Bala bantuan terakhir

2.8K 283 21
                                    

🕵️‍♂️👩‍💻

Magdalena masuk ke ruangan Audrina yang lanjut cek naskah peserta lomba.

"Apa kata gue, Dri!" lantang Magdalena.

"Apaan, Mbak?" dongak Audrina ke arah Magdalena yang berdiri di depan mejanya.

"Lo bisa, Dri! Naskah udah dikurator. Mereka suka!" teriak Magdalena.

"Terus?" Masih santai. Energi Audrina tampaknya habis untuk urus kasus Vero seminggu belakangan ini.

"Lo cepet tamatinnn! Kemungkinan buku lo terbit di Belanda! Kalau jadi, nih, mereka mau cetak buat permulaan lima puluh ekslempar dulu. Free dibagiin buat pembaca yang worth it dan penulis terkenal di sana sepuluh. Lo bakal dapet komentar dari mereka. Kontrak kerja sama bakal dikirim besok. Pakai bahasa inggris supaya gue paham. Bayarannya Euro. Duit, Dri, duittt!"

"Oke ... iya, terus kontrak berapa lama, Mbak?"

"Karena permulaan, setahun. Buku lo laris, kontrak akan dibahas ulang. Kalau tau-tau meledak. Mereka undang kita ke sana, launching resmi! Audrinaaa... publisher kita bisa dikenal! Jadi nanti dibuku lo itu, ada dua nama, kantor ini dan mereka!" Magdalena begitu gembira.

Audrina biasa saja, hanya mengacungkan ibu jari. Magdalena mengernyitkan kening. "Lo kenapa?"

Audrina menghela napas lelah, "sahabatku masih koma, Mbak. Kantornya dirampok. Aku sedih banget. Pelakunya belum ketauan siapa."

Magdalena membekap mulutnya. Ia peluk Audrina erat. Air mata Audrina luruh. "Dia sahabatku, Mbak. Orang baik. Keluarganya juga baik sama aku dari pada keluargaku sendiri."

"Sabar, Dri." Magdalena mengusap lengan Audrina. "Lo butuh istirahat. Kerjain di rumah aja. Pulang, Dri."

Audrina menyeka air matanya dengan tisu. "Mbak nggak pecat aku, kan? Aku masih butuh gajian dua kali lagi, kan?"

Magdalena mendesis, "sama duit masih inget. Dasar," jeda Magdalena. "Masih, lah. Pulang gih, bawa sepeda?"

"Iya."

"Naik taksi aja. Gue ongkosin. Sepeda titip di sekuriti gedung."

"Beneran nggak apa-apa aku pulang?"

"Iya. Udah sana. Gue lagi seneng ... jadi baik." Magdalena mencubit pelan pipi Audrina sebelum meninggalkan ruangan.

Laptop dimatikan, ia masukan ke dalam tas ransel lalu ponselnya juga. Magdalena memberitau saat Audrina pamit, jika sudah transfer untuk ongkos taksi.

"Mbak, makasih udah idongkosin," sahutnya.

"Iya. Sana pulang," usir Magdalena bercanda. Audrina segera keluar dari kantor, sambil berjalan ia juga memesan taksi online.

Isi kepalanya terus memikirkan kasus Vero, mengapa terkesan lama sekali menemukan pelakunya. Karyawan diinterogasi satu persatu. Karena rata-rata staf tinggal di Jakarta, jadi mudah bagi penyidik menemui mereka.

Hasil sementara tak ada yang dicurigai. Ponsel Vero masih raib, tim cyber masih terus melacak lewat email dan nomor ponsel Vero.

"Halo, Jal," jawab Audrina saat suaminya menghubungi.

"Dri, saya mau ketemu seseorang. Kayaknya harus lewat dia."

"Siapa? Kemana? Ikut, dong!" usul Audrina.

"Lho, kamu kan kerja?"

"Saya mau pulang. Disuruh Mbak Magdalena, nggak fokus kerja, Jal." Audrina menekan pelan pangkal hidungnya.

"Ketemuan di kantor saya aja. Kita ke sana."

"Oke. Yaudah, taksi saya udah dateng. Dah!" Audrina menyudahi percakapan begitu saja. Ia membuka pintu mobil warna merah lantas segera masuk. Ia ubah tujuannya dan akan membayar lebih.

Secret Service  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang