Dan pada akhirnya ....

4.3K 329 30
                                    

Bad News.

Saya dapat laporan dari beberapa pembaca dan aplikasi tetangga, kalau judul His Alterego karya saya dipelagiat orang. Hadehhh, kesel banget. Auto ngurus tapi belum ada feedback lagi.

Rasanya gimanaaa gitu ya. Dillema banget jadinya, kalau gini saya harus nulis di mana biar aman dan yang nyontek diambilnya dari Wattpad karena para pelagiat gampang nyolong.

Kesel ih!

____

🕵️‍♂️👩‍💻

Di dalam ruangan itu Ijal terus menatap kosong cangkir teh di atas meja. Komandannya masih terus bicara, menyarankan ia untuk terima tawaran posisi baru di luar kantor polisi yang selama ini menjadi rumahnya.

"Sayang kalau kamu tolak, Jal. Kita lagi rombak besar memang. Kamu nggak bisa terus ada di sini. Karirmu nggak berkembang," kata polisi yang memakai seragam lengkap dengan banyak atribut lengkap juga bintang kehormatan tersemat di seragamnya.

"Pak, apa nggak ada pilihan lain. Istri saya mau melahirkan. Saya nggak mau jauh dari dia."

Komandannya mendengkus. "Jadi anggota BIN semua dijaga kerahasiaannya, Jal. Apa yang kamu khawatirkan?"

"Kita nggak bisa percaya sama siapapun. Saya khawatir keselamatan istri dan anak. Kalau boleh memilih, saya lebih baik ditugaskan jadi ajudan Bapak aja."

"Enak aja. Justru makin repot kamu, nggak bisa ke mana-mana. Tau sendiri saya seringnya pergi."

Iya juga, Ijal lupa. Intinya ia tak mau sering menyamar lagi. Rasanya akan jauh jadi anak dan istri, tak bisa ditahan.

"Boleh saya minta diajukan ke Polsek aja? Tindak kriminal di satu wilayah kecamatan atau kabupaten aja banyak, Pak. Nggak masalah saya nggak dapat tunjangan macam-macam."

Komandanya melongo, lantas terkekeh pelan.

"Ijal ya ampun ... kalau Yudhis aja kamu bisa-bisa dilempar sepatu dia. Ditawarin karir bagus malah nggak mau."

Ijal mengusap tengkuknya, "bukannya nggak mau, Pak. Saya mau menikmati waktu lebih banyak sama anak. Gantian Audrina yang fokus berkarir. Kalau bisa saya sering di rumah nggak masalah."

"Seriuas, Jal?"

"Serius. Niat saya mau berhenti kerja, saya usaha kecil-kecilan aja, tabungan cukup. Audrina juga nggak nuntut saya yang aneh-aneh."

"Maaf, saya nolak kalau kamu mundur jadi penegak hukum."

"Pak?" lirih Ijal.

"Lebih baik saya lepas sepuluh tahanan dari pada saya lepas satu intel luar biasa kayak kamu. Jangan ajak saya debat, Jal. Saya usulkan kamu mutasi ke Polsek wilayah domisili kamu. Enak aja mau berhenti!" tegas komandannya.

Ijal mengangguk. Ia sudah bahas ini dengan Audrina yang terlihat bebas, menyerahkan semua keputusan ke suaminya.

Pulang bekerja Ijal menenteng roti bakar pesanan Audrina. Suasana rumah yang akhirnya direnovasi beberapa titik demi terlihat sedikit luas membuat Ijal puas.

Rejekinya tak sia-sia karena terbuang bukan buat hal sembarangan.

"Dri," panggil Ijal seraya meletakkan plastik bungkusan ke atas meja.

"Udah pulang?" Audrina muncul dari arah tempat jemuran. Ijal mengangguk. "Gimana jadinya?"

"Saya minta pindah ke Polsek aja, nggak apa-apa ya kalau tunjangan kinerja nggak besar nantinya. Nggak sama kayak tawaran yang lainnya."

Secret Service  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang