🕵️♂️👩💻
Audrina menghela napas cepat, ia tampak ngosngosan karena mengayuh sepeda dari rumah Vero hingga kantor. Masih harus melewati satu lampu merah sebelum belok kiri menuju gedung kantor, ia terus mengatur napas sambil memperhatikan lampu lalu lintas berganti dari merah ke hijau.
Lalu lalang kendaraan di kawasan Sudirman dekat mal besar ternama hanya bisa dipandangi Audrina sambil berpikir 'Kapan ia bisa menikmati mobilnya sendiri.'
Ia berpikir seperti itu karena yakin, masa depannya akan banyak mobilitas yang mengharuskan dirinya kesana kemari dengan kendaraan pribadi.
Terdengar suara riuh sirine dari arah seberang, mendadak jalanan ditutup patwal menggunakan motor besar juga satu mobil polisi warna hitam pekat.
"Ada apaan?" gumamnya seraya memperhatikan. Iring-iringan beberapa mobil melaju cukup cepat, lalu satu mobil tepat berhenti tak jauh di depannya.
Beberapa orang turun berpakaian preman, lalu disusul lima orang petugas berseragam berdiri berbaris di depan Audrina juga pengendara lain.
"Ndan!" teriak salah satunya. Ijal menoleh, kali ini Audrina tak sadar jika itu Ijal karena wajahnya ditutupi masker khusus juga ia berseragam bak seorang SWAT. Lho, Ijal kan intel? Kenapa dia memakai seragam seperti snipper? Siapa yang mereka lindungi juga kawal?
Audrina meringis bingung, ia menebak-nebak sendiri.
"Tiga menit lagi, tahan semuanya," ujar Ijal yang berdiri tak jauh dari Audrina. Kedua matanya melirik ke kiri, Audrina sedang menatap ke arahnya.
Ijal melangkah perlahan, tanpa mau menimbulkan curiga jika tujuannya mendekati posisi Audrina berhenti.
"Pak! Ada apa, ya!" teriak pengendara yang keluar dari dalam mobil.
"Mohon maaf kenyamanan dan waktu anda semua terganggu. Kami harus mengawal beberapa orang penting. Sekali lagi kami mohon maaf dan pengertiannya." Suara Ijal begitu berat dan dalam. Audrina melirik, ia malah sejak tadi mengulum senyum.
Sok wibawa, sama tuyul juga ngibrit, batin Audrina.
Iring-iringan mobil sedan mewah menuju ke hotel mewah sebelah kiri arah kantor Audrina. Oh, ternyata rombongan kedutaan besar dari beberapa negara. Memang, sedang ada acara besar kenegaraan, tapi Audrina tak tau jika Ijal menjadi salah satu tim pengamanan. Apakah reserse kriminal juga bisa turun tangan membantu pengamanan? Ah, sudahlah, intinya Ijal bertugas memakai seragam. Terlihat gagah perkasa bak gatot kaca.
Rombongan penting selesai melewati jalanan utama, lalu lintas kembali normal. Ijal masuk ke dalam mobil lagi dan beranjak pergi dari sana. Audrina juga, ia mengayuh sepeda lagi melewati jalanan khusus pesepeda bercat hijau.
Ijal melirik saat posisi mobil sejajar dengan Audrina yang terlihat begitu santai. Ia keluarkan ponsel dari sakunya, mengetik satu pesan.
'Audrina, sepeda kamu bagus.'
Halahhh, yakin komenin sepeda, apa yang mengendarai karena cantik walau hanya memakai sunscreen?
Ijal memasukan ponsel ke dalam saku celana kargo hitam yang dikenakan. Membiarkan Audrina nanti akan membaca pesan darinya, perkara dibalas atau tidak ia tak peduli.
***
"Lima judul, Mbak. Aku udah hubungin penulisnya dan mereka mau ikut jadi peserta. Rata-rata yang baca udah di atas seratus ribu dan hampir tamat." Audrina menyetor laporan tugasnya. Magdalena tampak senang karena Audrina tak akan sembarangan mencari judul dan karya yang menarik. Apalagi butuh nilai jual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
RomanceJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...