CHAPTER 28

1.1K 94 7
                                    

Double up yah malam ini. Mumpung author lagi baik, kalian harus ramaikan juga spam + vote sebanyak- banyaknya.

****

Seminggu, satu bulan dan kini nyaris tiga bulan di lewatkan begitu saja.
Selama itu, tanpa berhenti Felix terus berdoa. Meskipun perasaanya gelisah, hampa dan terlebih perasaan rindu  yang terasa seperti ingin membuatnya tercekik mati. Hingga detik ini, ia berharap kesempatan kedua itu benar terjadi di dalam hidupnya.

Tiga bulan mengubah segalanya yang terjadi pada hidupnya. Felix kembali merasakan kehampaan, semakin ia mencoba untuk melupakan wajah Camelia. Felix semakin dibuat ingat dan terus mengingat tentang wanita itu.

Hidupnya yang semulanya sempat berwarna. Kini kembali menjadi hitam, ia jarang kembali ke rumah. Felix nyaris menghabiskan kehidupannya dua puluh empat jam di perusahaan yang kini nyaris menjadi rumah utamanya. Mansion ia jadikan hanya sebagai rumah singgahan, tidak ada alasan ia untuk pulang. Lagi pula Elisa juga tidak lagi berada di mansion, wanita itu pergi tanpa berpamitan membawa semua koper yang berisikan pakaian miliknya, mereka terpisah sejak hari itu. Lebih tepatnya setelah Elisa meminta untuk bercerai dan dengan  kesadaran penuh. Felix menyetujui dan memberi tanda tangannya di atas kertas hitam putih yang di bawa keesokan harinya.

Kabar perceraiannya telah berhembus ke seluruh penjuru, berita- berita serta gosip yang menampilkan artikel perceraiannya sudah menjadi kabar terpanas yang menggemparkan. Tidak hanya sampai disana, Felix juga mendapatkan tatapan kecewa dari ibu dan ayahnya. Mereka menyalahkan Felix yang telah membohongi mereka—tentang kehamilan Elisa.

Andaikan saja, kedua orang tuanya tau. Bahwa Felix sudah kehilangan separuh hidupnya saat ini, ia kehilangan cintanya yang tak bisa ia jelaskan betapa sekarat jiwanya saat ini.

"Kau terlihat sangat lelah, kembalilah ke mansion dan istirahat." Ricci sekertaris Felix terus menatap dengan iba kepada tuannya. Wajah Felix terlihat kelelahan, mata yang sendu serta tubuh yang mulai mengurus. Ricci tau bahwa Felix begini karena perceraiannya dengan Elisa, siapa yang bodoh dan berpura- pura tak melihat bahwa cinta Felix begitu besar kepada Elisa. Tapi entahlah, Ricci merasa Elisa yang baru ia temui secara tak sengaja kemarin malam berbeda dengan Elisa yang sebelumnya.

Ricci melihat Elisa mengunjungi klub malam dengan pakaian minim. Menari dengan panas dan bebas di lantai dansa, pria- pria bahkan terlihat mengelilingi Elisa dan wanita itu biasa saja. Ketika Ricci mencoba untuk memisahkan pria- pria itu, Elisa justru memarahinya bahkan mengumpat Ricci dengan perkataan kasar.

"Brengsek! Berhentilah untuk membuatku merasa tidak nyaman. Pergilah! Aku bukan lagi nyonyamu!"

Dan sejak saat itu Ricci bersumpah ia tidak akan lagi mau ikut campur dalam masalah Elisa. Wanita itu sudah menyakiti pria sebaik Felix, sungguh tidak pantas lagi untuk Ricci memberikan perhatian kepadanya. Yang masih membuat Ricci bertanda tanya, kenapa setiap pagi Felix selalu mendatangi gereja? Setiap hari Ricci selalu mengantar Felix beribadah, dan terkadang Ricci melihat pria itu menangis dalam doanya.

"Tidak Ricci, aku harus pergi ke gereja  pagi ini," kata Felix mengangkat kepalanya dari tumpukan berkas, melirik cepat ke arah arloji mahal yang mengikat lengan kanannya.

Ia bergegas mengambil jas dan memakainya kembali. Felix belum tertidur sama sekali selama semalaman, ia benar- benar lupa akan dirinya. Otaknya hanya mengingat Camelia, Camelia, Camelia dan hanya wanita itu yang 24 jam terus felix ingat.

"Siapa yang sebenarnya sedang kau doakan. Apa Nona Elisa? Untuk apa kau mendoakan wanita yang bahkan tidak bersyukur mendapatkanmu," balas Ricci dengan nada marah yang tertahan di tenggorokan. Ricci bersikap tidak formal sebab ia ingin menyadarkan pria bodoh dibutakan cinta yang bertepuk sebelah tangan.

𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 : 𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓 𝐑𝐄𝐕𝐄𝐍𝐆𝐄 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang