Jaemin menatap kesal Renjun yang tengah memakai hoodie miliknya, si pemuda Huang memutuskan untuk menemui Donghyuck hari ini. Padahal dari semalam sewaktu sesi curhat mereka, Jaemin sudah bilang untuk tidak perlu menemui Donghyuck. Tapi sahabatnya itu masih saja keras kepala.
"Aku pinjam dulu ya bajumu, lusa aku kembalikan." Ujar Renjun pada Jaemin yang dibalas dengusan oleh si pemuda Na.
"Tidak usah dikembalikan, aku tidak mau memakai baju yang habis dipakai untuk bertemu jelmaan iblis." Ketus Jaemin dengan wajah sinisnya, sedangkan Renjun hanya mendengus pelan.
"Aku pergi dulu kalau begitu, bilang terimakasih pada Irene imo nanti. Maaf aku tidak pamit." Ujar Renjun dengan senyumnya.
Irene sendiri tengah pergi ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan bulanan. Maka dari itu dirinya tidak ada di rumah saat ini. Jaemin yang mendengar permintaan sang sahabat pun hanya menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya. Memberitahu Renjun itu sama seperti bicara dengan batu.
"Hati-hati, kabari aku. Kalau dia macam-macam telfon aku mengerti?!" Tajam Jaemin dengan raut galaknya yang membuat Renjun tertawa pelan dan mengangguk.
Donghyuck tidak hentinya menatap ponselnya sejak lima belas menit yang lalu. Pagi tadi Renjun tiba-tiba mengabarinya bahwa tidak perlu menjemput si pemuda Huang dan memintanya untuk bertemu langsung di tempat saja.
Awalnya Donghyuck menolak mentah-mentah ide tersebut. Namun sepertinya untuk dikondisi sekarang, Donghyuck tidak boleh terpancing emosi lebih dulu dan harus tenang.
Sekitar lima menit Donghyuck menatap ponselnya. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pelan bahu tegapnya. Membuat si pemuda tan yang semula memasang raut datarnya seketika digantikan dengan senyum lembutnya.
"Maaf aku terlambat." Ujar Renjun yang mengundang gelengan pelan Donghyuck.
"Tidak masalah, kau naik apa kesini?" Tanya Donghyuck lembut sembari mencoba meraih tangan Renjun yang masih berada di bahunya. Namun belum sempat Donghyuck meraihnya, Renjun sudah lebih dulu menarik tangannya.
"Taksi, kalau bus aku bisa telat satu jam lebih." Jawab Renjun yang kemudian tersenyum singkat.
"Renjun." Panggil Donghyuck tiba-tiba yang membuat Renjun menolehkan kepalanya dengan kening yang sedikit mengerut.
Untuk beberapa detik Donghyuck terdiam di tempatnya. Keduanya sendiri saat ini masih berada di depan sebuah kafe mewah yang sepertinya baru saja buka dilihat dari karangan bunga ucapan selamat yang masih terpajang rapih di depannya.
"Apa?" Tanya Renjun yang memecah lamunan Donghyuck, membuat Donghyuck menggeleng pelan dan mengulas senyumnya.
"Apa? Katakan saja. Kau mau bilang apa? Soal pemuda yang aku lihat di apartemenmu? Atau soal kau yang menghilang? Atau apa?" Entah apa yang merasuki Renjun, ia tiba-tiba melontarkan pertanyaan itu pada Donghyuck. Membuat Donghyuck yang mendengarnya pun menghela nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Triangle ✓
RomanceRenjun sangat paham dan sangat tahu bahwa dirinya benar-benar berada dalam posisi yang berbahaya dengan terjebak bersama si kembar Lee Donghyuck dan Lee Haechan. Tapi dirinya tidak bisa memikirkan apalagi melakukan apapun untuk bisa keluar dan pergi...