Gila, gila, gila sangat gila!
Berkali- kali Camelia mengumpat di dalam hatinya, tubuhnya telah berhasil pergi meninggalkan gereja dengan mengunakan taksi. Ia lepas tudung putih di kepalannya, menarik napasnya dalam- dalam lalu menekan dadanya.
Sudah lama Camelia tidak merasakan perasaan seperti ini. Gugup, berdebar setengah mati menjadi satu. Camelia masih ingat dengan jelas pria itu memanggil namanya begitu jelas, sangat jelas hingga terdengar pengucapan yang sempurna meskipun sedikit gemetar.
Camelia mengingat semua yang terjadi padanya. Mulai dari perselingkuhan Samuel, tapi anehnya ia tidak ingat sama sekali dengan pria tadi. Wajah pria itu begitu tidak asing, tapi dirinya tidak sedikitpun mengingat. Apa mereka pernah saling mengenal satu sama lain?
"Nona kita telah sampai."
Camelia mengangguk ia mengeluarkan beberapa lembaran uang kertas dan membayar supir taksi. Camelia kembali ke kediaman keluarga Delphine, Warren dan Florence sangat membantunya dalam tiga bulan ini. Warren juga yang membantu Camelia kembali mendapatkan koneksinya kembali, ia berjanji akan kembali menguasai perusahaan Philips yang hampir di ambang ke kebangkrutan.
Akan tetapi, saat dirinya akan melangkah masuk. Ia kembali di kejutkan dengan wajah pria yang dirinya temui di gereja. Bagaimana bisa pria itu berada dikediaman milik Warren dan Florence. Bahkan terlihat mereka sangat akrab, dan sayup- sayup Camelia mendengar mereka saling berbincang- bincang tentangan masalah bisnis.
"Camelia kau sudah kembali?" ujar Florence yang lebih dulu menyadari kehadirannya yang tiba di depan pintu masuk.
"Umh," sahut Camelia pelan mengangguk kecil, ia terlihat kebingungan menatap wajah Florence dan Warren secara bergantian. Menunggu singkat cerita mereka, kenapa pria itu bisa berada disini dan berbincang dengan mereka.
"Kemarilah Camelia, seperti yang kau katakan kepadaku. Bahwa kau membutuhkan seseorang yang dapat membantumu kembali, kurasa Mr. Taylor orang yang tepat," ucap Warren memangil Camelia duduk dan bergabung bersama mereka di sofa.
Camelia masih bingung, tapi ia mengikuti panggilan Warren dan ikut bergabung duduk. Berhadapan dengan posisi Mr. Taylor yang telah melepaskan jas miliknya, menyisakan vest membalut kemeja putih yang digulung sebatas siku.
"Bagaimana kau bisa datang kemari?" tanya Camelia dengan duduk tegap, kedua tangannya ia letakan sejajar di atas kedua pahanya.
"Selamat malam Miss. Shannon, aku tidak percaya kita kembali bertemu untuk kedua kali dalam hari ini," sapa Felix ramah.
"Kalian sudah saling bertemu sebelumnya?" tanya Warren dan Florence kompak bersamaan.
"Kami bertemu di gereja," balas Felix dan Camelia kembali kompak bersamaan. Sontak membuat kedua mata mereka saling bertemu di udara, menatap intens dan ditambah irisan mata Camelia yang sedikit membesar.
"Aku terkesan. Ternyata kita terlihat serasi Miss. Shannon," tutur Felix dengan wajah datarnya. Dadanya kembali berdesir, tapi masih tebal topengnya yang ia tahan untuk tidak tersenyum.
"Benarkah? Mungkin hanya sebuah kebetulan," balas Camelia masih dengan nada datarnya.
Felix manggut- manggut disertai seringainya kecil. "Kebetulan yang aku suka," lanjutnya dengan percaya diri. "Mengenai kedatanganku, aku tidak datang kemari hanya karena ingin bertemu lagi denganmu. Melainkan karena mendapatkan panggilan dari Mr. Delphine. Ia menyampaikan kabar yang sempat membuatku terkejut, tentang keadaan dirimu yang membutuhkan bantuanku."
"Dan kebetulan setelah beribadah aku menyempatkan waktu untuk datang. Sembari menunggu kau kembali, kami berbincang- bincang akan masalah bisnis kecil yang ingin Mrs. Delphine kembangkan dalam dunia skincare," sambung Felix yang menjelaskan secara detail tujuannya datang kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 : 𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓 𝐑𝐄𝐕𝐄𝐍𝐆𝐄 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄
RomansaCamellia Shannon Philips sangat terpukul setelah mengetahui pria yang dinikahinya selama ini hanya memanfaatkannya. Berselingkuh dan terang-terangan mengatakan tidak mencintainya setelah merampas seluruh harta milik Camellia, suaminya Samuel pun me...