CHAPTER 21

1.5K 97 16
                                    

"Tuan," jawab Maria dengan gugup.

"Maria!!" teriak Rune dari kejauhan.

Samuel berbalik dan melihat Rumi datang mendekat dan memarahi pelayan yang bernama Maria tersebut. "Sudah aku katakan kepadamu. Bersihkan mobil milik Nyonya Simona, bukan milik tuan Samuel!"

"Maafkan aku Tuan," ucap Maria dengan kepala yang tertunduk.

Samuel tidak lagi perduli kepada Maria. Melainkan kedua matanya berpusat kepada Rumi, sejak awal saat melihat Rumi kembali Samuel merasa curiga. Wanita itu pergi dan kembali begitu tiba- tiba. Rumi tidak terlihat sejak malam kematian Camelia, lalu tiba- tiba Rumi kembali bekerja.

"Pergilah," tegas Samuel.

Rumi meraih tangan Maria. Ia bergegas untuk melangkah pergi tapi suara bariton Samuel kembali menghentikan langkah kakinya. "Tidak dengan kau Rumi."

Rumi kembali membeku, ia memutar tubuhnya dengan kepala yang masih tertunduk. Dengan seperti itu cara Rumi menyembunyikan perasaannya yang gelisah, ia hanya takut semua rencana yang telah di susun terbongkar.

"Kemana saja kau hampir satu bulan ini, Rumi?" tanya Samuel masih mengintrogasi Rumi dengan mengantongi satu tangannya.

"A-aku pulang ke kampung Tuan. Sebelumnya aku sudah meminta izin kepada nyonya Camelia melalui telepon, tapi... Saat aku berada di kampung berita duka itu datang. Aku terpukul, merasa kebingungan dan sedih setelah mendengar kabar kematian Nyonya Camelia. Aku mencoba untuk kembali dengan cepat, tapi aku tidak bisa karena harus menyelesaikan masalah keluargaku," jelas Rumi dengan lancar tanpa terputus. Ia sudah memikirkan alasan ini sejak kemarin malam, dan sungguh tidak ia percaya bahwa dirinya akan diintrogasi dengan cepat.

"Kau tidak berbohong bukan?" ulang Samuel dengan sorotan mata yang memicingkan tajam.

Rumi menggeleng dengan kedua tangan yang terkatup di depan dada. Ia berlutut dengan cepat di bawah kaki Samuel, air mata mengalir membasahi kedua pipinya. "Aku tidak berbohong Tuan. Aku datang kembali karena masih membutuhkan pekerjaan, walaupun aku tidak bisa lagi melayani Nyonya Camelia seperti dulu," sambungnya dengan suara yang gemetar.

"Kembalilah berkerja Rumi. Tugasmu sekarang hanya memperhatikan Simona, layani dia seperti kau melayani Camelia. Wanita itu akan menjadi nyonya baru, Simona akan segera aku nikahi," putus Samuel sebelum pria itu melangkah masuk ke dalam mobil. Ia hampir terlambat dan bergegas ia meminta kepada supir untuk mengendari mobil dalam kecepatan tinggi.

Rumi bangkit dari posisi berlutut. Ia pandangi dengan tajam mobil yang membawa Samuel pergi, sungguh didalam benak Rumi hanya ingin mengungkap semua kejahatan dan kebusukan dua orang yang menghabisi nyawa Nyonya Camelia yang ia saksikan malam itu. Rumi kembali melangkah masuk ke dalam mansion, seperti yang di perintahkan oleh Samuel. Rumi melayani Simona dengan sepenuh hati, wanita itu seperti gadis lumpuh yang meminta banyak pelayan untuk membawakan barang dan memerintahkan melakukan ini dan itu.

Kabar baru yang Rumi dengar pelayan- Pelayan yang lain. Ternyata Simona sedang mengandung. Pantas saja, Samuel begitu perhatian sebab memang sudah sejak lama pria itu menginginkan keturunan, sayangnya hal itu belum terwujud. Rumi bersyukur bahwa nyonya Camelia tidak sempat mengandung darah daging iblis seperti Samuel, karena Samuel tidak benar- benar mencintai nyonya Camelia dengan tulus. Pria itu hanya ingin memperdaya dan menguasai semua kekayaan milik Camelia.

"Kehancuran pasti akan segera datang untuk kalian berdua. Aku akan menyaksikan semua itu sebelum aku mati." Rumi membatin. Ia meletakan semangkuk soup yang diminta oleh Simona.

"Kenapa kau lama sekali! Kau sudah begitu tua untuk bekerja, makanya kau bergerak sangat lambat!" bentak Simona meletakan iPad ditangan kanannya.

"Ma-maafkan aku Nyonya," balas Rumi dengan kepala yang tertunduk.

𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 : 𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓 𝐑𝐄𝐕𝐄𝐍𝐆𝐄 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang