CHAPTER 31

1.1K 111 28
                                    

Tolong vote dan ramaikan guys! Capek banget ngemis vote kalian, kalau ada typo tanda saja. Thank you

*****

Jika bisa di deskripsikan dengan satu kata karakter Felix bukan lagi pria dingin. Tetapi pria gatal! Ia benar- benar membuktikan ucapannya, pindah ke kawasan unit rumah yang berhadapan dengan rumah Warren. Semua hal itu ia lakukan dengan kerja keras yang menguras emosi, memindah pemilik rumah sebelumnya dan melakukan negosiasi panjang.

Tubuh kokohnya berdiri pada pembatas balkon kamar, kedua bola matanya memperhatikan dengan pandangan lurus; tepatnya pada bangunan rumah Warren yang pernah ia kunjungi beberapa hari yang lalu. Camelia belum kelihatan sama sekali sejak kemarin malam, pagi ini Felix sangat tidak sabar untuk melihat Camelia muncul. Kakinya sudah ingin bergerak berkunjung ke rumah Warren sejak pagi sebelum matahari muncul dari ufuk timur. Tapi masih ia tahan dirinya, tetap menunggu sembari mengangkat secangkir kopi dan menyesapnya dengan pelan.

Dengan hanya mengunakan celana training dibalut singlet putih. Rambutnya masih setengah basah, ia biarkan jatuh dengan acak dan hanya menyisirnya dengan tangan. Felix serahkan pekerjaannya hari ini kepada Ricci, ia akan menikmati waktunya dengan bersantai di rumah barunya dan lebih fokus untuk memantau tambatan hatinya.

Rasanya begitu damai, menghirup udara yang sama dengan wanita yang ia cintai, apalagi jika membayangkan mereka berbagi oksigen yang sama. Kamar wanita itu masih tertutup rapat dengan tirai, Camelia mungkin masih bergulung di dalam selimut. Felix kembali masuk ke dalam meletakan cangkir kopi miliknya di atas meja nakas, lalu berpikir untuk memindahkan sofa untuk bersantai di balkon. Tanpa perlu meminta bantuan pelayan, Felix memindahkan sediri sofa panjang itu menuju ke balkon dengan mengarahkan seluruh tenaganya. Menata posisi yang pas, lalu kembali masuk mengambil iPad serta cangkir kopi miliknya yang masih tersisa setengah.

Melepaskan singlet dan mensampirkannya pada lengan sofa. Bertelanjang dada, sembari menggeser iPad membaca berita- berita terkini. Serta membuka email yang dikirim Ricci kepadanya, saking terlalu fokus pada iPad miliknya. Felix sampai tidak menyadari tirai jendela yang berada di seberang sana telah terbuka-pemilik kamar juga telah keluar menampak diri dengan piyama panjang selutut merenggangkan tangannya di udara.

Masih setengah mengantuk Camelia menyipit melihat pria yang bertelanjang dada duduk di balkon, irisan matanya melebar terkejut. Ia menggosok kedua matanya, mencoba kembali menajamkan pandangannya dan benar saja kedua matanya hampir melompat saat menyadari siapa pria yang sedang ia lihat di seberang sana.

"Felix!" batin Camelia berteriak kecil membalikan tubuhnya dan masuk dengan cepat sebelum Felix menyadari keberadaan dirinya. Ia kembali menutup jendela balkon serta menarik tirai, Camelia mengintip melalui cela- cela jendela meremas erat tirai yang masih dalam genggamannya.

"Kenapa dia bisa berada di sana? M-maksudku Apa dia pemilik unit rumah diseberang, tapi bukankah kata paman Warren pemilik rumah di depan telah berumur tua?" gumam Camelia mencoba menebak- nebak kenapa Felix bisa berpindah menjadi tetangganya. "Argh! Bagaimana bisa aku pergi," sambung Camelia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang menyembunyikan serta menutup wajahnya mengunakan bantal.

"Uh? Apa dia sedang sakit?" ucap Felix tersadar. Ia hampir satu jam lebih duduk di balkon dan tidak ada pergerakan jendela kamar Camelia terbuka.

Felix bersiap untuk mengunjungi rumah Warren. Ia kenakan pakaian yang lebih santai tapi masih terlihat formal, tidak perlu mengunakan kendaraan karena memang hanya beberapa langkah untuk sampai pada gerbang rumah Warren. Dengan membawa bingkisan yang dikirimkan Ricci kemarin malam untuknya, dalam rangka menyambut kepindahannya. Felix bawa bingkisan itu ke rumah Warren, sebagai alasan ia berkunjung pagi ini.

𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 : 𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓 𝐑𝐄𝐕𝐄𝐍𝐆𝐄 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang