Dua minggu sudah Haechan lalui dengan terus-terusan menyatakan perasaannya dan berusaha mendapatkan perhatian si pemuda Huang. Namun sepertinya semua usahanya tidak membuahkan apapun.
Terbukti dari Donghyuck dan Renjun yang terlihat semakin dekat, sedangkan dirinya dan Renjun semakin menjauh. Si pemuda Huang seakan-akan menciptakan tembok tinggi yang sulit untuk Haechan hancurkan.
Contohnya seperti saat ini, Haechan yang berniat menghampiri Renjun saat makan siang pun harus menghentikan langkahnya saat iris tajamnya mendapati pemandangan Renjun yang tengah duduk berdampingan dengan Donghyuck.
"Ck, aku benar-benar harus menyingkirkannya dari Renjun." Gumam Haechan dengan lirikan tajamnya, ia terlihat menyandarkan punggungnya pada tembok di belakangnya. Kedua matanya bergerak mengikuti pergerakan Donghyuck dan Renjun hingga sebuah dengusan terdengar, saat mata Haechan mendapati senyum lebar milik Renjun.
Tanpa membuka suaranya, si pemuda tan berjalan mendekati meja Donghyuck dan Renjun. Membuat Donghyuck yang menyadarinya pun menatap sengit sang kembaran.
Menyadari raut Donghyuck yang berubah, Renjun pun menolehkan kepalanya dan seketika helaan nafas terdengar dari bibirnya saat mendapati Haechan sudah berdiri tepat di belakang tubuhnya.
"Ah, kau disini ternyata." Ujar Haechan pada Renjun, membuat Renjun memutar matanya jengah.
"Apalagi maumu? Serius Lee Haechan, aku bisa ikut gila kalau terus-terusan berurusan denganmu." Ujar Renjun dengan nada frustasinya.
"Aku lihat kalian semakin dekat." Haechan yang perlahan termakan emosinya pun mulai berbicara dengan penuh penekanan, membuat Renjun yang mendengarnya pun mengerutkan keningnya.
"Kalau iya kenapa kalau tidak kenapa? Tidak ada urusannya juga kan denganmu." Sahut Renjun dengan wajah dan nada ketusnya yang berhasil memancing emosi Haechan, terbukti dari si pemuda tan yang dengan kuat menarik kursi yang Renjun duduki. Menciptakan suara cukup kencang yang memancing perhatian seisi kantin.
"YAK! KAU INI KENAPA SENANG SEKALI MEMBUAT ORANG EMOSI SIH?!" Amuk Renjun yang sudah berdiri dari duduknya dan menatap sengit Haechan, sedangkan Donghyuck ia terlihat tidak mengeluarkan sepatah kata apapun.
"Huang Renjun, perlu aku mengingatkanmu kalau kau masih punya hutang padaku?" Tanya Haechan dengan tatapan meremehkannya yang membuat Renjun mengerutkan keningnya, setelah hampir dua minggu lebih Haechan tidak pernah membahas soal hutangnya lagi. Tiba-tiba si pemuda tan kembali membahasnya saat ini.
"Selama hutangmu belum lunas kau itu budakku, milikku. Semua yang ada padamu semuanya adalah milikku." Ujar Haechan dengan penuh penekanan, bahkan ia sudah mendekatkan wajahnya pada Renjun. Membuat Renjun mengepalkan kedua tangannya dan menatap sengit si pemuda tan.
"Aku bukan barang yang bisa kau miliki seenaknya Lee bajingan Haechan. Aku akan melunasi semua hutangku, dan setelahnya pergi jauh-jauh dari kehidupanku bajingan!" Renjun membalas tak kalah tajam dan penuh penekanan.
Tanpa menunggu respon dari Haechan, Renjun pun melangkahkan kedua kakinya. Namun langkahnya tertahan saat Haechan tiba-tiba menahan tangan kirinya, membuat Renjun dengan cepat melayangkan tinjunya yang mendarat sempurna di pipi kiri Haechan.
"Mulai detik ini, jangan pernah berani menyentuhku lagi brengsek!" Tajam Renjun yang kemudian beranjak pergi, meninggalkan Haechan yang tengah menyentuh rahang kirinya sembari menatap tajam punggung Renjun yang semakin menjauh.
"Sudah jelas bukan? Siapa pemenang dan pecundangnya." Donghyuck yang sejak tadi hanya diam dan menonton pertunjukan yang dibuat sang kembaran pun membuka suaranya. Ia sengaja diam dan membiarkan Renjun sendiri yang menunjukan pada Haechan siapa yang dia pilih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Triangle ✓
RomanceRenjun sangat paham dan sangat tahu bahwa dirinya benar-benar berada dalam posisi yang berbahaya dengan terjebak bersama si kembar Lee Donghyuck dan Lee Haechan. Tapi dirinya tidak bisa memikirkan apalagi melakukan apapun untuk bisa keluar dan pergi...