Durian oh durian

3.2K 297 7
                                    

🕵️‍♂️👩‍💻

Ruang persidangan tak begitu ramai, karena memang tertutup untuk umum dan media. Keputusan hakim akan dibacakan setelah menempuh waktu beberapa bulan pemeriksaan kasus dan naik status.

Ijal, Audrina, serta keluarga Yudhis hadir. Mereka juga harus mendengarkan apa hukuman yang akan di dapat para pelaku.

Audrina menggenggam jemari tangan Ijal. Saat ia menoleh, raut wajah Ijal begitu tegang.

Hakim pun membacakan hasil putusan, Ijal memejamkan kedua mata dengan jantung berdebar kencang. Ia berharap keadilan ditegakkan di ruangan itu.

Saat selesai dibacakan disertai ketukan palu. Seketika Ijal menunduk dalam, ia menangis walau ditahan supaya tak terdengar isakkannya. Pun keluarga Yudhis. Audrina memeluk suaminya erat. Mengusap pelan bahu kekar Ijal mencoba menenangkan.

Hukuman mati untuk Tejo alias Pragiwono. Jaksa menuntutnya dengan pasal berlapis.

Pasrah, Pragiwono hanya bisa diam menatap nanar ke arah hakim.

Pintu terbuka, mereka keluar ruangan bersama-sama. Dada Ijal terasa lega, ia bisa bernapas leluasa. Beban berat terangkat lepas dari bahunya.

Audrina memeluk Felin yang hadir bersama Jojo juga. Kedua orang tua Yudhis bergantian memeluk Ijal juga.

"Semua selesai, Bu, Pak. Terima kasih," ucap Ijal. Kedua orang tua Yudhis mengangguk dengan senyum lepas. Ia mengusap wajah Ijal mewakili rasa syukur karena akhirnya terungkap setelah bertahun-tahun tidak terjawab.

"Jojo, ayo kita beli kue," ajak Audrina. Ijal menghapus air matanya cepat. Ia gendong Jojo menuju ke mobilnya. Felin dan Audrina berjalan bersisian. Kedua orang tua Felin dan Yudhis memilih pulang karena harus mengurus toko sembako milik mereka lagi.

Pukul dua belas siang, mereka tiba di lokasi berikutnya. Ijal menunjukkan lencananya saat pemeriksaan. Setelah semua aman, bersama-sama mereka masuk ke dalam tempat itu.

Jojo digandeng Felin, ia membawa bungkusan berisi kado kecil.

"Mas Ijal, yakin nggak apa-apa?" tukas Felin.

"Nggak apa-apa. Jojo juga biasa aja. Jangan khawatir." Ijal berjalan di depan. Audrina celingak celinguk karena baru pertama kali masuk ke rumah tahanan.

Ruang pertemuan tak begitu ramai, meja bulat ada di beberapa sisi ruang tersebut dengan lima kursi di setiap meja.

Pintu besi terbuka, satu persatu tahanan muncul termasuk Sandy. Felin berdiri, raut wajahnya begitu senang bisa menatap Sandy namun air mata tak bisa ia bendung juga.

"Papa!" teriak Jojo. Anak itu tau Sandy papanya dari foto yang diberikan Ijal bulan lalu, juga Audrina menceritakan kisah Sandy yang sedang 'sekolah dulu' jadi tidak bisa bertemu Jojo.

Sandy segera menggendong Jojo kala bocah itu berlari menghampirinya. Tangis Sandy pecah, ia peluk erat putranya. Jojo bersandar manja di bahu Sandy yang begitu senang bisa bertemu anak dan wanita yang dicintai walau bertemu dengan cara yang salah.

Jojo memberikan bungkusan kado kala Sandy sudah menurunkan dari gendongannya.

"Terima kasih, Jojo," ujar Sandy. Pandangannya beralih ke Felin, keduanya sama-sama menangis lantas berpelukan. Audrina ikut terharu, ia hapus air mata dengan punggung tangannya.

"Maafin aku," lirih Sandy seraya membingkai wajah Felin dengan kedua telapak tangan yang gemetar.

"Kamu nggak salah. Kita tau itu," balas Felin. Ia hapus jejak air mata di wajah Sandy, lalu mengajaknya duduk.

Secret Service  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang