🕵️♂️👩💻
Darjono tersenyum tipis, sebatang rokok dinyalakan dengan pemantik.
"Dri, nggak perlu kamu capek-capek sumpahin atau balas. Nanti juga kena getahnya sendiri."
"Iya, Yang. Magdalena udah kena. Dia sekarang di penjara, kondisi mentalnya juga down."
"Iya. Cuma kamu hati-hati sama yang satu ini, dia pemain, Dri."
Audrina menoleh ke Darjono, "dia mau santet Audri maksudnya?"
"Iya." Asap mengebul keluar dari bibir eyang kakung. "Lawan pake keimanan kamu, nggak usah pake hal negatif. Inget, kita bisa seperti ini bukan buat pamer kekuatan, tapi membantu orang yang butuh informasi. Kita bukan dukun. Inget, Dri."
Audrina patuh.
"Kamu baca aja apa yang biasa Eyang suruh, garam kasar jangan lupa, air juga kamu siram ke rumah. Sini tanganmu," pinta eyang. Audrina mengulurkan tangan langsung digenggam Darjono. "Fokus. Tarik napas panjang, tenangin diri kamu, nanti kamu bisa lihat."
Audrina mengkuti arahan eyangnya, kemudian ia bisa melihat jelas seseorang melemparkan satu benda ke arah rumah. Benda kecil berwarna emas, jatuh di dekat teras.
Kedua mata Audrina terbuka. "Oh, dia. Oke, nantangin Audri," gumamnya.
Darjono terkekeh, "diemin aja, nanti Eyang awasi dari sini."
"Cinta ditolak, santet bertindak ya, Yang?" Audrina tergelak.
"Ya begitulah. Orang udah keblinger. Imanmu dan Ijal harus kuat, satu cara buat gugurin hal itu dan nanti bisa balik ke dukunnya atau ke orang yang suruh ada, Dri."
"Apa?"
"Kalian punya anak. Semua luntur. Ijal sekarang kena, kok. Mendadak dia lebih fokus kerja, kan? Baru semalam kalian pergi."
"Ijal kayaknya nggak sengaja langkahin benda itu, ya, Yang?"
"Betul. Hal ghaib kayak gitu memang kadang bikin kita kecolongan. Jaga Ijal, kamu yang bisa. Mau tau nggak isi benda itu apa?"
Audrina langsung memejamkan mata lagi. Ia melihat sosok siluman ular warna hijau keemasan. Cantik wajahnya.
"Maharnya gede dia beli itu, Dri," tukas Darjono lagi.
"Iya, Yang. Audri juga tau dukunnya di mana."
"Marah dia, si dukun ketauan sama kita berdua. Sholat wajib dan sunnah jalanin, dzikir juga, itu aja tamengnya. Selain emang dibadan kamu ada khodam leluhur. Macan yang kemarin itu."
Audrina tersenyum. "Makasih Eyang, udah kirim dia. Macannya lucu."
Darjono dan Audrina tertawa kompak.
"Semenjak Eyang putrimu nggak ada, Eyang kakung kesepian. Biasanya kami berdua suka ruqyah orang. Eyang kakung kalau sendirian nggak sanggup. Selama di sini Eyang betah, enakan bantuin sesama orang tua di panti jompo ini dan suasana ramai."
Audrina menyandarkan kepala di bahu Darjono.
"Kamu mau tau Ayah kandungmu? Maafin kami selama ini menutupi, Dri."
Audrina menganggukkan kepala. Darjono mulai bercerita, Audrina menyimak dengan serius tanpa menyela satu katapun.
Kini, ia paham. Permasalahan setiap orang berbeda, pun penyelesainnya. Ia juga tak bisa menolak garis hidup yang sudah ditakdirkan untuknya.
Kali ini ia mau menjalani semua mengalir bak air, tak mau melawan arus karena tenaganya belum siap. Dunianya berbeda, selain karena indigo, juga ia sedang menjajaki hati bersama Ijal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
RomantizmJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...