12 : Worried

2.7K 415 37
                                    

Hendery dan Xiaojun secara serempak menjatuhkan sendok di tangan mereka saat mendengar cerita dari Renjun, sedangkan Chenle hanya bisa mengusap wajahnya frustasi dan Jaemin terdiam di tempatnya. Pikirannya seketika berkelana pada ucapan Mark dan Lucas beberapa saat lalu di studio fotografi.

"KAU GILA YA HUANG RENJUN?!!!" Teriak Xiaojun dengan wajah paniknya.

"AKU WARAS!!!!" Renjun balas berteriak, keduanya sudah tidak memperdulikan kenyataan bahwa meja mereka sudah menjadi pusat perhatian seisi kantin saat ini.

"Setelah meninju Haechan kau masih berani masuk kuliah?!!!" Semprot Xiaojun lagi yang membuat Renjun mendengus kencang dan menusuk daging di piringnya menggunakan garpu di tangannya.

"Ya memangnya kenapa?!! Dia kan cuman manusia bukan dewa yang harus ditakuti!" Balas Renjun dengan nada kesalnya tapi terlihat santai yang membuat Xiaojun kehabisan kata-kata begitu juga dengan Hendery dan Chenle.

Perasaan baru saja tadi Chenle memperingati sahabatnya untuk tidak terlibat lebih jauh, ternyata Renjun sudah lebih dulu mencemplungkan dirinya ke dalam lingkaran setan.

"Ya tetap saja!!! Lebih baik kau bolos hari ini!" Ujar Xiaojun lagi yang dibalas gedikan bahu oleh Renjun.

"Tidak dulu." Singkat Renjun yang kemudian memasukan daging di garpunya ke dalam mulut.

"Hua-..."

"Huang Renjun." Belum sempat Xiaojun menyelesaikan panggilannya, suara lain lebih dulu memanggil nama sang sahabat. Membuat dirinya, Hendery, Chenle dan Jaemin secara kompak menolehkan kepala mereka pada sesosok pemuda berkulit tan yang saat ini sudah berdiri tepat di belakang tubuh Renjun dengan wajah datarnya.

Sebenarnya bukan hanya wajah datar Haechan yang membuat Xioajun, Hendery dan Chenle meneguk kasar ludah mereka. Melainkan lebam yang memenuhi wajah si pemuda tan yang membuat ketiganya berfikir sebrutal apa Renjun memukuli Haechan.

Renjun yang merasa namanya dipanggil oleh orang lain pun secara perlahan menolehkan kepalanya dan mengerutkan keningnya, saat mendapati Haechan berdiri di belakangnya dengan wajah datarnya.

"Apa?" Tanya Renjun dengan nada malasnya. Padahal ia sudah bahagia karna Haechan tidak mengganggunya sejak pagi tadi, tapi kebahagiaannya harus hilang begitu saja saat si pemuda tan menghampirinya di jam makan siangnya.

"Ikut aku." Singkat Haechan yang mengundang helaan nafas kencang milik Renjun.

Setelah menerima pukulannya kemarin sepertinya si pemuda tan masih belum puas mengganggunya dan berniat memancing kembali emosinya. Renjun benar-benar harus menyediakan stok kesabaran yang banyak.

"Malas, kalau kau mau memperbudakku nanti dulu. Aku mau makan siang dengan tenang." Ujar Renjun yang kemudian membalikkan badannya kembali dan bersiap menyantap sisa makan siangnya. Hingga Haechan kembali membuka suaranya dengan penuh penekanan disetiap katanya.

"Ikut.aku." ujar si pemuda tan.

"Ck, kau ini tuli atau bagimana?!!" Emosi Renjun mulai terpancing. Namun di luar dugaannya, Haechan malah dengan kasar menarik tangan kirinya. Membuat Renjun yang tengah duduk tenang pun reflek beranjak dari posisi duduknya dan menatap tajam si pemuda tan.

"Kau diajari kata sabar tidak?!" Emosi Renjun pun meledak, ia dengan kasar menyentak tangan Haechan yang mencengkram kuat pergelangan tangannya. Membuat keduanya sudah menjadi tontonan gratis seisi kantin.

Bukannya membuka suaranya, Haechan malah menatap Renjun dengan tatapan datarnya yang menusuk dan mulutnya terkatup rapat yang membuat si pemuda Huang mengerutkan keningnya, terlebih saat matanya mendapati wajah Haechan yang dipenuhi oleh lebam dan luka. Seingatnya ia hanya memukul Haechan satu kali kemarin.

Devil's Triangle ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang