Lirikan curiga

10K 399 6
                                    

Judul ini akan mengandung konten dewasa (sedikit), jika ada kesamaan tokoh, latar, alur, kejadian, dengan kisah nyata itu hanya kebetulan semata. Jelas sekali dasar karya ini adalah fiksi!

Secret Service akan lebih condong cerita Ijal, ya. Jadi kayaknya saya nggak banyak bahas Zaver dan Nesya atau Doni dan Endah (Now or Never)

️‍♂️👩‍💻

Audrina diam menunduk, wajahnya basah, rambutnya sedikit terciprat air putih dari gelas yang disiram ke arahnya. Sambil memeluk buku menu, ia tak membela diri dibentak-bentak pelanggan restoran tempatnya berada.

"Kamu pikir berapa lama waktu yang saya buang tunggu pesanan datang! Hampir lima belas menit belum datang!" maki wanita dengan dandanan berkelas jet-z begitu lantang.

Dari dalam, manajer hanya bisa menghela napas panjang lantas pergi keluar restoran, berdiri di pintu belakang.

Audrina kembali ke area dapur. Meraih tisu lalu mengeringkan wajahnya. Semua mata menatap ke arahnya yang tersenyum seraya mengacungkan ibu jari.

"Kak Audrina, yang sabar, ya. Pelanggan itu emang kasar. Bukan Kakak aja yang udah kena omel di depan pelanggan lain."

Audrina terkekeh, "nggak apa-apa. Lagi pusing dia."

"Kok Kakak tau?" bisik salah satu pelayan yang memakai seragam sama seperti dirinya. Kemeja hitam dan celana panjang abu-abu.

"Ada yang kasih tau," cengirnya. "Neti, Mas Varo mana?"

"Kayaknya tadi ke belakang."

"Oke, aku ke sana sebentar, ya," pamitnya cepat.

Neti memalingkan pandangan, menghadap ke semua pekerja di dapur restoran italia otentik itu.

"Udah lima kali selama dua minggu Kak Audrina dimarahin. Padahal yang salah pelanggan kita," tukas Neti sedih.

Audrina menutup pintu, ia melihat Varo berdiri bersandar pada dinding sambil bersedekap.

"Berenti sekarang, Drina."

Audrina mengeluarkan note kecil dan pulpen dari celemek pinggang yang dikenakan. Ia mencatat sesuatu.

"Tanggung, sesuai perjanjian aja, Mas. Gue nggak minta digaji juga sama lo," kekehnya masih terus menulis.

"Orang gila," gumam Varo lalu kembali masuk ke dalam. Audrina santai saja, tak peduli omelan Varo.

Di lain tempat, seorang pria sedang memotong-motong buah untuk dijual menjadi rujak. Gerobak kecil dengan kaca transparan sudah terisi beberapa buah potong.

"Bang! Satu porsinya berapa?" Dua gadis SMA berdiri di dekat gerobak.

"Lima belas ribu, dek."

"Satu ya, pedes banget!"

"Ok." Pria itu mulai meracik bumbu rujak. Dengan semangat mengulek gula merah, cabai dan lainnya. Begitu cekatan ia memotong buah-buahan juga.

Lama kelamaan antrian terjadi, tak ada rasa lelah diwajahnya. Ia begitu semangat melakukan pekerjaannya.

Hampir satu jam, akhirnya antrian kosong, lelaki itu duduk di kursi plastik yang selalu ia bawa.

Baru hendak rehat, pembeli datang lagi. "Bang, rujak serut satu. Pedes, ya."

"Oke." Ia berdiri lagi. Gerobaknya sudah setengah habis buah-buahan yang disiapkan. Mulai berdagang jam sepuluh pagi, jam tiga sore sudah bisa mengantongi uang lumayan.

Secret Service  (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang