sedikit bersabar? Hari ini kau kembali mengacaukan semuanya, Elisa membatalkan kerjasama dengan perusahaan. Dan aku juga mendapatkan masalah setelahnya."
"Kau hanya memikirkan dirimu tanpa memikirkan sebab dan akibatnya. Lihatlah, lagi- lagi aku harus menyelesaikan masalah yang di sebabkan olehmu."
Simona terdiam cukup lama. Setelah Samuel berkata, ia mulai berpikir keras. Menyadari sikap- sikapnya yang tidak dewasa dalam melakukan tindakan tadi pagi, hanya karena masalah kecil yang terjadi disebabkan ulahnya yang cemburu dan ingin menampar Elisa. Dan sekarang Simona menyesal membuat Samuel merasakan dampak dan kerugian. Meskipun ia bersalah, tetap saja Simona tidak ingin di salahkan! Sudah ia katakan bahwa dirinya dan Samuel hanya kurang berkomunikasi satu sama lain. Terlebih lagi Simona tidak ingin kehilangan Samuel, Samuel segalanya bagi Simona yang telah menyerahkan seluruh dunianya untuk Samuel.
"Apa kau masih mencintaiku, Samuel?" Simona menatap dalam mata Samuel, ia genggam erat jemari Samuel dan memeluknya dengan erat.
"Jika kau masih mencintaiku dan ingin aku mempertahankan bayi ini. Segera nikahi aku, tidak masalah jika hanya melakukan pemberkatan di gereja terlebih dulu," desak Simona yang terus menagih janji Samuel untuk menikahinya. Ia sudah terlalu banyak di rugikan dan Simona tidak ingin berakhir seperti sampah yang tidak diinginkan, Samuel harus menikahinya secepatnya.
"Kau terus menjadikan bayi ini sebagai ancaman untukku. Apa bayi yang berada di dalam rahimmu bukan milikku?"
"A-apa maksudmu? Samuel kau masih tidak percaya kepadaku!"
"Bagaimana bisa aku percaya penuh kepadamu. Sedangkan saat bersamaku kau sudah tidak virgin, berbeda dengan Camelia. Wanita itu hanya menyerahkan dirinya seutuhnya kepadaku, dan aku juga percaya bahwa dia jauh lebih baik darimu."
"Jangan sebut nama wanita itu lagi sialan! Dia sudah mati, kau yang membunuhnya," tegas Simona.
"Kau yang mengusulkan aku untuk membunuhnya!" papar Samuel dengan kesal. Samuel tidak suka disalahkan atas hal yang juga keinginan Simona.
"Yah benar. Aku dan kau yang melakukannya, maka dari itu Samuel aku tidak ingin berbasa-basi ataupun terkesan mengancammu. Tapi hanya aku kunci utama yang mengetahui masalah ini, kau harus menjaga aku dengan sebaik-baiknya."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 : 𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓 𝐑𝐄𝐕𝐄𝐍𝐆𝐄 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄
RomanceCamellia Shannon Philips sangat terpukul setelah mengetahui pria yang dinikahinya selama ini hanya memanfaatkannya. Berselingkuh dan terang-terangan mengatakan tidak mencintainya setelah merampas seluruh harta milik Camellia, suaminya Samuel pun me...