Renjun sangat paham dan sangat tahu bahwa dirinya benar-benar berada dalam posisi yang berbahaya dengan terjebak bersama si kembar Lee Donghyuck dan Lee Haechan. Tapi dirinya tidak bisa memikirkan apalagi melakukan apapun untuk bisa keluar dan pergi...
Mobil sport berwarna hijau tersebut terlihat membelah jalanan kota Seoul dengan kecepatan cukup tinggi, si pengendara terlihat sangat fokus mengendari mobilnya dengan wajah datarnya yang entah mengapa terlihat sangat tampan.
Sekitar lima belas menit, akhirnya Haechan menghentikan mobilnya di bahu jalan saat iris coklat tuanya mendapati penampakan pemuda manis yang tengah menundukkan kepalanya sembari menendang pelan angin.
Tidak menunggu lama, Haechan segera keluar dari mobilnya dengan iris tegasnya yang tidak lepas dari si pemuda Huang yang belum menyadari kehadirannya.
Renjun yang tengah menatap kosong jalanan di bawahnya seketika mengangkat wajahnya dan membulatkan kedua matanya saat mendapati sebuah tangan menggenggam pergelang tangannya. Awalnya Renjun kira yang berdiri di depannya saat ini adalah Donghyuck, tapi setelah melihat tatapan pemuda tan di depannya ditambah kehadiran mobil hijau familiar yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri, Renjun pun menghela nafasnya lega.
"Lama." Gumam Renjun dengan nada pelan, tapi bisa didengar jelas oleh Haechan.
"Salahmu mainnya kejauhan, ayo." Sahut Haechan yang kemudian menarik tangan yang lebih kecil darinya itu.
Renjun yang biasanya akan melawan dan mengumpati Haechan jika si pemuda tan menyentuhnya pun kini hanya diam dan menuruti semua ucapan dan arahan Haechan.
▪︎ ▪︎ ▪︎
Keadaan di dalam mobil Haechan saat ini cukup sepi, hanya ada suara samar dari arah luar mobil mewah milik Haechan. Sedangkan si pemilik mobil sendiri belum berniat memacu mobil kesayangannya tersebut.
"Kemana?" Tanya Haechan sembari menolehkan kepalanya ke arah Renjun yang kini tengah menatap dirinya dengan tatapan sedikit berkaca-kaca. Ah, Haechan paling tidak bisa melihat mata itu.
"Ck, berhenti memasang ekspresi seperti itu." Ketus Haechan sembari memijat pelan keningnya, membuat Renjun yang mendengarnya pun mengerucutkan bibirnya lucu.
"Kemana saja, terserah. Tapi jangan ke rumahku. Aku tidak mau mama dan Ningning bertanya ini itu." Jawab Renjun akhirnya sembari membuang wajahnya ke arah lain, membuat Haechan yang mendengarnya pun menghela nafasnya pelan dan segera memacu mobilnya tersebut dengan kecepatan sedang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Doyoung saat ini tengah menyesap teh hangat favoritnya ditemani dengan alunan musik klasik yang sudah menjadi temannya sehari-hari. Menikmati secangkir teh, di sore hari dengan alunan musik klasik. Menurut Doyoung itu adalah definisi surga dunia.
Tapi sepertinya ketenangannya harus diganggu oleh suara langkah kaki diikuti suara pembicaraan dua orang yang membuat Doyoung mengerutkan keningnya. Walaupun terdengar samar, tapi tetap saja bagi Doyoung itu mengganggu sorenya yang damai.
Tanpa membuka suaranya, putra sulung keluarga Lee tersebut melangkahkan kakinya ke arah pintu utama mansion mewah tersebut. Hingga tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendapati sang adik sudah kembali tapi dengan seorang tamu.