🕵️♂️👩💻
Semenjak Cindy pergi dan tidak peduli dengan keadannya, Audrina tidak menganggap Cindy ada karena di rumah ia yang tertua dan Kika yang kedua. Ia sakit hati harus berjuang menahan semua masalah sendirian.
Hingga semalam, Vero memberi tau tentang Cindy. Audrina masih mencoba menganalisa sendiri, maju mundur apakah ia ingin menghubungi Cindy.
Audrina tiba di kantor dengan penampilan sedikit rapi, ia mau menyemangati dirinya sendiri juga. Ruangannya sudah disiapkan, ia sempatkan menyapa semua staf yang ramah kepadanya.
Baru saja duduk, sudah ada pesan di kertas yang tergeletak di atas meja kerjanya.
Nggak ada santai-santai ya, Dri! Mau duit, kan! Kerja serius!
Itu adalah tulisan Magdalena, Audria nyengir tapi semangat sudah berkobar di dalam diri. Laptop ia nyalakan, buku catatan ia keluarkan. "Lets do this, Audri, you can do it!" Ia semangati diri sendiri lantas mulai mencari naskah yang bagus dan sesuai dari beberapa platform membaca novel online.
Di lain tempat. Ijal sedang duduk menikmati kopi pagi dan sepiring kue pancong gula pasir. Pandangannya menatap ke arah jalanan di depan rumahnya yang sudah ditempati dua tahun ini.
Hidup sendirian, jomblo, urus semua sendiri termasuk rumah. Ijal tidak suka menggantungkan hidupnya ke orang lain. Rumah bergaya minimalis industrial itu dibelinya nyicil, potong gaji.
Kendaraan yang ia miliki hanya mobil bekas tahun lama, ia beli murah karena dibantu Dipa yang paham urusan mobil bekas tapi bagus.
"Pagi Om Polisi!" teriak beberapa anak SMP yang berjalan kaki hendak berangkat sekolah.
"Pagi! Belajar yang bener!" balas Ijal.
"Oke, Om! Dadah!" teriak empat bocah laki-laki yang langsung lanjut jalan kaki karena sekolahnya masih di dalam area komplek.
Ijal lanjut membaca email dari atasannya yang mengatakan ada kasus lain. Ijal diminta lanjut mengintai lagi, terserah mau nyamar jadi apalagi kali ini.
Kasus yang cukup sederhana tapi rumit bagi korban. Kasus penipuan lagi. Kali ini soal simpan pinjam di perusahaan pembiayaan. Lagi-lagi penipuan. Ijal melahap satu potong kue pancong lagi lalu berjalan masuk ke dalam rumah, ia habiskan kopi juga sebelum mencuci piring dan cangkir.
"Jadi apa gue ya sekarang?" Idenya buntu. Ia sedang kelelahan menyamar sebenarnya.
Ijal menggeser tubuhnya ke arah kulkas dua pintu, ia meringis karena kulkas hampir kosong tak ada bahan makanan. Sebelum ke kantor, ia putuskan belanja di supermarket dulu.
Mandi dan berpakaian selesai. Ijal yang rambutnya sengaja dipanjangkan mampu menyaru seolah ia orang biasa, padahal intel jagoan.
Kaos lengan pendek dipadu celana jeans sobek-sobek dan sandal jepit ia kenakan menuju ke supermarket. Sesekali ia menyugar rambutnya dengan kelima jari saat mengemudikan mobilnya.
"Ya, halo."
"Di mana, Jal?" Suara temannya terdengar lantang.
"Jalan. Mau ke supermarket dulu. Kenapa?"
"Jam satu meeting kasus. Ada tambahan informasi kalau anak salah satu korban penipuan, juga korban pelecehan dari salah satu staf di perusahaan pembiayaan itu."
Ijal diam, lalu mendesis kesal. "Udah hubungin Heidi? Biar ada penyidik cewek yang bantu kita."
"Udah, dia emang diminta gabung."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
RomanceJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...