🕵️♂️👩💻
Ijal tampak puas, ia tersenyum lebar dengan peluh membasahi kening. Ikatan kain membelit telapak tangan kanannya masih erat ia genggam.
"Nggak kapok," seringai Ijal muncul. Dua rekannya tampak meringis membayangkan pukulan Ijal ke Bowo bak orang kesurupan.
Bowo meludah darah, ia juga tersenyum licik. "Salah gue apa lagi, Jal," keluhnya santai. Ijal menunjuk foto yang dipegang. Barulah Bowo bungkam.
"Gue rasa kali ini nggak ada yang bisa jaminkan lo bebas. Apartemen lo, udah digeledah polisi. Pak Toyo ... jangan harap mau bantu lo."
Kedua mata Bowo berkaca-kaca.
"Bilang, motif lo apa rampok Vero," geram Ijal. Bowo bungkam. Ia menatap ruangan sempit gudang nun jauh di perkampungan.
Bowo ditangkap diam-diam saat sedang pulang ke rumah. Ia dibekap bahkan mulutnya disumpal lakban. Kedua mata ditutup rapat. Tak tau kini berada di mana.
"Vero pemakai." Fitnah! Jelas itu terbukti karena Vero tak sudi mencoba barang haram itu. Ijal memukul lagi, kali ini sasarannya perut. Bowo terbatuk-batuk napasnya sesak tapi Ijal tak peduli.
Salah satu rekan Ijal meraih cairan kimia keras di ember besi.
Dengan memaksa, tangan Bowo yang sudah dilepas satu ikatannya diarahkan ke ember.
"Ijal!" teriak Bowo.
"Apa? Takut?" sinis Ijal.
"Lo mau ngelak apa? Ekstasi yang lo produksi juga ditemuin. Bandar besar lo juga. Lo masih remehin gue?" Ijal memegang rahang Bowo keras. Napasnya pendek, karena tangan Bowo hampir masuk ke ember. "Lo mati, keluarga lo juga nggak peduli. Mereka milih lo pergi ditelan bumi."
"Ijal!" teriak Bowo saat tangannya semakin masuk. "Gue disuruh! Gue disuruh," isak Bowo. Kali ini Ijal percaya.
"Jelasin semua."
Bowo kembali diikat kedua tangannya pada kursi yang ia duduki. Ijal mengeluarkan ponsel, ia rekam suara Bowo yang mulai mengaku.
***
Audrina menghempaskan tubuh di jok mobil, baru saja ia dimaki-maki Magdalena saat menelponnya. Sekeras mungkin ia tahan emosi jangan sampai Magdalena curiga.
"Yaudah, Mbak, kalau mau potong gajiku nggak apa-apa, Mbak tega," gumamnya sedih. Padahal pura-pura.
"Resek, lo! Sialan!" maki Magdalena terakhir kali sebelum ia sudahi obrolan sepihak.
"Lo yang resek jablay!" umpat Audrina ke ponselnya. Ia menatap lurus ke depan. Terlihat Papanya keluar kantor seorang diri. Buru-buru Audrina memakai sabuk pengaman, melaju pelan membuntuti papanya yang pergi sendirian saat pulang kerja. Biasanya selalu disopiri, tapi kini tidak.
Ternyata tujuannya satu, apartemen yang Audrina tau milik Kika. Unit di tower C lantai lima.
Audrina memakai topinya, lalu masker. Sebelum turun ia hubungi Kika, meminta diizinkan ke sana saat tadi hampir tiba di lokasi.
Papanya sudah masuk lift, Audrina melepaskan masker berjalan ke sekuriti.
"Sore, Pak. Saya mau ke unit ini. Adek saya udah kasih tau kode kuncinya."
Sekuriti tampak curiga.
"Oh, tadi Papa saya udah duluan. Saya sengaja belakangan karena mau kasih surprise. Papa saya ulang tahun. Adek saya udah di atas, kan?" Berbagai alasan ia jelaskan. Sekuriti awalnya curiga, hingga Audrina menghubungi Kika yang bicara dengan pria itu barulah percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
RomanceJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...