CHAPTER 10

2.4K 126 17
                                    

Tinggalkan coment dan juga vote kalian di chapter ini dan juga sebelumnya
Selamat Membaca

*****

"Jawab! Apa kau datang karena Samuel," bentak Rumi. Nada suara yang meninggi membuat Camelia sempat tersentak karena terkejut.

"Tidak. Aku datang karena seseorang. Akan aku jelaskan kepadamu, saat kita berada di dalam," kata Elisa dengan nada yang sangat tenang.

Mungkin semua maid di mansion Philips akan mengkhianatinya. Tapi Rumi, hanya kemungkinan kecil akan melakukan itu kepada Camelia. Camelia maupun kedua orang tuanya, telah menanggap Rumi seperti keluarga sendiri. Mereka percaya kepada Rumi karena telah berkerja untuk keluarga Philips bertahun- tahun.

"Masuklah," balas Rumi menggeser tubuhnya. Mempersilahkan tubuh Elisa masuk ke dalam, suasana tenang tak hanya di luar rumah.

Didalam rumah Rumi juga membuat ia merasa hangat dan nyaman, ia perhatikan sekelilingnya. Sampai kedua manik mata Elisa melihat pada satu bingkai foto yang di pajang di atas meja ruang tamu, sebuah foto anak kecil yang memeluk erat boneka beruang. Foto Camelia yang berusia 5 tahun saat itu.

"Silahkan, duduk. Pilih tempat di mana kau merasa nyaman, maaf rumahku terlalu sempit dan kecil." Rumi menarik syal yang membungkus lehernya.

"Rumi, kau sakit?" tanya Elisa yang menyadari wajah Rumi sangat pucat, menghela napas pun sedikit kesulitan.

"Tidak. Aku hanya kelelahan, katakan apa tujuan anda Nona?" balas Rumi kembali menatap wajah wanita yang sangat asing baginya. Tapi tatapan wanita itu terlihat sangat candu bagi Rumi, ia seperti melihat sosok seseorang yang sangat dirinya kenal.

"Aku datang untuk Camelia Shannon."

Wajah Rumi langsung berubah kaku. Wanita itu terlihat ketakutan, Elisa melihat Rumi meremas jemarinya dengan mata yang memandang lurus.

"Nyonya muda... Aku tidak ada hubungan apa pun, dengannya." Rumi kembali memusatkan pandangannya ke arah lawan bicaranya. "D-Dan Apa hubungan Nona, dengan mendiang nyonya muda?" sambungnya dengan terbata- bata.

"Aku temannya. Dan aku ingin mengungkap kematian Camelia," ucap Elisa memajukan tubuhnya. "Pada malam kematian Camelia dimana kau saat itu, Rumi?"

Rasanya Camelia tidak tahan untuk mengungkap indentitasnya. Tapi ia teringat kata- kata Felix, tak akan mudah membuat orang lain percaya.
"Kau berada di mansion bukan? Camelia sempat menghubungiku, dan ia mengatakan akan kembali ke mansion. Rumi, tidak perlu takut. Ceritakan saja kepadaku apa yang terjadi pada malam itu," desak Elisa yang berharap Rumi jujur kepadanya.

"S-saya tidak berada di mansion saat itu Nona. Saya kembali ke rumah saya, dan tak mengetahui apa yang terjadi pada mansion malam sebelum nyonya Camelia kecelakaan," jawab Rumi sembari mengalihkan wajahnya ke arah lain.

"Baiklah Rumi. Tidak masalah jika kau tidak ingin menceritakan secara jujur kepadaku, aku akan tetap menemuimu," ucap Elisa yang menyerah bertanya kepada Rumi. Mungkin karena pertanyaan terlalu berat, dan Rumi juga bukan seseorang yang mudah terbuka dengan orang asing.

Saat tubuhnya akan melangkah pergi berpamitan kepada Rumi. Kepala Elisa terasa pusing, ia hampir terjatuh dan untung saja Rumi dengan cepat menyambutnya dari belakang. Kilas balik tentang pemilik tubuh terlintas begitu saja. Elisa menangis saat perjalanannya dengan mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi, sebelumnya Elisa terlibat bertemu dengan seorang pria tapi bukan Felix.
Dan kecelakaan mobil itu terjadi begitu cepat, saat mobil bermuatan besar berada di jalur yang salah. Elisa membanting stirnya dan menabrak pembatasan jalan.

𝐑𝐄𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐋𝐈𝐅𝐄 : 𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓 𝐑𝐄𝐕𝐄𝐍𝐆𝐄 𝐁𝐈𝐋𝐋𝐈𝐎𝐍𝐀𝐈𝐑𝐄 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang