🕵️♂️👩💻
Magdalena menyuruh Audrina masuk ke ruang rapat. Ia menyapa semua yang hadir dengan senyuman.
"Semuanya, kenalkan ini Audrina, dia penulis tiga buku best seller. Salah satu penulis yang bisa dipercaya untuk menulis cerita horor, tapi ya pemasaran online, karya-karyanya belum tembus ke toko buku besar seperti teman-teman lain yang bernaung di perusahaan ini."
"Halo," sapa Audrina. Pakaiannya begitu santai, hanya kaos oblong dan celana jeans sobek-sobek di kedua lutut. Wajahnya dipoles mekap tipis karena memang ia tak begitu suka dandan.
"Duduk, Dri," pinta Magdalena.
"Iya, Mbak." Audrina mengeluarkan buku catatan seperti biasa disaat lainnya membuka laptop atau tablet. Ia memang lebih suka mencatat manual, cepat ingat katanya.
"Jadi gini, Dri, kantor penerbit ini lagi ada proyek untuk event memburu penulis metropop dan teenlit, karena sasaran pasar kita range usia belasan sampai tiga puluhan. Di sini gue bikin tim baru untuk urus event ini."
Audrina manggut-manggut.
"Tadi udah sempet gue spill apa yang harus kalian semua perhatikan." Magdalena sebenarnya bukan hanya senior editor, ia juga pemilik penerbit itu tetapi ia tak suka memiliki jabatan. Pada struktur perusahaan saja ia tak meletakkan namanya. Mengapa? Karena ia punya tugas lain yang lebih menyita waktu yaitu keluarganya. Ia ibu dari satu anak yang masih dua tahun, suaminya membolehkan mengurus penerbitan asal setelah urusan di rumah selesai. Magdalena yang sangat memegang teguh janji, ia sanggupi. Makanya, jarang ia ke kantor, tapi sekalinya ke kantor semua ditagih kerjaan dan harus sempurna.
"Audrina, lo gue minta buat proofreading dan sortir judul supaya menarik."
Audrina mengintrupsi dengan mengangkat tangan. "Maksudnya, kalau isi naskah OK, tapi judul kurang pas, boleh aku ubah gitu, Mbak?"
"Betul, tapi lo izin sama penulisnya. Sama lo sesekali banti tim edit naskah, EYD V masih kita pakai untuk genre ini dibeberapa karya yang emang dibutuhin, ya. Supaya nggak terlalu santai juga tatabahasanya. Tim editing ada empat orang. Mereka kerja setelah lo ACC karyanya, nanti lo minta penulis hubungi editor. Tim editor atur deh enaknya mau pegang berapa karya satu orang. Atur aja sendiri.
Tim cover ada dua, lalu promosi dan pemasaran gue tambahin satu aja karena sisanya dari kantor, jadi nggak semua di tim ini karema yang ada di sini juga temen-temen penulis yang freelance karena proyek ini. Bisa, kan?" Magdalena tersenyum, tapi tetap ada tatapan memaksa semua menyanggupi.
"Pada akhirnya hanya dua puluh judul yang kita pilih. Masing-masing sepuluh dari dua itu tadi. Metropop dan teenlit. Hadiah juara satu sampai lima. Gue mau kasih kesempatan dan apresiasi atas karya yang mereka buat lebih banyak, nggak mentok ditiga. Itu juga nilai plus buat promosi kita. Hadiahnya ada laptop, HP, tablet, uang tunai, piala dan pastinya sertifikat yang nanti ada foto penulis dan cover bukunya. Gue mau pemenang dihargai maksimal karena kita juga mau begitu. Sisanya yang nggak juara satu sampai lima, gue kasih free terbit gratis, royalti dua puluh lima persen, piala, sertifikat dan voucher belanja di toko buku besar."
"Jangka waktu event berapa lama, Mbak?" Audrina bertanya.
"Tiga bulan. Tugas Audrina yang terpenting di sini, jadi elo, Dri, nggak ada ngaret. Ngerti?" tekan Magdalena.
"Iya, Mbak. Aman." Acungan jempol seolah jaminan yang bisa ia berikan.
Rapat selesai sepuluh menit kemudian, Audrina dipanggil Magdalena ke ruangannya.
"Ada apa, Mbak?" Audrina berdiri di depan meja kerja dengan ruangan nuansa baby blue dan kuning gading.
"Duduk, Dri. Gue mau bahas bayaran lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
RomanceJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...