Upgrade otak

3.1K 299 11
                                    

🕵️‍♂️👩‍💻

Audrina asik sendiri menikmati makan malam hasil masak. Ia iseng belanja di tukang sayur tadi sore. Hanya tumisan sayuran dan tempe goreng.

Kika pulang naik taksi, terdengar ia membuka pagar lalu menutupnya kasar.

"Kak," panggilnya pelan.

"Hm!" Audrina menyahut seperlunya, lagi penuh makanan mulutnya.

"Makan apa lo?" Kika meletakkan bungkusan makanan cepat saji di atas meja makan.

"Makan mewah," sahutnya santai.

"Udah feeling gue, pasti lo masak. Gue beli burger sama kentang buat gue doang." Kika mencuci tangan lalu duduk menyusul di meja makan.

"Halah basa basi. Kaya lo pernah mikirin makanan gue."

Kika tertawa, "udah gede ini, urus diri sendiri, lah."

Audrina cuek, ia makan lagi sambil menonton televisi yang sejak tadi menyala.

"Kak, udah tau belum."

"Nggak usah bertele-tele. Ngomong tinggal ngomong." kesal Audrina.

"Kabar ... Mama," gumamnya pelan.

"Oh, kenapa dia."

Dia? Kasar sekali Audrina.

"Mama sekarang di Semarang."

"Terus?"

"Kak, udah enam tahun Mama pergi, Papa tutup komunikasi kita ke Mama. Gue serius pacaran sama Hugo, lo nggak mau bantu gue buat ketemu Mama. Gue mau kenalin Hugo."

"Lo aja sendiri. Udah gede kan, urus urusan masing-masing." lirik Audrina kesal walau tetap lanjut makan.

"Bukan gitu ... ah! Susah ngomong sama pengangguran kayak lo! Kalau nggak ada pelicin lo nggak mau bantuin gue!" hardik Kika sambil makan.

Audrina menggebrak meja. Kika menoleh cepat, ditatap kakaknya dengan mata terbelalak.

"Lo!" tunjuk Audrina dengan geram. "Nggak ada bedanya sama Papa ya. Suka rendahin gue. Gue punya kerjaan walau duit gue nggak sebanyak lo. Gue nggak bisa bergaya kayak lo atau Papa, tapi lo inget, Ka. Kalau bukan gue yang urus lo semenjak Mama pergi, lo pikir gue mau!"

Audrina bernapas cepat. Ia terpancing emosi.

"Ya itu kan tugas lo sebagai Kakak. Ya, donggg," senyum palsu Kika muncul.

"Iya! Makanya gue ingetin ke elo. Lo kan punya duit. Lo cari sana Mama di Semarang. Ajak Hugo. Apa susahnya! Ngerepotin gue!" sewot Audrina lalu menghabiskan cepat makanannya.

"Ah, elo, Kak ... gimana mau ada yang suka sama lo, sikap lo, penampilan lo, kayak gini. Papa udah sering gemes sama lo, rasanya mendingan lo nggak muncul di depan Papa."

Audrina diam beberapa detik lalu menoleh cepat ke Kika yang duduk berjarak dengannya.

"Nah, itu tau. Tenang aja, Ka ... lo bilang ke Papa, nggak usah mikirin gue. Pikirin elo aja yang selalu jadi kebanggaan. Gue apa, sih, penulis nggak sukses. Sarjana HI sia-sia, gembel, ya, kan?!" tekan Audrina sinis.

Kika tersenyum, "bagus sadar. Oh, satu lagi, kata Papa, gue jadinya dimodalin dong beli mobil, DPnya Papa, gue cicil angsurannya, tapi kata Papa jangan bilang elo, takut lo iri." Kika tersenyum puas.

Audrina beranjak, ia membawa piring dan gelas kotor ke bak lalu mencucinya.

"Oh, nggak ngiri dong gue, buat apa ..., enakan naik umum, bebas milih ketemu banyak orang, nggak capek nyetir. Ada lagi yang mau lo pamerin nggak?"

Secret Service  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang