🕵️♂️👩💻
"Jal, beneran mules apa tidur?" Audrina menggedor pintu kamar mandi.
"Mules!" teriak Ijal dari dalam. Audrina pergi dari sana, ia sudah membuat dua mangkuk mie instan kuah. Supaya hangat perutnya.
Menunggu Ijal kelamaan, ia memilih makan duluan. Kedua kaki ia lipat bersila saat duduk di kursi.
Ijal keluar dengan wajah lesu. "Kamu bisa santai banget jelasin hal-hal tadi."
"Ngapain nggak santai?" celetuk Audrina masih menikmati mienya.
"Saya merinding terus bayangin bentuk yang kamu jelasin." Ijal lantas duduk, ia aduk mie rebusnya.
"Ya ngapain dibayangin. Saya udah bilang, rasa takut kamu itu bikin reaksi gelombang negatif yang diserap mereka jadi positif. Yang ada kamunya kalah, mereka makin kuat. Rasa panik kamu juga menimbulkan gelombang panas yang mereka hisap. Makanya kamu mules, karena kamu panik, takut, syaraf di otak kirim pesan ke syaraf otot perut, itu ada namanya hormon atau zat apa gitu lah, jadinya reaksi kamu mules. Ada juga yang jadi gugup, gagu, atau langsung pingsan."
"Dri, lama-lama kamu bisa buka kelas jadi dosen mata kuliah entitas tak kasat mata." Ijal meledek.
"Boleh, kalau ada kampus perdukunan, saya jadi dosennya nggak apa-apa." Keduanya diam, namun sedetik kemudian tergelak kompak.
"Habisin makanannya terus tidur." Ijal memberi perintah.
"Tanggung, Jal. Saya mau ngerjain kerjaan dulu."
Ijal beranjak, ia selesai lebih dulu lantas menaruh mangkok ke bak cuci. Ia teguk air putih hangat hingga tandas, kemudian mengusap kepala Audrina sebelum masuk ke kamar.
Audrina yang sudah selesai makan, segera mencuci mangkok dan gelas. Setelahnya ke kamar untuk duduk di meja kerjanya. Ijal sudah terlelap, ia tau suaminya benar-benar capek.
Jemari Audrina berada di atas keyboard laptop. Ia melirik ke kalender meja yang ada disudut. Vero, tiba-tiba ia ingat sahabatnya.
"Vero nikahnya kapan, sih? Kok dia nggak ada kabar. Sombong amat," gumam Audrina masih sambil mengetik.
Matahari muncul perlahan, Audrina tak sadar jika tertidur dengan lengannya ia jadikan bantal.
"Dri ... Dri ... bangun!" Ijal menggoyang-goyangkan tubuh Audrina begitu cepat.
"Hhhmmm," sahut Audrina masih terpejam.
"Audrina, bangun! Kita harus ke rumah sakit cepet!"
Rumah sakit?! Kedua mata Audrina terbuka lebar.
"Siapa yang sakit?" Audrina duduk tegap, wajah bantalnya masih terlihat sangat butuh tidur.
"Dri ... Vero--"
"Kenapa Vero!" teriak Audrina.
"Ayo mandi terus kita ke rumah sakit." Ijal memberikan handuk ke Audrina, ia kalungkan ke leher wanita itu. Sementara Ijal berjalan menuju kamar kerjanya. Ia sudah mandi duluan.
Audrina mandi bebek alias cepat. Segera berpakaian lantas melihat jam diangka sebelas siang. Ia ketiduran cukup lama.
"Jal," panggilnya seraya mencepol rambutnya. Ijal sudah di meja makan, ada kertas dan pulpen yang ia tulis beberapa hal. Audrina membaca sepintas, ia membekap mulutnya. Ijal menahan tubuh Audrina yang limbung.
"Nanti saya ke kantor, kita cari siapa pelakunya. Saya ke rumah sakit dulu." Ijal meletakkan ponsel. Audrina gemetar, ia menangis histeris dalam pelukan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
عاطفيةJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...