CHAPTER 33

1.3K 108 9
                                    

Sedikit kerutan kecil timbul di permukaan kening Camelia. Ia bingung sesaat Felix melepaskan pagutannya, napas keduanya masih tak beraturan. Tapi bisikan Felix membuat Camelia berpikir dengan keras, ia mencoba memahami lagi apakah pertemuan mereka pernah terjadi secara intens di masa lalu? Apa Felix momen yang hilang yang masih mencoba ia ingat saat terbangun dari koma?

Felix menyeka bibir Camelia dengan jempolnya. Ia usap sisa saliva yang tertinggal bersama lipstik yang ikut berantakan akibat ciuman brutalnya, Felix nyaris tak bisa menahan diri. Tak lagi bisa menahan rindunya, sentuhan dan perasaan yang tetap sama meskipun Camelia dalam raga yang berbeda saat itu.

Camelia terlihat bingung, tapi Felix anggap sebagai ekspresi shock karena ulahnya. Jemarinya membawa tangan Camelia untuk kembali duduk di kursi yang berhadapan dengannya, hidangan berdatangan saat jentikan jari Felix terangkat ke udara. Felix menyentuh gelas wine untuk membasahi tenggorokannya, kedua mata Felix tak berhenti menatap intens wajah Camelia yang bersemu dan terlihat gemetar saat menyentuh gelas dihadapannya.

"Are you okay?" ujar Felix dengan sedikit terkekeh. Menjilat bibirnya dengan alis yang sedikit terangkat mencoba mengintimidasi, tapi kali ini bukan membuat lawannya merasa takut melainkan membuat Camelia semakin salah tingkah.

"Don't bite your lips!" perintah Felix dengan suara rendah yang begitu dalam.

Camelia tak menyadari kebiasaanya jika sedang gugup serta berpikir keras. Maka ia akan menggigit bibir bawahnya, akan tetapi setelah Felix memperingatinya dengan suara berat dengan tatapan yang mendominasi. Camelia segera membenahi dirinya, menarik tissue untuk menyeka bibirnya.

"Makanlah, Mi amor selagi masih hangat," ucap Felix mengalihkan pandangannya. Memotong steak menjadi potongan- potongan kecil yang di perkirakan akan mudah untuk masuk ke dalam mulut kecil Camelia, dan dengan cepat juga ia menukar piring miliknya dengan milik Camelia yang belum tersentuh wanita itu.

"Terima kasih... Felix," ucap Camelia sedikit terjeda ia mencoba untuk mengingat lagi dan lagi agar kali ini tidak salah dan memanggil pria di depannya. Saat pergi hubungan mereka bukan apa-apa tapi delapan menit yang lalu dirinya telah resmi bertunangan dengan Felix. Apa kali ini harus ia ubah lagi panggilannya?

Felix tersenyum lebar ia tunjukan barisan giginya yang rapi. Mendengar Camelia memangil namanya, jutaan bunga- bunga yang hampir mati kembali mekar dalam dadanya. Terasa sesak tapi bukan membuatnya sulit bernapas, sesak kali ini benar- benar membuat Felix ingin berteriak untuk memberitahu semua orang di penjuru dunia. Mereka harus tau, bahwa wanita yang ia cintai begitu indah memangil namannya.

"Kenapa terlihat menjadi bagus sekali ketika kau menyebut namaku," ucap Felix menopang wajahnya dengan satu tangan yang berada di atas meja. Menatap Camelia yang menyuap potongan daging, kepala kecil itu menganggu dengan senyum tipis ke arahnya.

"Umm. Be-benarkah? Apa ada yang berbeda dari cara aku berucap," balas Camelia. Berhenti mengunyah ikut membalas tatapan mata Felix.

"Entahlah. Hanya saja rasanya berbeda ketika orang lain memanggil namaku dan ketika kau memanggilku," jawab Felix mengangkat jempolnya dan mengusap sudut bibir Camelia yang terlumuri saos, ia menghisapnya jempolnya untuk memastikan rasa makanan yang wanitanya santap saat ini layak untuk di makan.

"I-itu hanya perasaanmu saja," sambung Camelia cepat. Ia merasa kesal kenapa sedari tadi nada bicaranya terlihat memalukan, terputus- putus saat menjawab.

Mata Felix sedikit menyipit dan sedikit memajukan tubuhnya. "Wajahmu, memerah sekali. Mengalahkan perwarna wajah di pipimu. Tidak perlu malu mi amor, aku menyukaimu sangat menyukai apa pun yang ada pada dirimu."

Camelia meletakan garpu dan pisau yang ada di tangannya. Raut wajahnya kembali berubah serius, ia menyesap sedikit wine membasahi bibirnya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya. Maksudku, sebelum di gereja. Apa kau yakin kita tidak pernah bertemu satu sama lain? Sebenarnya ada satu potongan memori yang hilang dari diriku, aku tidak ingat jelas momen apa itu. Berkali- kali aku mencoba untuk mengingatnya, tapi tidak ada tanda- tanda. Dan setelah kita saling bertemu, aku merasakan keanehan pada hatiku. Perasaan aneh yang seharusnya tidak pernah di alami oleh kedua orang yang baru bertemu," jelas Camelia. Mata mereka bertemu singkat, Felix terlihat sendu dan detik selanjutnya pria itu menggelengkan kepalanya.

𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 : 𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓 𝐑𝐄𝐕𝐄𝐍𝐆𝐄 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang