🕵️♂️👩💻
"Dri ... Dri, dasar nggak peka! Lo balik dari sini sepedaan, gue hajar!" ancam Vero sembari memegang tespek.
"Ya mana gue tau kalo hamil. Lagian, Vero ... gue baru begituan sama Ijal bulan lalu dan gue nikah baru ... bentar gue itung." Audrina mengingat dahulu.
"Empat bulan," jawab Vero dan Giya kompak.
Audrina mengacungkan ibu jari. "Masa iya langsung jadi. Kata Mama gue butuh proses."
"Ijal tokcer dan lo subur. Masalahnya di mana, dodol!" gemas Vero.
"Periksa, Dri. Biar tau udah berama minggu." Giya menarik mangkok asinan dari hadapan Audrina. "Stop. Udah tiga mangkok."
"Laper." Audrina manyun-manyun.
"Makan nasi. Lo belum makan nasi, kan?" tegur Vero.
"Nggak pingin."
"Mulai ngidam nih anak," lirik Vero ke istrinya. Giya mendengar bel pagar berbunyi. Ia segera beranjak. Audrina masih rebutan mangkok asinan buah dengan Vero yang melotot melarang.
"Audri," suara Ijal terdengar lemah. Audrina menoleh tapi judes sekali. "Ayo pulang," ajaknya. Wajah Ijal pucat, ia keringat dingin.
"Balik sana," usir Vero dengan gerakan tangan juga.
"Nggak mau," dumal Audrina. Ia tetap cuek.
"Audri, ayo pulang," lirih Ijal terdengar menahan sakit. Giya memperhatikan saat berdiri di samping Ijal. Napas Ijal terasa panas, tatapannya sayu. "Au-dri," ucap Ijal terbata dan ... Ijal jatuh, ia pingsan.
Vero bangkit, Audrina menoleh cepat. "Gi, panggil ambulan!" perintah Vero seraya membenarkan posisi Ijal yang tergeletak di lantai.
"Jal!" teriak Audrina panik.
Kamar rawat.
Audrina berdecak sebal. Ijal kelelahan dan kurang asupan makan jadinya lemas. Belum lagi mual muntah yang dilanda.
Infusan terpasang, juga selang oksigen pada hidung Ijal. Ia sudah membuka mata sejak sepuluh menit lalu. Bibirnya masih pucat, lingkar hitam di matanya juga menandakan ia K.O!
"Nih! Hasil pembibitan kamu!" Audrina memberikan foto USG. "Saya baru sadar ternyata kita nikah bukan empat bulan lalu tapi mau lima bulan dan kita begituan bukan bulan lalu tapi satu setengah bulan lalu. Dokter bilang saya hamil empat minggu." Audrina menatap tajam ke Ijal yang terus memandangi foto USG.
"Saya nggak tau kalau hamil. Tadi naik sepeda ke rumah Vero dan--"
Ijal meraih jemari tangan Audrina. "Kado ulang tahun saya, Dri. Lupa ya saya hari ini ulang tahun. Tiga lima umur saya, Dri."
Audrina diam, ia lupa. Benar-benar lupa padahal niat mau kasih kejutan tadinya. Entah mengapa jadi lupa semuanya.
Ijal mengusap jemari tangan Audrina lembut. "Jaga anak kita, ya. Kalau ada apa-apa sama saya, masih ada Ibunya yang jagain dan sayangi dia."
Suasana menjadi sedih, Audrina mendekatkan wajahnya ke hadapan Ijal. "Kamu pingsan jadi ngaco ngomongnya. Asal aja," gumamnya menahan kesal. "Nggak akan terjadi hal buruk sama kamu."
Ijal mengangguk. "Baikan, ya. Saya nggak nyaman tidur di kantor."
"Siapa yang suruh kabur?" pelotot Audrina.
"Nggak ada. Saya emosi jadinya ...." Ijal berhenti bicara. Audrina melumat bibir Ijal kemudian tersenyum. "Happy birthday komandan, semoga panjang umur, sehat selalu, semakin sukses di karir." Usapan dari telapak tangan Audrina ke wajah Ijal membuat lelaki itu terharu. Audrina ikut merebahkan diri bersama Ijal yang memeluknya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
RomanceJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...