🕵️♂️👩💻
Ijal merunduk sesaat saat masuk ke kamar Yudhis. Rumah itu ada tiga kamar, tapi berukuran kecil. Foto mendiang Yudhis masih terpasang apik bahkan ada beberapa foto Yudhis dan Ijal juga saat sedang menyamar.
"Bang, gue izin obrak abrik ya." Ijal bicara sendiri, tirai dibuka, lampu sudah menerangi kamar. Meja di sudut kamar tujuannya, ia buka laci mencari buku catatan Yudhis juga hal lain. Feeling-nya, Yudhis menyimpan sesuatu.
Sementara Audrina, ia duduk menatap Felin yang terus memeluk putra tampannya.
"Felin, boleh aku pegang tangannya?"
Felin melirik sinis. "Mau apa!" ketusnya.
"Mau pegang aja," cengir Audrina. Kedua mata bocah dalam pelukan Audrina menatapnya tak kalah lekat. Audrina mengusap wajah bocah itu.
"Ganteng, diemin aja yang ada dibelakang Tante, ya. Dia baik kok." Audrina berujar. Bocah itu tersenyum. Felin mengernyit, saat Audrina menggenggam, kesedihan langsung Audrina rasakan. Kemudian ia memejamkan mata. Tak lama ia kembali menatap Felin.
"Dia terpaksa lakuin ini, kan? Padahal dia nggak mau. Ayahnya tekan dia supaya jahatin kamu."
Felin menangis. Audrina memeluk Felin karena putranya kini bermain mobil-mobilan sambil bicara sendiri di sudut kamar.
Tangis Felin menyakitkan bagi Audrina, ia bisa merasakan dengan baik.
"Sakit, Mbak," isak Felin.
"Aku tau. Dia juga tersiksa, Felin. Saya mau bantu kamu, tapi tolong ingat lagi hal apapun yang kamu tau waktu kamu di sana, ya."
Felin melepaskan pelukan. Ia mulai ceritakan semuanya, Audrina tetap menggenggam jemari tangan Felin, menyalurkan rasa aman karena ia memang bisa melakukannya. Di dalam hati, Audrina terus berdoa juga karena bagaimanapun atas izin-NYA ia bisa melakukan hal itu.
Tak sampai setengah jam, Felin tenang bahkan Jojo menempel ke Audrina.
"Eh Jojo, Tante suruh dia di sini temenin kamu dan Mama, ya," bisik Audrina saat memangku Jojo.
"Iya," jawab Jojo singkat. Felin hanya diam, ia tak tau maksud Audrina.
Saat mereka keluar kamar, Ijal juga sudah selesai. Ijal dan Felin beradu tatap. Audrina merangkul Felin seperti seorang saudari.
"Mas Ijal, istrinya baik banget," ucap Felin.
Audrina tersenyum sombong sedangkan Ijal memegang buku catatan Yudhis.
"Dri," gumam Ijal.
"Di rumah aja. Saya tau, kok." Audrina mengajak Felin ke ruang tamu. Bapak dan ibu tampak bingung karena Felin kini ceria lagi.
"Audrina, Felin kenapa?" Ibu mendekat ke putrinya, duduk tepat bersebelahan.
"Udah nggak apa-apa, Bu. Felin baik-baik aja sekarang. Felin bilang mau bantu Ibu dan Bapak di toko. Izinin ya, Bu."
Ibu menggeleng, "takut kumat, Audrina," lirihnya sangat pelan.
"Nggak akan. Saya jamin." Audrina tersenyum lebar.
"Bu, Felin lega. Felin bisa napas enak, Bu." Kalimat Felin membuat ibu menangis bahagia. Ia peluk putrinya begitu erat. Sedangkan bapak hanya menatap nanar.
"Pak, saya tau harus apa. Saya mohon Bapak dan Ibu jangan khawatir." Ijal memasukkan buku catatan Yudhis ke dalam tas yang Audrina bawa.
"Jal, Bapak serahkan ke kamu. Kamu yang tau Yudhis seperti apa." Bapak menepuk bahu Ijal yang duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Service (✔)
Roman d'amourJadi intel itu berattt! Saking beratnya, seorang Ijal sampai harus diberhentikan dari kedinasan karena terlalu kasar dengan pelaku kriminal bahkan melupakan urusan pernikahan. Hingga suatu hari ia diminta berdinas kembali tapi dengan banyak syarat d...